Pesan Tersirat Kesedihan Orang Utan Kalimantan dalam Panggung Teater Musikal

Sajian menarik Institute Tinggang Borneo Theater dalam teater musikal yang menceritakan kesedihan Orang Utan Kalimantan

oleh Asnida Riani diperbarui 18 Mar 2019, 14:45 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2019, 14:45 WIB
Panggung Ruang Kreatif
Institute Tinggang Borneo Theater saat tampil di Galeri Indonesia Kaya (dok. Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah melalui rangkaian roadshow Bincang Kreatif Seni Pertunjukan di Solo, Makassar, dan Bali, dilanjutkan dengan pengumpulan Art Project Development Proposal. Terpilihlah 14 komunitas seni yang berkesempatan untuk menampilkan karya teater di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat.

Salah satu kelompok yang terpilih Program Ruang Kreatif: Seni Pertunjukan Indonesia adalah Institute Tingang Borneo Theater (ITBT). Kelompok ini tampil pada Minggu, 17 Maret 2019 di hadapan para penikmat seni dengan pertunjukan UTAN.

Pertunjukan dibuka dengan pembacaan karungut (sastra lisan suku Dayak) yang diiringi dengan lantunan merdu dari alat musik tabuhan gendang dan gong, bukan kecapi seperti biasanya. Para pemain, yaitu Aulia, Poppy, Asra'i, Septiyanto, dan Try, berlenggak-lenggok dengan indah mengikuti alunan musik.

Kelompok teater ITBT juga menampilkan video visualisasi dan wawancara kegiatan penyelamat Orang Utan, rehabilitasi, hingga pelepas liaran Orang Utan Kalimantan.

Dilanjutkan dengan pembacaan monolog yang menceritakan pengalaman bekerja di bidang konservasi dan penyelamatan Orang Utan Kalimantan. Dalam pertunjukan teater, para pemain memerankan dengan nuansa sedih menggambarkan keadaan Orang Utan Kalimantan.

Panggung Ruang Kreatif
Khafidz dari kelompok Institute Tinggang Borneo Theater menjadi Orang Utan (dok. Istimewa)

Pertunjukan berdurasi kurang lebih satu jam itu ditutup dengan tarian Bukung yang merupakan ritual agama Hindu Kaharingan saat anggota keluarga ada yang meninggal. Tarian ini secara umum bertujuan untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan serta menjadi pengantar ruh.

"Walaupun bertampang sangar dan mengerikan/menakutkan, bukung memiliki sifat yang baik. Menjadi simbol saling membantu, terkadang datang dengan membawa beras atau bahan makanan untuk diberikan kepada keluarga yang sedang berduka," ujar Abdul Khafidz Amrullah selaku pimpinan produksi.

Khafidz mengatakan, pertunjukan itu berangkat dari keprihatinan kelompoknya terhadap kondisi yang terjadi dengan hutan di Kalimantan, dan satwa-satwa yang terdapat di dalamnya hampir punah akibat ulah para manusia yang tidak bertanggung jawab. "Kami percaya, bahwa Orang Utan merupakan bagian dari kebudayan Kalimantan," ujarnya .

Khafidz juga menambahkan dari pertunjukan tersebut mereka ingin berbagi pengalaman dan pengetahuan kepada para penikmat seni mengenai apa yang terjadi lewat pementasan UTAN sebagai upaya untuk melestarikan kebudayaan.

Dalam proses persiapannya, ITBT didampingi oleh mentor yang sudah berpengalaman dalam bidangnya, yaitu Eko Supriyanto, seorang koreografer yang namanya sudah dikenal hingga kancah dunia.

Menampilkan gambaran dari kesedihan Orang Utan ini, ITBT dengan apik membawakan segala rangkaian tarian serta monolog dalam panggung teater. Hafidz mengatakan bahwa teater menjadi salah satu media untuk menyampaikan pesan. (Adinda Kurnia Islami)

 Saksikan video pilihan di bawah:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya