Liputan6.com, Kuala Lumpu - Menteri Kesehatan Malaysia Zaliha Mustafa menyebutkan bahwa berdasarkan informasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), varian dan sub-varian COVID-19 yang mengakibatkan lonjakan kasus di China telah terdeteksi di negaranya. Malaysia pun bersiap memperketat pemeriksaan kesehatan.
"Kementerian berkomunikasi erat dengan WHO, China, dan rekan-rekan kami dari ASEAN. Berdasarkan laporan, WHO mengadakan pertemuan dengan China untuk berbagi data terbaru dan akan terus memberikan informasil detail, pembaruan situasi dan penanganan COVID-19 di negara tersebut," tutur Zaliha seperti dikutip dari The Straits Times, Selasa, (3/1/2023).
Baca Juga
Ia menambahkan, "Berdasarkan laporan China kepada WHO, varian dan subvarian yang ditemukan di China juga terdeteksi di Malaysia."
Advertisement
Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah mengungkapkan bahwa lonjakan kasus COVID-19 di China disebabkan oleh varian BA.5.2 dan sub-varian BF.7. Keduanya menyumbang hampir 80% dari jenis yang ditemukan di Negeri Tirai Bambu.
Pertemuan tingkat tinggi antara WHO dan China sendiri berlangsung pada 30 Desember 2023. WHO menuturkan bahwa mereka meminta China untuk berbagi data spesifik dan real-time secara teratur, termasuk tentang status vaksinasi dan kematian.
Masyarakat Didesak Segera Booster
Menkes Malaysia lebih jauh menuturkan bahwa pihaknya akan segera menerima pasokan vaksin COVID-19 bivalen. Meski demikian, dia mendesak masyarakat untuk yang telah melewati periode enam bulan sejak booster pertama untuk segera mendapatkan booster kedua tanpa menunggu vaksin bivalen tersedia.
Vaksin bivalen merupakan reformulasi vaksin lama, yang disebut mampu memberikan perlindungan baik terhadap varian lama maupun varian baru COVID-19.
"Vaksin bivalen akan segera dipasok karena National Pharmaceutical Regulatory Agency (NPRA) telah memberikan persetujuan bersyarat," ungkap Zaliha seraya menambahkan bahwa pengumuman kelayakan penerima akan diumumkan setelah pasokan tiba.
Saat ini, 49,8% masyarakat Malaysia telah menerima booster pertama dan baru 1,9% yang mendapat booster kedua.
Advertisement
Malaysia Terapkan Pembatasan Kedatangan Asal China?
Zaliha menuturkan opsi untuk membatasi kedatangan dari China terbuka. Demikian pula terhadap wisatawan dari negara-negara lain.
"Itu (pembatasan) akan diterapkan jika perlu, tidak hanya pada pengunjung atau pelancong (Malaysia dan non-warga negara) yang datang dari China tetapi juga dari negara lain," tutur Zaliha. "Kementerian akan meningkatkan metode untuk menahan penyebaran infeksi COVID-19 di negara tersebut serta kesiapan untuk menghadapi kemungkinan peningkatan kasus."
Sementara itu, Dirjen kesehatan Malaysia juga mengatakan pada Senin bahwa sampel air limbah telah diambil dari penerbangan asal China dua kali seminggu. Mendeteksi COVID-19 dalam sampel air limbah memberikan peringatan dini dengan memungkinkan pihak berwenang mendapatkan gambaran tentang tren kepadatan virus, untuk mengidentifikasi varian dan memantau efektivitas kebijakan.
Wajib Tes COVID-19 Bagi Kedatangan Dari China
Beberapa negara seperti Jepang, India, Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Australia, Kanada, Korea Selatan, Israel, Qatar, Maroko, dan Italia telah mewajibkan tes COVID-19 terhadap kunjungan dari China. Lonjakan kasus dan kurangnya data resmi yang dapat diandalkan tentang penyebaran COVID-19 di China telah menjadi kekhawatiran banyak pihak menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2023.
Tahun Baru Imlek 2023 dikhawatirkan memicu "perjalanan balas dendam" mengingat selama tiga tahun terakhir masyarakat China dihadapkan pada pembatasan yang ketat.
"Yang paling kami khawatirkan adalah sudah tiga tahun orang-orang tidak bepergian untuk menghabiskan waktu selama libur tahun baru. Dan mungkin itu akan terjadi sekarang," ungkap Kepala Biro Administrasi Medis Komisi Kesehatan Nasional China Jiao Yahui.
Advertisement