Komitmen Unilever Tinggalkan Bahan Bakar Fosil dalam Produk Pembersih

Langkah ini ditargetkan Unilever dapat mengurangi jejak karbon hingga 20 persen dalam formulasi produk pembersih mereka.

oleh Henry diperbarui 04 Sep 2020, 12:02 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2020, 12:02 WIB
Ilustrasi deterjen | pixabay
Ilustrasi deterjen | pixabay

Liputan6.com, Jakarta -  Produsen rangkaian produk pembersih dan detergen, Unilever, mengumumkan akan mulai bertransisi untuk menggantikan 100 persen karbon dari bahan bakar fosil dengan karbon daur ulang pada Rabu, 2 September 2020. Langkah ini dilakukan untuk mentransformasi sederet brand di kategori pembersih dan detergen, termasuk Molto, Rinso, Sahaja, Sunlight, Wipol, Superpell, dan Vixal secara berkesinambungan.

Ambisi baru ini merupakan upaya untuk  ‘Menciptakan Masa Depan yang Bersih dan Lestari’  atau disebut Clean Future. Upaya Clean Future secara konsisten menanamkan prinsip ekonomi sirkular ke dalam kemasan dan formulasi produk secara global untuk mengurangi jejak karbon.

Sebagian besar produk pembersih dan detergen yang tersedia saat ini umumnya mengandung bahan kimia dari bahan bakar fosil, yaitu sumber karbon tidak dapat diperbarui. Peralihan bahan kimia yang digunakan Unilever ke sumber karbon daur ulang ini sengaja dilakukan untuk beralih dari ekonomi yang bergantung pada bahan bakar fosil.

Upaya Clean Future adalah inisiatif pertama berskala global, dan merupakan langkah penting menuju komitmen Unilever dalam menghasilkan produk-produk nol emisi pada 2030. Saat ini, bahan kimia yang digunakan di sebagian besar produk pembersih memiliki proporsi jejak karbon yang besar, yaitu sekitar 46 persen di sepanjang siklus hidup produk-produk tersebut.

Unilever menargetkan inisiatif ini dapat mengurangi jejak karbon dari formulasi produknya hingga 20 persen. Perusahaan mengklain upaya Clean Future sebagai visi merombak bisnis secara drastis. 

"Kita harus berhenti mengeksploitasi karbon dari bawah tanah ketika tersedia cukup banyak karbon di dalam dan di atas tanah yang dapat kita teliti dan kemudian dimanfaatkan dalam skala besar," tutur Peter ter Kulve, selaku President of Home Care Unilever dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Kamis, 3 September 2020.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Mengurangi Penggunaan Air

Komitmen Unilever Tinggalkan Bahan Bakar Fosil dalam Produk Pembersih pada 2030
Komitmen Unilever Tinggalkan Bahan Bakar Fosil dalam Produk Pembersih pada 2030. foto: dok. Alchemy

Veronika Utami, Direktur Home Care PT Unilever Indonesia, Tbk menjelaskan, pada 2019, pabrik Powder Non-Soap Detergent (NSD) yang memproduksi Rinso dan Molto mulai menggunakan energi terbarukan, yaitu energi biomassa yang berasal dari cangkang sawit yang bisa diperbarui.

"Biomassa ini menggantikan penggunaan gas alam sebagai bahan bakar pada proses pengeringan detergen bubuk. Cangkang inti sawit jadi pilihan karena ketersediaannya melimpah dari Sumatra dan Kalimantan, relatif tahan cuaca saat penyimpanan, dan memiliki kadar abu rendah," katanya.

Beberapa brand dari Home Care Unilever Indonesia telah mulai menjalankan inisiatif untuk menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya adalah penggunaan 100 persen plastik hasil daur ulang untuk botol Rinso, Molto, Wipol dan Sunlight. Contoh lainnya adalah peluncuran rangkaian produk Sahaja dengan surfaktan dan parfum yang dapat terurai di lingkungan. 

Unilever Indonesia juga telah memformulasi ulang Rinso Detergen Cair dan Molto Pelembut dan Pewangi Pakaian guna mengurangi ketergantungan pada bahan kimia dari bahan bakar fosil dan menggantikannya dengan bahan berjejak karbon rendah. Pihaknya pun telah memperkenalkan solusi produk yang dirancang untuk mengurangi penggunaan air, seperti Molto All in One dan Sunlight Jeruk Nipis Pencuci Piring.

 

Alokasikan Dana

Unilever Refill Station
Salah satu refill station yang diluncurkan Unilever pada Selasa, 25 Februari 2020, di Jakarta. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Secara global, Unilever mengalokasikan dana 1 miliar Euro untuk upaya Clean Future. Keseluruhannya akan digunakan untuk mendanai penelitian bioteknologi, pemanfaatan CO2, serta limbah, dan bahan kimia berjejak karbon rendah guna mendorong transisi menjauhi bahan kimia dari bahan bakar fosil.

Investasi ini juga akan digunakan untuk membuat formulasi produk yang dapat terurai secara alami dan hemat air, mengurangi separuh penggunaan plastik sekali pakai pada 2025, dan mendukung edukasi masyarakat yang membuat teknologi ini menarik bagi konsumen. Head Executive WWF Inggris menegaskan dunia harus beraalih dari bahan bakar fosil menuju sumber daya terbarukan guna mengurangi tekanan pada ekosistem dan membantu memulihkan alam. 

"Diversifikasi sumber karbon sangat penting untuk digalakkan untuk menyelamatkan planet kita. Semua pemasok dan mitra inovasi kami memainkan peran penting dalam transisi ini. Dengan memperkenalkan model Karbon Warna kami, Unilever menyerukan transformasi ekonomi secara luas dalam cara kita semua menggunakan karbon di masa depan," tutup Kulve.

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat
Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya