Australia Umumkan Penggunaan Kecerdasan Buatan untuk Melacak Kapal Selam China

Pernyataan Australia terkait dengan poin kedua dari pakta AUKUS, yakni teknologi maju.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 03 Des 2023, 08:10 WIB
Diterbitkan 03 Des 2023, 08:10 WIB
Ilustrasi Artificial Intelligence
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). (Dok. Gerd Altmann/Pixabay)

Liputan6.com, Canberra - Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), drone, dan radar luar angkasa merupakan beberapa teknologi yang akan digunakan oleh Australia dan sekutunya di AUKUS untuk melawan agresi China di Pasifik.

Menteri Pertahanan (menhan) Australia Richard Marles bertemu dengan rekan-rekannya dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris – Lloyd J Austin dan Grant Shapps – di California pada Sabtu (2/12/2023) untuk mengumumkan pilar kedua dari kesepakatan AUKUS.

Bulan lalu, Perdana Menteri Anthony Albanese menuduh kapal Angkatan Laut China berperilaku berbahaya, tidak aman, dan tidak profesional setelah penyelam Angkatan Laut Australia terluka oleh gelombang sonar yang disebut dipancarkan oleh kapal perang China di perairan internasional lepas pantai Jepang.

Marles mengatakan pada Sabtu bahwa insiden tersebut tidak aman dan tidak profesional.

"Kami telah menyampaikan kekhawatiran kami melalui publik tentang perilaku tersebut," ujarnya seperti dilansir The Guardian, Minggu (3/12).

"Itu menyoroti perlunya pengaturan ini dan perlunya kecepatan dalam pengaturan ini dan saya pikir Anda melihat sekarang."

Meskipun rencana akuisisi kapal selam bertenaga nuklir oleh Australia telah menjadi fokus utama pakta AUKUS, pilar kedua berfokus pada teknologi maju.

Teknologi AI akan digunakan pada sistem – termasuk pada pesawat P-8A Poseidon – untuk memproses informasi dari sonobuoy, yang mendeteksi dan mengirimkan data bawah air. Demikian menurut pernyataan bersama ketiganya.

Algoritma AI dan machine learning atau pembelajaran mesin juga akan digunakan untuk meningkatkan perlindungan kekuatan, penargetan presisi, intelijen, pengawasan, dan pengintaian.

Trump Tidak Akan Mengancam AUKUS

PM Inggris Rishi Sunak, PM Australia Anthony Albanese, dan Presiden AS Joe Biden dalam konferensi pers mengumumkan kesepakatan pembangunan kapal selam bertenaga nuklir (SSN) di bawah pakta AUKUS.
PM Inggris Rishi Sunak, PM Australia Anthony Albanese, dan Presiden AS Joe Biden dalam konferensi pers mengumumkan kesepakatan pembangunan kapal selam bertenaga nuklir (SSN) di bawah pakta AUKUS. (Dok. Instagram/@potus)

Ketiga menhan mengatakan pula mereka akan melakukan serangkaian percobaan dan latihan trilateral terpadu, untuk menguji dan menyempurnakan pengoperasian sistem maritim tanpa awak. Mereka juga akan berbagi dan memproses data maritim, meningkatkan keamanan siber, dan meluncurkan kompetisi tahunan yang berfokus pada teknologi peperangan elektronik.

Dalam pernyataan bersama tersebut, mereka menegaskan kembali tekad bersama untuk meningkatkan keamanan dan stabilitas serta memastikan bahwa Indo-Pasifik tetap menjadi kawasan yang bebas dari paksaan dan agresi.

Marles juga menepis kekhawatiran bahwa kemungkinan kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih dapat mengancam AUKUS, dengan mengatakan kesepakatan itu mendapat dukungan di seluruh spektrum politik.

Perdamaian dan Keamanan di Indo-Pasifik

PM Inggris Rishi Sunak, PM Australia Anthony Albanese, dan Presiden AS Joe Biden dalam konferensi pers mengumumkan kesepakatan pembangunan kapal selam bertenaga nuklir (SSN) di bawah pakta AUKUS.
PM Inggris Rishi Sunak, PM Australia Anthony Albanese, dan Presiden AS Joe Biden dalam konferensi pers mengumumkan kesepakatan pembangunan kapal selam bertenaga nuklir (SSN) di bawah pakta AUKUS. (Dok: AP Photo/Evan Vucci)

Austin menggarisbawahi AUKUS akan mempromosikan perdamaian dan keamanan di seluruh Indo-Pasifik, yang menurut Shapps menjadi jauh lebih berbahaya.

"(Dengan) Rusia mengobarkan perang di Ukraina, Hamas mendatangkan malapetaka di Timur Tengah, China merusak kebebasan navigasi di Indo-Pasifik – kita sangat membutuhkan lebih banyak inovasi, untuk menjadi lebih pionir," tutur Shapps.

Enam perwira Angkatan Laut Australia, sebut pernyataan bersama tiga menhan tersebut, telah lulus dari Sekolah Tenaga Nuklir AS. Tiga orang juga akan lulus dari Sekolah Tenaga Nuklir Inggris pada Januari 2024.

Sementara itu, personel industri Australia telah mulai bekerja di Angkatan Laut Pearl Harbor AS dan galangan kapal Barrow-in-Furness Inggris untuk mengembangkan keterampilan membangun dan memelihara kapal selam bertenaga nuklir.

AUKUS yang terdiri dari AS, Australia, dan Inggris kembali berkomitmen terhadap non-proliferasi nuklir, dan menyambut baik keputusan Australia untuk menunjuk regulator keselamatan nuklir independen.​

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya