Liputan6.com, Kyiv - Polandia akan siap memasok Ukraina dengan jet tempur F-16 jika NATO juga memutuskan demikian, kata Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki pada Rabu (1/2).
“Jika ini merupakan keputusan seluruh NATO, saya akan mengirimkan jet tempur ini,” kata Morawiecki dalam wawancara dengan harian Jerman Bild.
Baca Juga
“Penilaian saya didasarkan pada apa yang negara-negara NATO putuskan bersama,” katanya, dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (2/2/2023).
Advertisement
Sekutu-sekutu Barat harus mengoordinasikan pengiriman jet tempur apa pun “karena ini adalah perang yang sangat serius dan Polandia tidak ikut serta di dalamnya, demikian juga dengan NATO,” kata Morawiecki, yang menambahkan bahwa keputusan itu memerlukan “pertimbangan strategis seluruh aliansi NATO.”
Belum lama ini negara-negara Barat setuju untuk mengirimkan tank-tank tempur ke Ukraina, namun Kyiv langsung meminta pasokan pesawat tempur F-16 buatan Amerika Serikat untuk membantunya melawan invasi Rusia.
AS telah menolak mengirim jet F-16 ke Ukraina untuk saat ini, namun mitra-mitranya yang lain lebih terbuka pada gagasan tersebut.
Slovakia telah mengatakan pihaknya siap mengirimkan jet tempur MiG-29 buatan Rusia, sementara politisi Belanda baru-baru ini terbuka pada gagasan untuk mengirimkan jet F-16 yang diinginkan Ukraina.
Keputusan untuk mengirimkan tank tempur buatan Barat diambil setelah Kyiv melobi mereka selama berbulan-bulan dan negara-negara Barat berdiskusi secara intensif selama berminggu-minggu.
Rasa Ketidakpercayaan
Momen penting itu terjadi Januari lalu ketika Jerman – di bawah tekanan sekutu-sekutunya, termasuk Polandia – menyetujui pengiriman tank tempur Leopard buatan Jerman ke Ukraina.
Kebijakan Jerman tentang Ukraina telah meningkatkan “rasa ketidakpercayaan” terhadap Jerman, khususnya dari “negara-negara Eropa tengah dan timur,” kata Morawiecki.
“Jerman memiliki potensi untuk memberikan lebih banyak bantuan dari yang sudah diberikannya sejauh ini. Negara itu memiliki kekuatan pengambilan keputusan di dalam Uni Eropa, Jerman punya uang untuk Ukraina, Jerman punya kekuatan diplomatik,” katanya.
Advertisement
Ukraina: Rusia Merencanakan Serangan Besar 24 Februari
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan, Rusia tengah mempersiapkan serangan besar baru. Dia memperingatkan bahwa serangan besar itu bisa dimulai paling cepat 24 Februari.
Menurut Reznikov, Rusia telah mengumpulkan 500.000 pasukan dan dapat melakukan sesuatu untuk menandai peringatan satu tahun invasi. Serangan besar, sebut Reznikov, juga dapat menandai Hari Pembela Tanah Air Rusia yang jatuh pada 23 Februari.
Pada September 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi umum sekitar 300.000 tentara wajib militer, yang menurutnya diperlukan untuk menjamin "integritas teritorial" negara. Reznikov meyakini bahwa jumlah sebenarnya yang direkrut dan dikerahkan ke Ukraina jauh lebih tinggi.
"Secara resmi mereka mengumumkan 300.000, tetapi ketika kami melihat pasukan di perbatasan, menurut penilaian kami jumlahnya jauh lebih banyak," kata Reznikov kepada jaringan BFM Prancis seperti dikutip dari BBC, Kamis (2/2/2023).
Meskipun beberapa pertempuran sengit terjadi di wilayah timur Donbas, perang telah memasuki jalan buntu dalam beberapa bulan terakhir sejak Ukraina merebut kembali Kherson.
Kecuali penguasaan Rusia atas Kota Soledar, tidak ada pihak yang membuat kemajuan klaim teritorial besar. Tapi, serangan musim semi Rusia -dan serangan balik Ukraina- telah lama dianggap mungkin terjadi.
Institute for the Study of War (ISW) yang berbasis di Amerika Serikat baru-baru ini mengatakan bahwa Rusia dapat berusaha untuk melakukan tindakan tegas dan melancarkan serangan besar di timur.
Ukraina Persiapkan Serangan Balasan
Reznikov mengklaim bahwa komandan Ukraina akan berusaha menstabilkan front dan mempersiapkan serangan balasan.
"Saya yakin tahun 2023 bisa menjadi tahun kemenangan militer," ujarnya, seraya menambahkan bahwa pasukan Ukraina tidak boleh kehilangan inisiatif yang telah mereka capai dalam beberapa bulan terakhir.
Reznikov tengah berada di Prancis untuk mencapai kesepakatan pembelian tambahan radar pertahanan udara MG-200, yang menurutnya akan secara signifikan meningkatkan kapasitas angkatan bersenjata untuk mendeteksi target udara, termasuk rudal bersayap dan balistik, serta drone dari berbagai jenis.
Pernyataan Reznikov di atas muncul ketika intelijen Ukraina menuduh Presiden Putin telah memerintahkan pasukannya untuk merebut Donbas sebelum akhir musim semi.
Sementara itu, Sekjen NATO Jens Stoltenberg yang berbicara pada Senin (31/1), memperingatkan bahwa tidak ada indikasi Putin telah membatasi tujuan militernya untuk merebut wilayah timur Ukraina.
"Mereka secara aktif memperoleh senjata baru, lebih banyak amunisi, meningkatkan produksi mereka sendiri, tetapi juga memperoleh lebih banyak senjata dari negara otoriter lain seperti Iran dan Korea Utara," kata Stoltenberg.
"Dan yang terpenting, kami tidak melihat tanda-tanda bahwa Presiden Putin telah mengubah tujuan keseluruhan invasi ini, yaitu untuk mengendalikan negara tetangga, untuk mengendalikan Ukraina. Jadi, selama ini kasusnya, kita harus siap menghadapi jangka panjang."
Advertisement