Liputan6.com, Washington - Lebih dari 50 tahun setelah misi Apollo terakhir, Amerika Serikat (AS) akan kembali melakukan misi pendaratan pesawat luar angkasa di Bulan pada 25 Januari 2024.
Rencananya, misi pendaratan bernama Peregrine tidak akan membawa awak dalam perjalanannya.
Baca Juga
Pesawat ini dikembangkan oleh perusahaan Amerika Astrobotic Technology, yang CEO-nya John Thornton mengatakan pesawat tersebut akan membawa instrumen NASA untuk mempelajari lingkungan Bulan sebagai antisipasi misi berawak Artemis NASA.
Advertisement
Beberapa tahun yang lalu, NASA memilih untuk menugaskan perusahaan-perusahaan AS untuk mengirimkan eksperimen dan teknologi ilmiah ke Bulan - sebuah program yang disebut CLPS. Program ini akan memungkinkan pengembangan ekonomi Bulan dan menyediakan layanan transportasi dengan biaya lebih rendah.
"Salah satu tantangan besar dari apa yang kami coba di sini adalah mencoba meluncurkan dan mendarat di permukaan Bulan dengan biaya yang lebih murah," kata Thornton pada Rabu (30/11/2023) pada konferensi pers di pangkalan perusahaannya di Pittsburg, seperti dikutip CNA, Sabtu (2/12/2023).
"Hanya sekitar setengah dari misi ke permukaan Bulan yang berhasil," ujarnya.
"Jadi ini tentu saja merupakan tantangan yang menakutkan. Saya akan merasa takut dan senang sekaligus di setiap tahapan ini," sambungnya.
Jadwal Lepas Landas
Misi tersebut dijadwalkan lepas landas pada 24 Desember 2023 dari Florida dengan menaiki penerbangan perdana roket baru dari grup industri ULA, bernama Vulcan Centaur.
Wahana tersebut kemudian akan memakan waktu "beberapa hari" untuk mencapai orbit bulan, namun harus menunggu hingga 25 Januari 2024 sebelum mencoba mendarat, sehingga kondisi cahaya di lokasi target tepat, kata Thornton.
Pendaratan nantinya akan dilakukan secara mandiri, tanpa campur tangan manusia, namun akan dipantau dari pusat kendali perusahaan.
Advertisement
Misi Pendaratan di Bulan Lainnya
Pada musim semi, perusahaan start-up ispace Jepang telah berusaha menjadi perusahaan swasta pertama yang mendarat di Bulan, namun misi tersebut berakhir dengan kegagalan. Israel juga mengalami kegagalan pada tahun 2019.
Sejauh ini baru ada empat negara yang berhasil mendarat di Bulan: Amerika Serikat, Rusia, China, dan yang terbaru, India.
Kontrak NASA
Selain dengan Teknologi Astrobotic, NASA telah menandatangani kontrak dengan perusahaan lain, seperti Firefly Aerospace, Draper, dan Intuitive Machines.
Yang terakhir ini akan lepas landas dengan roket SpaceX pada bulan Januari.
"Pimpinan NASA menyadari risikonya dan telah menerima bahwa beberapa misi ini mungkin tidak berhasil," kata Chris Culbert, manajer program CLPS.
"Tetapi meskipun setiap pendaratan tidak berhasil, CLPS telah memberikan dampak pada infrastruktur komersial yang diperlukan untuk membangun perekonomian bulan," katanya.
Melalui program Artemis, NASA ingin mendirikan pangkalan di permukaan Bulan.
Advertisement