Cincin Saturnus Akan Menghilang 2025, Begini Faktanya

Cincin Planet Saturnus hanyalah kumpulan partikel-partikel kecil berupa debu, es, dan batu yang berputar-putar. Partikel-partikel tersebut memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari seukuran debu hingga bongkahan besar sekalipun.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 26 Jul 2024, 01:00 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2024, 01:00 WIB
Cincin Planet Saturnus Akan Menghilang
Sumber: NASA

Liputan6.com, Jakarta - Saturnus merupakan planet yang dikenal dengan keberadaan cincin disekelilingnya. Cincin Saturnus pertama kali diamati oleh Galileo Galilei pada 1610 dengan menggunakan teleskop sederhana.

Cincin Saturnus terbentang mengelilingi bagian ekuator Saturnus dan merupakan sistem cincin planet paling luas di tata surya. Sayangnya, para ilmuwan memperkirakan cincin Saturnus terus menipis dan terancam akan hilang di masa yang akan datang.

Melansir laman Space pada Kamis (25/07/2024), cincin Saturnus memang akan tampak hilang dari pandangan pada 2025. Fenomena ini disebabkan oleh rotasi Saturnus pada porosnya.

Namun, sebenarnya Saturnus tidak benar-benar kehilangan cincinnya pada 2025. Hanya saja, cincin Saturnus akan tampak semakin tipis, sehingga tidak terlihat oleh penduduk Bumi.

Penampakan cincin Saturnus dari bumi dapat berubah seiring waktu karena The Jewel of the Solar System ini berputar pada sumbu miring 26,7 derajat. Menariknya, fenomena menghilangnya cincin Saturnus ini terjadi setiap 13 hingga 15 tahun sekali.

Dikutip dari NASA pada Kamis (25/07/2024), fenomena ini terjadi karena cicin Saturnus hanya memantulkan sedikit cahaya dan sangat sulit dilihat, sehingga pada dasarnya tidak terlihat. Cincin Saturnus terakhir kali tampak menghilang 2009 dan tepatnya akan berulang kembali pada 23 Maret 2025

Sejak ditemukan Galileo Galilei pada 1610, para ilmuwan telah mempelajari cincin tersebut. Misi Cassini-Huygens NASA juga telah menegaskan bahwa cincin Saturnus kemungkinan terbentuk sekitar 100 juta tahun yang lalu.

Cincin Planet Saturnus hanyalah kumpulan partikel-partikel kecil berupa debu, es, dan batu yang berputar-putar. Partikel-partikel tersebut memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari seukuran debu hingga bongkahan besar sekalipun.

Ada beberapa pendapat mengenai bagaimana terbentuknya cincin Saturnus ini. Cincin ini berasal dari pecahan komet, asteroid atau benda-benda angkasa lainnya yang terkena gaya tarik dari planet, sehingga berkumpul mengelilingi Saturnus dan kemudian tampak seperti cincin.

Bongkahan ini tak terhitung jumlahnya dan tersebar tidak beraturan di sekeliling planet. Pendapat lain mengungkapkan bahwa cincin milik Saturnus terbentuk setelah kehancuran sebuah bulan yang puing-puingnya kemudian membentuk cincin.

Para astronom belum dapat menentukan teori mana yang paling tepat dengan sejarah terbentuknya cincin Saturnus. Cincin Saturnus terdiri dari lapisan cincin membuat para astronom harus menamai lapisan-lapisan ini agar mudah diidentifikasi.

Cincin Saturnus tidak diam melainkan berputar. Jari-jari atau spokes ini muncul melintasi cincin dalam selang waktu tertentu dan akan menghilang.

Uniknya, waktu kemunculannya tidaklah tetap dan berbeda-beda tergantung lamanya sinar matahari menyinari cincin tersebut. Hal ini pertama kali terlihat oleh pesawat luar angkasa, Voyager yang saat itu hendak memotret cincin Saturnus.

(Tifani)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya