Liputan6.com, Jakarta - Bukti bahwa tabrakan COVID-19 dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat menghasilkan varian virus corona baru semakin banyak. Hal ini mendorong para ilmuwan di Afrika Selatan untuk melakukan penyelidikan.
Tim Jaringan Pengawasan Genomik Afrika Selatan (NGS-SA) yang pertama kali memperingatkan dunia tentang Omicron, mengatakan sudah waktunya untuk penyelidikan sistematis. Mereka ingin mengetahui apa yang terjadi ketika pasien dengan HIV yang tidak diobati terinfeksi COVID-19.
Baca Juga
Sejumlah penelitian, termasuk yang diterbitkan oleh tim minggu lalu, telah menemukan bahwa orang dengan sistem kekebalan yang lemah - seperti pasien dengan HIV yang tidak diobati - dapat menderita infeksi virus corona terus-menerus, selama berbulan-bulan.
Advertisement
Virus tetap berada dalam sistem mereka dan mengakumulasi mutasi, beberapa di antaranya mungkin memberikan keuntungan.
Beberapa peneliti percaya ini bisa jadi bagaimana Omicron dan beberapa varian COVID-19 lainnya berkembang, meskipun ilmuwan lain percaya itu mungkin muncul pada hewan sebelum menyebar kembali ke manusia.
Simak Video Berikut Ini
Kata Peneliti
Peneliti di Universitas Stellenbosch sekaligus penulis utama makalah tersebut, Tongai Maponga, mengatakan dia dan rekan-rekannya di NGS-SA sedang mendiskusikan studi yang lebih mendalam untuk mendukung hipotesis.
"Beberapa kasus yang sejauh ini telah dilihat dan dijelaskan terjadi hanya karena pengawasan acak," katanya mengutip Channelnewsasia.com Rabu (2/2/2022).
"Tetapi saya pikir kami akan segera melakukan sesuatu yang lebih sistematis untuk melihat secara khusus pada pasien HIV dengan sistem kekebalan yang parah ini, untuk melihat apa yang terjadi."
Dia menambahkan, pekerjaan itu akan fokus pada dua elemen yakni pada pasien dan bagaimana sistem mereka menangani infeksi COVID-19. Serta, pada pembuktian apakah varian baru kemungkinan akan muncul dengan cara ini.
"Jika itu masalahnya, kami perlu meningkatkan permainan kami dengan cara kami mendiagnosis orang-orang ini, dan memastikan bahwa mereka mendapatkan diagnosis dan perawatan yang cepat," tambahnya.
Advertisement
HIV di Afrika Selatan
Di sisi lain, manajer advokasi di StopAids, Saoirse Fitzpatrick mengatakan pandemi telah "sangat" berdampak pada tes HIV secara global.
“Tanggapan COVID-19 yang mengabaikan tanggapan HIV bukanlah pendekatan kesehatan masyarakat yang memadai,” katanya.
Afrika Selatan memiliki epidemi HIV terbesar di dunia, dengan 8,2 juta orang terinfeksi. Hanya sekitar 71 persen orang dewasa, dan 45 persen anak-anak yang dirawat.
Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan Covid-19 Varian Omicron
Advertisement