Liputan6.com, Washongton DC - AS akan mengirimkan paket amunisi tandan ke Ukraina untuk membantu serangan balasannya terhadap Rusia.
Gedung Putih mengatakan telah menunda keputusan itu selama mungkin karena risiko bahaya sipil dari amunisi tandan, persenjataan yang bisa tidak meledak tersebut.
Baca Juga
Sementara itu, pihak Ukraina telah meminta bantuan senjata selama berbulan-bulan di tengah kekurangan amunisi.
Advertisement
Cluster munitions atau amunisi tandan - yang dilarang oleh lebih dari 100 negara - adalah kelas senjata yang berisi beberapa bom peledak yang disebut submunisi.
Presiden AS Joe Biden mengatakan dalam wawancara TV kabel, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (8/7/2023), bahwa itu adalah "keputusan yang sangat sulit di pihak saya untuk mengirim bom tandan".
"Saya mendiskusikan ini dengan sekutu kami," katanya kepada CNN, "Saya mendiskusikan ini dengan teman-teman kami di Capitol Hill."
Dia mengatakan telah memutuskan untuk mengirim amunisi karena "Ukraina kehabisan amunisi".
Atas keputusannya ini, Joe Biden diperkirakan bakal menghadapi pertanyaan dari sekutu tentang masalah tersebut pada KTT NATO di Lituania pekan depan.
Dalam pengarahan harian Gedung Putih pada Jumat 7 Juli, Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan mengatakan amunisi tandan memiliki bahaya bagi sipil.
"Kami menyadari amunisi tandan menciptakan risiko bahaya sipil dari persenjataan yang tidak meledak. Inilah mengapa kami menunda keputusan selama kami bisa," ucap Jake Sullivan.
Dia menambahkan: "Ukraina tidak akan menggunakan amunisi ini di negara asing. Ini adalah negara mereka yang mereka pertahankan."
Sullivan mengatakan Ukraina kehabisan artileri dan membutuhkan bantuan pasokan, sementara AS meningkatkan produksi dalam negeri.
"Kami tidak akan meninggalkan Ukraina tanpa pertahanan dalam periode konflik ini," kata Sullivan.
Â
Mengapa Amunisi Tandan Kontroversial?
Amunisi tandan itu kontroversial karena tingkat kegagalannya, karena bom yang tidak meledak dapat bertahan di tanah selama bertahun-tahun dan meledak di kemudian hari.
Sullivan mengatakan kepada wartawan bahwa amunisi tandan yang akan dikirim Amerika ke Ukraina memiliki tingkat tak kegagalan kurang dari 2,5%, menggambarkan bahwa jauh di bawah tingkat amunisi tandan Rusia, yang menurut pejabat AS adalah antara 30-40%.
Dalam jumpa pers terpisah, Pentagon tidak merinci berapa banyak amunisi tandan yang akan dikirim AS ke Ukraina, tetapi juru bicara Colin Kahl mengatakan mereka memiliki "ratusan ribu unit yang tersedia".
Undang-undang AS melarang pengiriman amunisi tandan dengan tingkat kegagalan bom lebih tinggi dari 1% - artinya lebih dari 1% bom di persenjataan itu tidak meledak - tetapi Presiden Biden dapat melewati aturan ini.
Investigasi Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB menemukan Ukraina mungkin telah menggunakan bom cluster (tandan), meskipun negara tersebut membantah melakukannya.
Di awal perang, Gedung Putih ditanya tentang tuduhan bahwa Rusia menggunakan bom tandan, dan sekretaris pers saat itu Jen Psaki mengatakan itu akan menjadi "kejahatan perang" jika benar.
Â
Advertisement
Paket Senjata Senilai Rp12 Triliun
Para pejabat berencana mengirim peluru artileri ke Ukraina, yang masing-masing berisi 88 bom terpisah, menurut laporan media AS. Mereka akan ditembakkan dari senjata artileri Howitzer yang sudah dikerahkan oleh tentara Ukraina.
Paket senjata terbaru pemerintahan Biden untuk Ukraina bernilai $800 juta atau senilai Rp12 triliun. Ini termasuk kendaraan tempur Bradley dan Stryker, rudal pertahanan udara dan peralatan anti-ranjau.
Â
Pro-Kontra Amunisi Tandan
Kelompok hak asasi manusia mendesak Rusia dan Ukraina untuk tidak menggunakan amunisi tandan dan meminta AS untuk tidak memasoknya.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia sekali lagi meminta negara-negara tersebut untuk tidak menggunakan bom tandan, dengan alasan berbahaya.
"Amunisi tandan menyebarkan bom kecil di area yang luas, banyak di antaranya gagal meledak dengan segera," kata juru bicara Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Marta Hurtado. "Mereka bisa membunuh dan melukai bertahun-tahun kemudian. Itu sebabnya penggunaan harus segera dihentikan."
Beberapa anggota parlemen AS juga meminta pemerintahan Biden untuk tidak mengirim senjata-senjata itu, dengan alasan alasan kemanusiaan mereka lebih besar daripada manfaatnya di medan perang.
Pejabat Departemen Pertahanan Laura Cooper mengatakan kepada Kongres bulan lalu bahwa analis militer telah menemukan bahwa bom tandan akan "berguna, terutama terhadap posisi Rusia saat ini".
Lebih dari 120 negara telah berkomitmen pada Convention on Cluster Munitions (Konvensi Munisi Tandan), setuju untuk tidak menggunakan, memproduksi, mentransfer, atau menyimpan perangkat tersebut.
AS, Ukraina, dan Rusia bukan pihak dalam perjanjian tersebut.
Advertisement