Liputan6.com, Jakarta - Ustadz Das'ad Latif kerap menghibur publik dalam ceramahnya dengan guyonan cerdasnya yang mengangkat tema kesombongan. Kali ini, dia mengajak jemaah untuk merenungkan apa yang sebenarnya dapat dibanggakan dalam hidup ini.
Dengan gaya bicaranya yang khas, Ustadz Das'ad Latif mampu membuat suasana ceramah menjadi segar dan menyenangkan.
Advertisement
Dalam tayangan tersebut, Ustadz Das'ad Latif mulai dengan pertanyaan retoris yang menggelitik. Ia mempertanyakan, “Apa yang kamu sombongkan?” dia mencontohkan seorang Kapolres yang merasa bangga menjadi orang penting karena disenangi oleh Kapolri.
Advertisement
Ustadz Das'ad melanjutkan dengan candaan, menyiratkan bahwa kesombongan semacam itu tidak berdasar dan bisa menjadi bumerang jika tidak disertai dengan kemampuan dan akhlak yang baik.
"Kapolres mau sombong bisa jadi Kapolres karena dia disenangi Kapolri, kalau tidak, selesai dia," ungkap Ustadz Das'ad Latif dengan nada jenaka, dikutip dari ceramah yang disiarkan di kanal YouTube @ANJABI.CHANNEL.
Candaan ini mengundang tawa dari jemaah yang hadir. Ustadz ini mengingatkan bahwa jabatan dan kedudukan tidak seharusnya membuat seseorang merasa lebih tinggi dari orang lain.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Guyonan Khas
Ia juga menyentil para penceramah yang terkadang merasa bangga karena banyak yang menonton. “Oh Das'ad, jangan kau sombong, kau bisa jadi penceramah karena ada yang nonton. Coba kalau saya ceramah di sini tidak ada yang nonton, dua jam berapi-api, lewat paling jemaah bilang sudah lama sekali itu ustadz,” ujarnya sambil tertawa.
Dalam sesi ceramah tersebut, Ustadz Das'ad menunjukkan bagaimana kesombongan sering kali tidak beralasan. Ia mengajak semua orang untuk menyadari bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Tidak ada satu pun yang patut merasa lebih baik dari yang lain hanya karena posisi atau prestasi yang diraih.
“Eh, PJ (pejabat) Anda tidak boleh sombong. Tapi inilah manusia paling beruntung, tidak perlu beli partai, tidak perlu pasang baliho, tidak boleh sombong,” lanjutnya.
Pernyataan ini semakin menghibur jemaah, yang merasa terwakili oleh humor Ustadz Das'ad tentang pejabat yang biasanya berambisi tinggi untuk dikenal.
Ustadz Das'ad kemudian melanjutkan guyonan mengenai tentara. "Pak Kapolres, tidak ada boleh sombong, TNI juga jangan sombong," ucapnya.
Ia menegaskan bahwa kesombongan tidak hanya dimiliki oleh pejabat sipil, tetapi juga ada di kalangan militer, meskipun di balik itu ada ketakutan yang seringkali tidak disadari.
Advertisement
TNI Kok Takut Istri
Lebih jauh, Ustadz Das'ad menggambarkan ketakutan tentara terhadap istri mereka dengan nada humoris. “Paling takut sama istrinya,” candanya. Komentar ini membuat jemaah tertawa, menciptakan suasana ceramah yang lebih akrab dan ringan.
"Kalau saya pak, tidak pernah saya takut sama istri pak. Tidak ada orang Bugis takut sama istrinya, Pak. Cuma orang Bugis, istrinya lebih berani," tambahnya dengan tawa.
Dengan ungkapan tersebut, ia mengekspresikan keunikan budaya yang ada dalam masyarakat Bugis, yang dikenal memiliki karakter yang kuat dan mandiri.
Lewat guyonan ini, Ustadz Das'ad tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pelajaran penting tentang kerendahan hati. Kesombongan, menurutnya, adalah penghalang untuk menjalani kehidupan yang penuh makna.
Ia mengajak semua untuk menyadari bahwa setiap orang, tanpa memandang jabatan atau status, adalah setara di hadapan Tuhan.
Ceramah yang disampaikan dengan gaya humor ini berhasil menarik perhatian dan membuat jemaah merasa terlibat. Ustadz Das'ad menggunakan guyonan sebagai alat untuk menyampaikan pesan moral yang dalam. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan humor bisa menjadi salah satu cara yang efektif dalam berdakwah.
Pesan yang disampaikan dalam ceramah ini sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam dunia yang semakin kompetitif, sering kali orang terjebak dalam kesombongan karena prestasi yang diraih. Namun, Ustadz Das'ad mengingatkan bahwa kesombongan tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga dapat merusak hubungan dengan orang lain.
Ustadz Das'ad menutup ceramahnya dengan mengingatkan pentingnya bersyukur atas apa yang dimiliki. Dengan kesederhanaan dan kerendahan hati, hidup akan terasa lebih bermakna. Pesan ini mengajak jemaah untuk menghindari sifat sombong dan fokus pada hal-hal yang lebih penting dalam hidup.
Dengan cara yang menghibur dan menyentuh, Ustadz Das'ad Latif mengajak semua untuk introspeksi diri. Humor yang disampaikan bukan hanya sekadar lelucon, tetapi sarat makna yang mendalam. Ceramah ini menjadi salah satu contoh bagaimana dakwah dapat dilakukan dengan cara yang ringan namun penuh hikmah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul