Pria Lansia di Jerman Terima Vaksin COVID-19 Sebanyak 217 Kali

Peneliti menyimpulkan bahwa dosis vaksin COVID-19 secara berlebihan tetap tidak dianjurkan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 07 Mar 2024, 18:35 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2024, 18:35 WIB
FOTO: Layanan Vaksinasi COVID-19 Puskesmas Kecamatan Matraman
Petugas kesehatan dari Puskesmas Kecamatan Matraman melakukan vaksinasi COVID-19 di SD Negeri 25 Utan Kayu Selatan, Matraman, Jakarta Timur, Rabu (23/3/2022). Vaksin yang digunakan adalah vaksin AstraZeneca untuk dosis pertama, kedua, dan ketiga (booster). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Berlin - Seorang pria berusia 62 tahun di Jerman telah menerima vaksin COVID-19 sebanyak 217 kali. Kasus ini tercatat dalam jurnal The Lancet Infectious Diseases.

Dosis vaksin tersebut dibeli dan disuntikkan oleh dirinya sendiri dalam rentang waktu 29 bulan.

Kendati menerima dosis vaksin yang tidak sesuai dengan saran dokter, para peneliti dari Universitas Erlangen-Nuremberg mengatakan bahwa pria tersebut tampaknya tidak mengalami efek samping dari vaksin COVID-19 tersebut.

"Kami mengetahui kasusnya melalui artikel surat kabar," kata Dr Kilian Schober, dari departemen mikrobiologi universitas tersebut.

"Kami kemudian menghubunginya dan mengajaknya menjalani berbagai tes di Erlangen. Dia sangat tertarik melakukannya," lanjutnya, seperti dikutip BBC, Kamis (7/3/2024).

Pria tersebut pun diambil sampelnya berupa darah dan air liur. Para peneliti juga menguji beberapa sampel darah beku miliknya yang telah disimpan dalam beberapa tahun terakhir.

"Kami dapat menggunakan sampel ini untuk menentukan dengan tepat bagaimana sistem kekebalan bereaksi terhadap vaksinasi," ujar Schober.

 

Tidak Ditemukan Efek Samping Apapun

FOTO: 6 Jenis Vaksin COVID-19 yang Ditetapkan Pemerintah Indonesia
Gambar ilustrasi menunjukkan botol berstiker "Vaksin COVID-19" dan jarum suntik dengan logo perusahaan farmasi AstraZeneca, London, Inggris, 17 November 2020. Vaksin buatan AstraZeneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford ini disebut 70 persen ampuh melawan COVID-19. (JUSTIN TALLIS/AFP)

Vaksin messenger ribonucleic acid (mRNA) bekerja dengan menunjukkan sedikit kode genetik dari virus ke sel-sel tubuh.

Sistem kekebalan tubuh kemudian harus mengenali dan mengetahui cara melawan COVID-19 jika seseorang benar-benar terinfeksi virus tersebut.

Schober pun khawatir bahwa simulasi berlebihan pada sistem kekebalan tubuh akibat doses berulang, kemungkinan akan membuat sel-sel tertentu lelah.

Namun, para peneliti tidak menemukan bukti mengenai hal ini pada pria berusia 62 tahun tersebut.

Selain itu, mereka juga tidak menemukan tanda-tanda pria tersebut pernah tertular COVID-19.

Dosis Berlebihan Tetap Tidak Dianjurkan

Anak Usia 6 Bulan Hingga 5 Tahun Akhirnya Diizinkan Vaksinasi Pfizer dan Moderna
Ilustrasi vaksin COVID-19. (Sumber foto: Unsplash.com).

Kendati demikian, mereka tetap menegaskan bahwa dosis vaksin berlebih tidak dianjurkan.

"Yang penting, kami tidak mendukung vaksinasi berlebihan sebagai strategi untuk meningkatkan kekebalan adaptif," ungkap para peneliti.

Dan hasil tes mereka terhadap pria berusia 62 tahun itu tidak cukup untuk membuat kesimpulan yang luas, apalagi memberikan rekomendasi kepada masyarakat umum.

"Penelitian saat ini menunjukkan bahwa vaksinasi tiga dosis, ditambah dengan pemberian vaksin rutin untuk kelompok rentan, tetap menjadi pendekatan yang terbaik," kata mereka melalui pernyataan resmi.

"Tidak ada indikasi bahwa diperlukan lebih banyak vaksin," lanjut pernyataan itu.

Vaksin COVID-19 dapat menimbulkan efek samping, dan yang umum terjadi adalah lengan yang sakit akibat suntikan.

Infografis Syarat Lansia, Komorbid hingga Ibu Menyusui Disuntik Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Syarat Lansia, Komorbid hingga Ibu Menyusui Disuntik Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya