Amerika Serikat dan Korea Selatan Tak Satu Suara Soal Latihan Nuklir Bersama

Presiden Joe Biden membantah pernyataan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol bahwa Washington dan Seoul tengah melakukan pembicaraan tentang latihan bersama yang melibatkan aset nuklir AS.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 03 Jan 2023, 20:30 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2023, 17:33 WIB
Biden Gelar Rapat Darurat di Sela-Sela G20
Presiden AS Joe Biden berbicara tentang situasi Polandia setelah pertemuan dengan para pemimpin G7 dan Eropa di sela-sela KTT G20 di Nusa Dua, Bali, Rabu (16/11/2022). (Photo by SAUL LOEB / AFP)

Liputan6.com, Washington - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden membantah terlibat pembahasan terkait latihan nuklir bersama dengan Korea Selatan (Korsel). Pernyataan Biden tersebut bertentangan dengan yang disampaikan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol bahwa Washington dan Seoul tengah melakukan pembicaraan tentang latihan yang melibatkan aset nuklir AS.

"Tidak," jawab Biden ketika ditanya wartawan di Gedung Putih soal apakah dia sedang mendiskusikan latihan nuklir bersama dengan Korea Selatan. Demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Selasa (3/1/2023).

Pernyataan Presiden Yoon sendiri muncul dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan surat kabar Chosun Ilbo pada Senin (2/1). Ia mengatakan bahwa Seoul dan Washington tengah dalam pembicaraan tentang perencanaan dan latihan bersama yang melibatkan aset nuklir AS untuk melawan ancaman nuklir Korea Utara (Korut).

Menurut Presiden Yoon, perencanaan dan latihan bersama ditujukan untuk lebih mengefektifkan implementasi atas komitmen AS dalam menangkal, bahkan jika diperlukan, merespons dengan seluruh spektrum skenario nuklir dan non-nuklir untuk membela sekutu dan mitranya.

"Senjata nuklir memang milik AS, tetapi perencanaan, pembagian informasi, latihan, dan pelatihan harus dilakukan bersama oleh Korea Selatan dan AS," kata Yoon, seraya menambahkan bahwa Washington juga cukup positif tentang gagasan ini.

Komentar Presiden Yoon terkait latihan nuklir bersama AS datang di tengah meningkatnya ketegangan dengan Korut. Pada tahun 2022, Pyongyang mencatat peluncuran rudal terbanyak yang pernah dilakukannya dan berjanji akan melawan dengan keras setiap potensi invasi oleh Washington dan Seoul.

Presiden Yoon tak kalah keras merespons janji Korut tersebut. Dia menyerukan persiapan perang dengan kemampuan yang luar biasa.


Isu Sensitif

Korea Utara Kembali Melakukan Uji Coba Rudal
Seorang perempuan berjalan melewati layar yang menunjukkan siaran berita dengan rekaman file uji coba rudal Korea Utara, di stasiun kereta api di Seoul, Minggu (5/6/2022). Peluncuran itu dilakukan sehari setelah angkatan laut Korea Selatan dan Amerika Serikat menyelesaikan latihan gabungan tiga hari di perairan Okinawa Jepang. (Anthony WALLACE / AFP)

Menanggapi bantahan Biden terkait latihan nuklir bersama antara AS dan Korsel, sekretaris senior Presiden Yoon untuk urusan pers, Kim Eun-hye, mengatakan bahwa Presiden AS harus menjawab "tidak" ketika ditanya langsung tentang masalah sensitif seperti ini.

"Ketika wartawan bertanya kepadanya secara blak-blakan apakah latihan nuklir bersama sedang dibahas, Presiden Biden jelas harus mengatakan, 'Tidak'," tutur Kim. "Korsel dan AS sedang dalam pembicaraan tentang berbagi informasi, perencanaan, dan rencana implementasi bersama, sehubungan dengan pengoperasian aset nuklir AS atas respons nuklir Korut."

Bagaimanapun, pernyataan kontradiktif Seoul dan Washington menimbulkan kebingungan. Seorang pejabat senior pemerintahan Biden kemudian menjelaskan bahwa tidak ada rencana latihan nuklir bersama dengan Korsel karena negara itu bukan kekuatan tenaga nuklir.

"AS dan Korea Selatan tengah meningkatkan level berbagi informasi, memperluas kemungkinan, dan pada akhirnya kami latihan di atas meja," kata pejabat tersebut.


Komitmen Melindungi Sekutu

Makin Memanas, Korsel dan AS Unjuk Kekuatan di Semenanjung Korea
Jet tempur Angkatan Udara AS F-35 dan jet tempur F-15 Korea Selatan terbang di atas Semenanjung Korea, Korea Selatan (31/8). (South Korea Defense Ministry via AP)

Mantan Wakil Menteri Luar Negeri AS Thomas Countryman menuturkan bahwa AS telah lama melakukan dialog pencegahan (serangan) dengan Jepang dan memprakarsai dialog serupa dengan Korea Selatan pada tahun 2016.

"Belum jelas apa yang baru dalam pernyataan Presiden Yoon dan apa yang merupakan pengulangan dari hal-hal yang sudah terjadi," terang Countryman.

Menurut Countryman komentar Yoon, yang ditujukan pada rakyat Korsel, tampaknya merupakan respons atas apa provokasi dan retorika Korut.

"Saya melihat ini sebagai upaya Presiden Yoon dan pemerintahan Biden untuk meyakinkan pemerintah dan rakyat Korsel bahwa komitmen AS tetap solid," ujar Countryman.


Korut: Korsel Adalah Musuh yang Tidak Diragukan Lagi

Korsel dan AS Latihan Militer Bersama-AFP-20170426
Korea Selatan dan Amerika Serikat menggelar latihan militer bersama di Seungjin, Seoul, Rabu (26/4). Latihan gabungan tersebut diselenggarakan berkenaan dengan spekulasi uji nuklir Pyongyang yang ke-enam. (AFP PHOTO / JUNG Yeon-Je)

Bak rollercoaster, hubungan Korut dan Korsel, naik turun. Pada tahun 2018, keduanya menorehkan sejarah, menyusul berlangsungnya KTT yang mempertemukan Kim Jong-un dan Moon Jae-in.

Namun, beberapa waktu belakangan, hubungan kedua negara tetangga kembali memanas. Dalam pertemuan Partai Buruh pekan lalu, pemimpin Korut Kim Jong-un mengungkapkan bahwa Korsel telah menjadi musuh yang tidak diragukan lagi. Dia pun mengisyaratkan akan mewarnai tahun 2023 dengan lebih banyak uji coba rudal.

Pada Minggu (1/1), Korut menembakkan rudal balistik jarak pendek di lepas pantai timurnya. Aksi tersebut didahului oleh peluncuran tiga rudal balistik pada hari sebelumnya.

Infografis Nuklir Korut
Ambisi Korea Utara Punya Senjata Nuklir
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya