Liputan6.com, Jakarta Tak sedikit anak korban tragedi Arema di Kanjuruhan Malang yang mendadak yatim piatu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta Pemerintah bertanggung jawab. Data sementara Tim Disaster Victim Investigation (DVI) Polri sampai siang ini, sebanyak 125 orang meninggal dari tragedi tersebut.
Komisioner KPAI Retno Listyarti menegaskan, nasib anak-anak yang orangtuanya meninggal akibat korban tragedi maut usai laga Arema FC menjamu Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) patut menjadi perhatian Negara.
Baca Juga
"Sebagai Komisioner KPAI, saya menyampaikan untuk mendorong Negara, khususnya Pemerintah Pusat dan Daerah terkait untuk bertanggung jawab," tegas Retno melalui pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Senin, 3 Oktober 2022.
Advertisement
“Bagi anak-anak yang orangtuanya meninggal saat tragedi ini butuh dukungan negara. Karena mereka mendadak jadi yatim atau bahkan yatim piatu. Tulang punggung keluarganya ikut menjadi korban tewas dalam peristiwa ini."
Dukungan Pemerintah juga diperlukan dalam hal rehabilitasi korban terdampak kericuhan Arema FC. Apalagi anak-anak ikut menjadi korban luka dan sedang menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit di Malang.
"Pemerintah harus tanggung jawab terhadap jatuhnya korban jiwa dan luka-luka dalam tragedi Kanjuruhan, Malang. Tak sekadar santunan, namun rehabilitasi psikis bagi para korban, terutama anak-anak yang saat ini masih dirawat di rumah sakit," terang Retno.
Risiko Bawa Anak di Kerumunan
Dari informasi yang diperoleh Retno Listyarti, sejak awal panitia laga Arema FC vs Persebaya Surabaya memang sudah mengkhawatirkan berlangsungnya pertandingan. Panitia meminta kepada Liga (Liga Indonesia Baru/LIB) agar pertandingan dapat diselenggarakan sore hari untuk meminimalisir risiko kejadian tak terduga.
"Tetapi sayangnya, pihak Liga menolak permintaan tersebut dan tetap menyelenggarakan pertandingan pada malam hari," jelasnya.
Menurut Retno, pertandingan sepak bola yang digelar malam hari, terlebih yang dihadiri anak-anak dapat menimbulkan kerentanan.
“Memang membawa anak-anak dalam kerumunan massa sangat berisiko, apalagi di malam hari, karena ada kerentanan bagi anak-anak saat berada dalam kerumunan," terangnya.
"Kita tak bisa memprediksi apa yang akan terjadi dalam kerumunan tersebut. Namun, masyarakat mungkin membutuhkan hiburan setelah pandemi yang sudah berlangsung dua tahun."
Advertisement
Tawari Anak Korban Masuk Kepolisian
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bertakziah ke rumah salah satu korban meninggal tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Ia menyampaikan secara langsung duka cita yang mendalam dan menawarkan anak korban masuk polisi.
"Ibu, saya turut berdukacita, atas kejadian ini," kata Listyo kepada ibu yang anaknya menjadi korban, Senin (3/10/2022).
Listyo mendengarkan langsung kesaksian keluarga korban. Ia menguatkan keluarga agar tabah dan ikhlas menghadapi tragedi tersebut.
Kapolri bahkan menawarkan salah satu anak dari korban meninggal dunia untuk masuk menjadi anggota kepolisian.
"Kalau kamu masuk polisi mau enggak?" tanya Listyo kepada anak tersebut.
Listyo pun berjanji untuk mengusut tuntas kasus tragedi Arema yang menewaskan ratusan orang sesuai instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi). Polisi akan melakukan pengumpulan data, fakta, dan rekaman CCTV di tempat kejadian perkara atau stadion.
"Yang jelas, kami serius dan usut tuntas tentunya. Ke depan terkait proses penyelenggaraan dan pengamanan yang akan didiskusikan, akan menjadi acuan dalam proses pengamanan," ucapnya.
Bukan Sepak Nyawa
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ikut berduka atas tragedi Kanjuruhan Malang. Menurutnya, pertandingan sepak bola Liga 1 itu sebaiknya dihentikan terlebih dahulu untuk menyelesaikan masalah ini.
"Saya berduka cita mendalam karena terlalu besar yang terjadi dalam satu peristiwa. Ini mending di-stop dulu dan introspeksi," ungkap Kang Emil, sapaan akrabnya saat ditemui di Hotel Holiday Inn Bandung, Pasteur, Bandung, Jawa Barat, Senin (3/10/2022).
Kang Emil menekankan, pertandingan dari klub lainnya harus ditunda sampai terbangun kembali kepercayaan masyarakat terkait keamanan. Kejadian ini juga harus menjadi renungan para pendukung klub sepak bola dalam menjunjung tinggi sportivitas dalam sebuah laga pertandingan.
"Kompetisi olahraga bukan segalanya. Kalau menang disayang, kalau kalah jangan dimaki-maki dan ditendang. Ini kan sepak bola, bukan sepak nyawa," ungkapnya.
Jatuhnya korban pasca pertandingan sepak bola bukan yang pertama kali. Di Jawa Barat, kejadian serupa juga pernah terjadi beberapa waktu lalu.
Pernah ada dua korban meninggal usai pertandingan sepak bola di Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada Juni 2022 menjadi luka yang mendalam. Walaupun hal itu dipicu pendukung sepak bola yang tidak memiliki tiket, tapi memaksa untuk masuk ke area pertandingan.
Apalagi kejadian di Kanjuruhan seharusnya tidak pernah terjadi lagi.
"Mudah-mudahan yang terjadi hari ini tidak pernah terulang lagi, karena sepak bola kan buat gembira," sambung Kang Emil.
Advertisement