Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin mengerahkan fregat yang dipersenjatai rudal jelajah hipersonik menuju Samudra Atlantik dan Hindia. Unjuk kekuatan militer ini dilakukan di tengah perang yang terus berlanjut di Ukraina.
Melalui video conference, Putin ambil bagian dalam pelepasan kapal perang yang dinamakan Laksamana Gorshkov itu pada Rabu (4/1/2023). Bertindak sebagai komandan fregat adalah Igor Krokhmal.
Baca Juga
"Kapal ini dilengkapi dengan sistem rudal hipersonik terbaru, Zircon, yang tidak memiliki analog. Saya mendoakan para kru sukses dalam pengabdian mereka kepada Tanah Air," kata Putin seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis, (5/1/2023).
Advertisement
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menuturkan bahwa fregat Laksamana Gorshkov akan berlayar ke Samudra Atlantik dan Samudra Hindia serta Laut Mediterania. Menurut Shoigu, kapal perang ini mampu meluncurkan serangan yang tepat dan menghancurkan musuh baik di laut maupun darat.
Tidak hanya itu, Shoigu juga mengklaim bahwa Laksamana Gorshkov dapat menembus sistem pertahanan rudal manapun dan memiliki jangkauan lebih dari 1.000 kilometer.
Perlombaan senjata hipersonik
Senjata hipersonik dapat melakukan perjalanan lebih dari lima kali kecepatan suara.
Rusia sendiri telah menguji peluncuran Zirkon dari kapal perang dan kapal selam tahun lalu di tengah memanasnya perlombaan pengembangan senjata hipersonik dengan Amerika Serikat dan China.
"Fokus utama dari misi ini adalah melawan ancaman terhadap Rusia dan mendukung perdamaian serta stabilitas regional bersama dengan negara-negara sahabat," ungkap Shoigu. "Dalam misi ini, akan ada pelatihan bagi awak kapal untuk mengerahkan senjata hipersonik dan rudal jelajah jarak jauh."
Advertisement
Kemampuan Manuver Mumpuni
Terlepas dari namanya, para analis menilai bahwa fitur utama pada senjata hipersonik bukanlah kecepatannya – yang kadang-kadang dapat ditandingi atau dilampaui oleh hulu ledak rudal balistik tradisional – tetapi kemampuan manuvernya.
Laporan Layanan Riset Kongres AS tentang senjata hipersonik mengatakan bahwa rudal hipersonik Rusia dan China dirancang untuk digunakan dengan hulu ledak nuklir. Target senjata hipersonik jauh lebih sulit dikalkulasi dibanding rudal balistik antarbenua karena kemampuan manuvernya.
Di luar Rusia, Amerika Serikat, dan China, sejumlah negara lain juga sedang mengembangkan senjata hipersonik. Mereka di antaranya adalah Australia, Prancis, Jerman, Korea Selatan, Korea Utara, dan Jepang.
Perang Rusia Vs Ukraina Belum Berakhir
Jelang satu tahun, perang Rusia dan Ukraina belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Teranyar, serangan rudal Ukraina pada malam tahun baru menewaskan puluhan tentara Rusia di Makiivka, sebuah kota kecil di Donetsk, yang telah berada di bawah kendali separatis pro-Rusia sejak 2014.
Rusia mengungkapkan bahwa 89 tentaranya tewas dalam peristiwa tersebut, namun pihak Ukraina meyakini bahwa angka sebenarnya jauh lebih tinggi. Mereka juga mengakui bahwa kejadian itu merupakan kerugian militer terburuknya sejak perang di Ukraina dimulai pada Februari tahun lalu.
Pejabat senior militer Rusia Letnan Jenderal Sergei Sevryukov menuturkan bahwa serangan Ukraina berlangsung pada momen pergantian tahun, tepatnya pukul 00.01, dengan menggunakan sistem roket HIMARS yang dipasok Amerika Serikat. Demikian seperti dikutip dari The Guardian.
Advertisement