NASA ingin Ciptakan Zona Waktu Bulan, Begini Cara Kerjanya

Satu hari di Bulan kira-kira 56 mikrodetik lebih cepat dibandingkan di Bumi. Jumlah ini sangat kecil sehingga menyebabkan ketidakkonsistenan yang signifikan dari waktu ke waktu.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 20 Sep 2024, 05:00 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2024, 05:00 WIB
Keindahan Full Buck Supermoon Hiasi Langit di Berbagai Negar
Bulan purnama terbit di atas Bagdad, Irak, pada Rabu (13/7/2022). Bulan Purnama dikenal sebagai Buck Moon dan juga Supermoon. Di kondisi ini Bulan akan terlihat tampak lebih besar dan terang sehingga terasa sangat dekat dari Bumi. (AP Photo/Hadi Mizban)

Liputan6.com, Jakarta - Badan antariksa dunia tengah berlomba-lomba menciptakan zona waktu Bulan atau Coordinated Lunar Time (LTC). Proyek ini ditargetkan selesai pada akhir 2026.

Dikutip dari laman Live Science pada Kamis (19/09/2024), waktu memang berjalan lebih cepat di Bulan. Hal ini disebabkan perbedaan kekuatan medan gravitasi di Bulan.

Coordinated Lunar Time diharapkan dapat membantu menjaga misi antariksa agar tetap terkoordinasi. Pembuatan zona waktu bulan juga bertujuan untuk membuat metode baru dalam melacak waktu, khususnya di Bulan.

Satu hari di Bulan kira-kira 56 mikrodetik lebih cepat dibandingkan di Bumi. Jumlah ini sangat kecil sehingga menyebabkan ketidakkonsistenan yang signifikan dari waktu ke waktu.

Hal ini mungkin tidak terlihat besar, namun dapat memberikan dampak yang signifikan ketika mencoba menyinkronkan pesawat ruang angkasa. Waktu bumi diukur dengan ratusan jam atom yang ditempatkan di sekitar planet kita.

Jam atom dapat mengukur perubahan keadaan energi atom untuk mencatat waktu hingga nanodetik. Jika mereka ditempatkan di Bulan, dalam 50 tahun mereka akan berlari satu detik lebih cepat.

Amerika Serikat ingin satuan waktu LTC siap pada 2026 untuk menjalankan misi berawak ke bulan. Artemis-3 akan menjadi misi pertama yang kembali ke permukaan bulan sejak Apollo 17 pada 1972.

Artemis-3 dijadwalkan mendarat di kutub selatan Bulan yang diperkirakan menyimpan banyak air es di kawah yang tidak pernah terkena sinar matahari. Misi ini memerlukan ketelitian ekstrim hingga nanodetik.

Kesalahan dalam navigasi yang dapat membahayakan pesawat ruang angkasa memasuki orbit yang salah. Namun Artemis-3 juga merupakan salah satu dari banyak rencana misi nasional ke bulan.

Jika waktu tidak terkoordinasi di antara keduanya, hal ini dapat menimbulkan tantangan dalam pengiriman data dan komunikasi antara pesawat ruang angkasa, satelit, dan bumi.

 

Tak Hanya NASA

NASA bukan satu-satunya yang mencoba mewujudkan waktu Bulan menjadi kenyataan. Badan Antariksa Eropa (ESA) juga telah mengembangkan sistem waktu baru selama beberapa waktu.

Kesepakatan antar negara dan badan koordinasi terpusat saat ini dilakukan oleh Biro Berat dan Ukuran Internasional untuk waktu di Bumi. Saat ini, Waktu Universal Terkoordinasi digunakan karena orbitnya tetap rendah di Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Elemen lain yang harus disepakati oleh negara-negara adalah dari mana kerangka waktu baru ini dimulai dan sampai ke mana kerangka waktu tersebut diperluas.

Zona waktu Bulan atau LTC dipastikan tidak akan sama dengan zona waktu di Bumi. Di Bumi, zona waktu ditetapkan menggunakan Waktu Universal Terkoordinasi atau Coordinated Universal Time (UTC).

UTC menampilkan pengukuran rata-rata gabungan dari ratusan jam atom yang sangat tepat dan ditempatkan di seluruh dunia.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya