Liputan6.com, Jakarta - Di tengah kecenderungan masyarakat yang sering merasa minder dengan keadaan majelis ta'lim yang kecil, KH Yahya Zainul Ma'arif, atau Buya Yahya, mengingatkan umat Islam untuk tidak kecil hati.
Buya Yahya mengatakan bahwa meskipun sebuah majelis ta'lim di desa atau kampung mungkin terlihat sederhana dengan jumlah jamaah yang sedikit, tidak ada alasan untuk meragukan manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan tersebut.
Advertisement
Dalam tayangan video yang diunggah di kanal YouTube @Suarahati-e1y, Buya Yahya menegaskan bahwa banyak orang merasa minder mengikuti majelis ta'lim di kampung mereka yang hanya dihadiri oleh beberapa orang. Namun, ia menekankan bahwa jumlah jamaah bukanlah ukuran dari kualitas suatu majelis ta'lim.
Advertisement
"Kadang merasa minder ngaji di majelis ta'lim di desa, di kampung, yang jumlahnya sedikit," ujar Buya Yahya, mengingatkan bahwa setiap majelis memiliki nilai dan manfaat yang luar biasa.
Menurut Buya Yahya, meskipun majelis ta'lim di kampung mungkin tidak sebesar dan semeriah yang ada di kota besar, hal itu bukanlah halangan untuk terus menuntut ilmu. Bahkan, ia mengajak umat Islam untuk tidak memandang rendah majelis-majelis kecil yang ada di sekitar mereka.
“Kami tetap mengimbau, kalau ibu punya majelis yang kecil-kecil di kampung, tapi ternyata ustadznya yang ikhlas ngaji kitab Safinatun Naja, Aqidatul Awam, tekuni itu,” ujarnya.
Bagi Buya Yahya, hal yang terpenting dalam belajar adalah ikhlas dan kesungguhan untuk menuntut ilmu. Meskipun majelis ta'lim di kampung tidak ramai, namun jika ustadz yang mengajar dengan ikhlas dan tekun mengajarkan ilmu yang bermanfaat, itu sudah cukup. “Biarpun kelihatannya enggak sebesar yang selama ini anda datangi, yang hadir hanya orang lebih sedikit, konsentrasi dengan enam orang, tapi kurikulum pembenahan wudhu, pembenahan akidahmu tetap jalan,” jelas Buya Yahya.
Penting untuk dipahami bahwa belajar agama bukanlah soal siapa yang hadir dan berapa banyak orang yang ikut, tetapi tentang kualitas dan niat dalam menuntut ilmu. Buya Yahya mengingatkan bahwa tujuan utama dalam ngaji adalah mendapatkan ridha Allah dan bukan untuk sekadar berbangga dengan jumlah peserta. "Kan ngaji bukan berbangga, ngaji ada yang dituju: Ridha Allah, ada ilmu yang kita dapat," kata Buya Yahya, menekankan bahwa tujuan belajar agama adalah untuk mendapatkan keberkahan dari Allah.
Ngaji di majelis ta'lim di kampung, meskipun sederhana, tetap bisa menjadi sarana penting untuk memperbaiki diri dan mendalami ilmu agama dengan lebih mendalam. Pembenahan dalam hal wudhu dan akidah yang dipelajari secara konsisten akan membawa manfaat jangka panjang bagi setiap individu yang mengikutinya. "Ngaji ada tujuan, ilmu yang kita dapat di musalamusala,” tambah Buya Yahya, menunjukkan bahwa setiap pertemuan dalam majelis ta'lim akan memberikan pembelajaran yang berguna bagi kehidupan sehari-hari.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Peserta Sedikit Justru Lebih Konsentrasi
Penting untuk tidak merasa rendah diri meskipun majelis ta'lim di kampung tampaknya lebih kecil dan kurang dikenal. Buya Yahya mengajak umat Islam untuk tetap tekun dan serius dalam menuntut ilmu di majelis yang ada, meskipun jumlah peserta terbatas.
"Ibu tuh loh ya, ini kan gabungan, kan ada majelis kecil di kampungnya kan?" ujarnya, menegaskan bahwa setiap majelis, sekecil apapun itu, tetap memiliki nilai yang luar biasa dalam mendalami agama.
Proses belajar di majelis ta'lim kecil juga memberikan kesempatan untuk lebih fokus dan mendalam dalam mempelajari ilmu. Dengan jumlah jamaah yang sedikit, setiap peserta bisa lebih leluasa dalam bertanya dan mendiskusikan hal-hal yang mereka belum paham.
"Konsentrasi dengan enam orang, lebih intens, lebih fokus dalam belajar," kata Buya Yahya, mengajak umat untuk tidak melihat jumlah peserta, tetapi fokus pada kualitas dan pemahaman ilmu yang didapatkan.
Selain itu, Buya Yahya juga menegaskan pentingnya memilih majelis ta'lim yang mengajarkan ilmu yang benar dan bermanfaat. Majelis yang mengajarkan kitab-kitab yang sahih seperti Safinatun Najah dan Aqidatul Awam adalah pilihan yang tepat. Kitab-kitab ini memberikan landasan yang kuat dalam memahami akidah dan tata cara beribadah yang benar.
"Majelis yang mengajarkan kitab-kitab ini, lebih bermanfaat untuk pembenahan akidah dan ibadah kita," ujar Buya Yahya.
Majelis ta'lim yang kecil, menurut Buya Yahya, bukan berarti kurang efektif. Sebaliknya, dalam suasana yang lebih intim, setiap peserta bisa mendapatkan perhatian lebih dari pengajar dan mendapatkan ilmu dengan lebih mendalam. Buya Yahya menekankan bahwa kualitas pengajaran lebih penting daripada banyaknya peserta yang hadir.
Advertisement
Meski Majelis Kecil. Tidak Sia-sia
Ia juga mengingatkan bahwa tidak ada yang salah dengan mengikuti majelis ta'lim di kampung, bahkan justru itu adalah hal yang sangat baik. “Tetap tekuni itu,” ujar Buya Yahya, menyarankan agar umat Islam tidak ragu untuk terus menuntut ilmu di majelis ta'lim di mana pun mereka berada, terutama yang ada di kampung-kampung.
Menurut Buya Yahya, pemahaman yang baik tentang agama akan tercapai ketika seseorang konsisten mengikuti majelis ta'lim, walaupun hanya dengan beberapa orang. Buya menekankan bahwa belajar agama adalah proses yang tidak pernah sia-sia, meskipun tidak ada banyak orang yang hadir.
"Yang penting niat dan kesungguhan kita dalam menuntut ilmu," kata Buya Yahya, mengingatkan agar umat Islam tidak merasa rendah diri dalam mengikuti majelis yang ada di sekitar mereka.
Buya Yahya mengajak umat Islam untuk lebih menghargai majelis ta'lim di kampung, karena itulah tempat kita memperbaiki diri, memperdalam ilmu, dan meningkatkan kualitas ibadah kita.
"Jangan kecil hati ngaji di majelis ta'lim di kampung," ujarnya, menegaskan bahwa tidak ada tempat yang lebih baik untuk menuntut ilmu selain di majelis yang benar dan ikhlas.
Dengan demikian, meskipun ada kecenderungan untuk merasa minder atau rendah diri dengan majelis yang kecil, Buya Yahya ingin agar umat Islam terus melanjutkan perjuangan mereka dalam menuntut ilmu agama di mana pun itu berada. Ini adalah upaya yang akan membawa mereka lebih dekat kepada Allah dan memberikan manfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul