Hebohkan Dunia, Ilmuwan akan Umumkan Istilah Resmi untuk Novel Coronavirus

Meski telah menjangkit puluhan ribu orang, infeksi akibat novel coronavirus atau 2019-nCoV belum memiliki nama resmi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 06 Feb 2020, 14:00 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2020, 14:00 WIB
Virus Corona
Ilustrasi Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV). (CDC via AP, File)

Liputan6.com, Jakarta Meski telah menginfeksi lebih dari 20 ribu orang dan menyebar di banyak negara, penyakit yang disebabkan oleh infeksi novel coronavirus (2019-nCoV) atau lebih dikenal dengan julukan virus corona, belum memiliki nama resmi.

Namun baru-baru ini, para ilmuwan di International Committee on Taxonomy of Viruses menyatakan bahwa tidak lama lagi, mereka akan mengumumkan nama yang tepat bagi infeksi virus corona strain baru ini.

Menurut Crystal Watson, assistant professor dari Johns Hopkins Center for Health Security, penamaan virus seringkali tertunda karena fokus utama yaitu respon kesehatan masyarakat. Walaupun begitu, pemberian istilah juga penting.

"Bahaya ketika Anda tidak memiliki nama resmi adalah, orang-orang mulai menggunakan istilah-istilah seperti China Virus, dan itu dapat menimbulkan reaksi buruk terhadap populasi tertentu," kata Watson seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (6/2/2020).

Untuk saat ini, World Health Organization (WHO) secara sementara memberikan nama bagi virus ini yaitu 2019-nCoV atau novel coronavirus. Watson menilai, pemberian istilah ini sulit digunakan sehingga media dan masyarakat memberikan nama berbeda sebagai gantinya.

Panduan WHO Terkait Penamaan Penyakit

Banner Infografis Wabah Virus Corona Darurat Kesehatan Global. (Sumber Foto: John Hopkins University CSSE)
Banner Infografis Wabah Virus Corona Darurat Kesehatan Global. (Sumber Foto: John Hopkins University CSSE)

Dalam panduan WHO, penamaan sebuah penyakit infeksi pada manusia sebaiknya menghindari beberapa hal seperti lokasi geografis seperti negara atau wilayah tertenty, nama orang, kelas atau spesies binatang atau makanan tertentu, budaya, populasi, industri, maupun referensi pekerjaan, serta istilah yang menimbulkan ketakutan.

Walaupun begitu, dalam praktiknya, beberapa penamaan tetap tidak menggunakan saran tersebut.

Beberapa contoh yang tidak dianjurkan namun sudah digunakan seperti, seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS), Spanish Flu, Lyme disease, atau Japanese encephalitis (terkait lokasi); Creutzfeldt-Jakob disease (terkait nama orang); serta flu babi (swine flu) dan flu burung (bird flu).

Dalam panduan tersebut, WHO juga merekomendasikan pemberian nama penyakit bisa mencakup istilah gejala secara umum yang deskriptif, maupun istilah deskriptif yang spesifik soal kelompok usia, perjalanan waktu, tingkat keparahn, kemunculannya secara musiman, serta lingkungan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya