Varian Baru COVID-19 China Terdeteksi di Malaysia

Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah mengungkapkan bahwa lonjakan kasus COVID-19 di China disebabkan oleh varian BA.5.2 dan sub-varian BF.7.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 03 Jan 2023, 13:52 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2023, 13:39 WIB
Guangzhou Alami Lonjakan Kasus COVID-19
Seorang wanita menjalani swab tenggorokan untuk tes COVID-19 di tempat pengujian virus corona di Beijing, Rabu (9/11/2022). Lonjakan kasus COVID-19 telah mendorong penguncian di pusat manufaktur China selatan Guangzhou, menambah keuangan tekanan yang telah mengganggu rantai pasokan global dan secara tajam memperlambat pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia itu. (Foto AP/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Kuala Lumpu - Menteri Kesehatan Malaysia Zaliha Mustafa menyebutkan bahwa berdasarkan informasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), varian dan sub-varian COVID-19 yang mengakibatkan lonjakan kasus di China telah terdeteksi di negaranya. Malaysia pun bersiap memperketat pemeriksaan kesehatan.

"Kementerian berkomunikasi erat dengan WHO, China, dan rekan-rekan kami dari ASEAN. Berdasarkan laporan, WHO mengadakan pertemuan dengan China untuk berbagi data terbaru dan akan terus memberikan informasil detail, pembaruan situasi dan penanganan COVID-19 di negara tersebut," tutur Zaliha seperti dikutip dari The Straits Times, Selasa, (3/1/2023).

Ia menambahkan, "Berdasarkan laporan China kepada WHO, varian dan subvarian yang ditemukan di China juga terdeteksi di Malaysia."

Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah mengungkapkan bahwa lonjakan kasus COVID-19 di China disebabkan oleh varian BA.5.2 dan sub-varian BF.7. Keduanya menyumbang hampir 80% dari jenis yang ditemukan di Negeri Tirai Bambu.

Pertemuan tingkat tinggi antara WHO dan China sendiri berlangsung pada 30 Desember 2023. WHO menuturkan bahwa mereka meminta China untuk berbagi data spesifik dan real-time secara teratur, termasuk tentang status vaksinasi dan kematian.

Masyarakat Didesak Segera Booster

China Menghadapi Jalan Terjal Menuju Normal di Tengah Lonjakan Infeksi Baru Covid-19
Personel polisi memeriksa seorang pria yang tampak tidak sehat dan sedang beristirahat di atas barang bawaannya di jalan Beijing, Jumat, 30 Desember 2022. China berada di jalan terjal untuk kembali ke kehidupan normal ketika warganya kembali ke sekolah, pusat perbelanjaan, dan restoran setelah berakhirnya kebijakan pembatasan paling parah di dunia diakhiri secara tiba-tiba, bahkan ketika rumah sakit dibanjiri pasien Covid-19 yang demam dan meriang parah. (AP Photo/Ng Han Guan)

Menkes Malaysia lebih jauh menuturkan bahwa pihaknya akan segera menerima pasokan vaksin COVID-19 bivalen. Meski demikian, dia mendesak masyarakat untuk yang telah melewati periode enam bulan sejak booster pertama untuk segera mendapatkan booster kedua tanpa menunggu vaksin bivalen tersedia.

Vaksin bivalen merupakan reformulasi vaksin lama, yang disebut mampu memberikan perlindungan baik terhadap varian lama maupun varian baru COVID-19.

"Vaksin bivalen akan segera dipasok karena National Pharmaceutical Regulatory Agency (NPRA) telah memberikan persetujuan bersyarat," ungkap Zaliha seraya menambahkan bahwa pengumuman kelayakan penerima akan diumumkan setelah pasokan tiba.

Saat ini, 49,8% masyarakat Malaysia telah menerima booster pertama dan baru 1,9% yang mendapat booster kedua.

Malaysia Terapkan Pembatasan Kedatangan Asal China?

Malaysia Perpanjang Lockdown COVID-19
Tentara bersenjata berjaga di samping kawat berduri di kawasan Segambut Dalam yang ditempatkan di bawah perintah peningkatan kontrol gerakan (EMCO) karena peningkatan drastis jumlah kasus COVID-19 yang tercatat selama 10 hari terakhir di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (27/6/2021). (AP Photo/Vincent

Zaliha menuturkan opsi untuk membatasi kedatangan dari China terbuka. Demikian pula terhadap wisatawan dari negara-negara lain.

"Itu (pembatasan) akan diterapkan jika perlu, tidak hanya pada pengunjung atau pelancong (Malaysia dan non-warga negara) yang datang dari China tetapi juga dari negara lain," tutur Zaliha. "Kementerian akan meningkatkan metode untuk menahan penyebaran infeksi COVID-19 di negara tersebut serta kesiapan untuk menghadapi kemungkinan peningkatan kasus."

Sementara itu, Dirjen kesehatan Malaysia juga mengatakan pada Senin bahwa sampel air limbah telah diambil dari penerbangan asal China dua kali seminggu. Mendeteksi COVID-19 dalam sampel air limbah memberikan peringatan dini dengan memungkinkan pihak berwenang mendapatkan gambaran tentang tren kepadatan virus, untuk mengidentifikasi varian dan memantau efektivitas kebijakan.

Wajib Tes COVID-19 Bagi Kedatangan Dari China

China Menghadapi Jalan Terjal Menuju Normal di Tengah Lonjakan Infeksi Baru Covid-19
Para pembeli kembali ke distrik perbelanjaan Xidan di Beijing, Kamis, 29 Desember 2022. Strategi "nol-Covid" mengurung jutaan keluarga di rumah mereka selama berminggu-minggu, menutup sebagian besar perjalanan masuk dan keluar China, dan mengosongkan jalan-jalan ramai di kota-kota besar. (AP Photo/Ng Han Guan)

Beberapa negara seperti Jepang, India, Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Australia, Kanada, Korea Selatan, Israel, Qatar, Maroko, dan Italia telah mewajibkan tes COVID-19 terhadap kunjungan dari China. Lonjakan kasus dan kurangnya data resmi yang dapat diandalkan tentang penyebaran COVID-19 di China telah menjadi kekhawatiran banyak pihak menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2023.

Tahun Baru Imlek 2023 dikhawatirkan memicu "perjalanan balas dendam" mengingat selama tiga tahun terakhir masyarakat China dihadapkan pada pembatasan yang ketat.

"Yang paling kami khawatirkan adalah sudah tiga tahun orang-orang tidak bepergian untuk menghabiskan waktu selama libur tahun baru. Dan mungkin itu akan terjadi sekarang," ungkap Kepala Biro Administrasi Medis Komisi Kesehatan Nasional China Jiao Yahui.

Infografis Pelancong China Wajib Tes Covid-19
Infografis Pelancong China Wajib Tes Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya