Pamor K-Beauty Meredup

10 langkah perawatan K-Beauty yang pernah menggaet banyak pelanggan justru jadi salah satu faktor meredupnya tren produk kecantikan Korea Selatan.

oleh Asnida Riani diperbarui 05 Agu 2021, 03:01 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2021, 03:01 WIB
skincare-kezo
ilustrasi rangkaian skincare K-Beauty/pexels

Liputan6.com, Jakarta - Sementara K-Drama dan K-Pop masih menunjukkan "taring" popularitas mereka, nasib kontras justru terlihat pada K-Beauty. Konglomerat kecantikan Korea Amorepacific menarik merek utama Innisfree dari Amerika Serikat (AS) dan China, sementara Sephora tidak lagi mempromosikan K-Beauty dengan semangat yang sama.

Mengutip SCMP, Rabu, 4 Agustus 2021, di Tiongkok, kilauannya mulai memudar di masa krisis rudal Thaad, 2017 lalu. Itu adalah tahun ketika ketegangan atas penyebaran sistem rudal AS di semenanjung Korea menyebabkan China melarang warganya bepergian secara berkelompok ke Korea Selatan dan membatasi impor barang-barang Negeri Ginseng.

"Pada saat itu, pemerintah China mencoba memengaruhi persepsi konsumen, baik dari segi budaya maupun persepsi kualitas, berupaya mengurangi pengaruh selebritas Korea di China dengan melarang bintang K-Pop, dan menolak impor 19 produk kosmetik Korea berbasis pada masalah kontrol kualitas," kata Liz Flora, mantan kepala penelitian Asia untuk perusahaan intelijen L2.

Krisis ini berbuntut panjang bagi K-Beauty di China. Selama waktu pengunjung Tiongkok dilarang bepergian ke Korea, banyak yang mulai berbelanja di Pulau Hainan, tempat merek skincare Barat dan Jepang dijual bebas bea dengan harga lebih rendah.

Tren ini meningkat dengan kedatangan virus corona baru dan larangan perjalanan internasional selama hampir 14 bulan. Kemudian, fakta bahwa segala sesuatu yang pernah menjadikan K-beauty sebagai obsesi global "tidak lagi sesuai tren saat ini."

Peningkatan jumlah beauty influencer dan halaman penggemar kosmetik berarti pelanggan di seluruh dunia semakin tertarik pada ilmu di balik produk kecantikan. Satu dekade lalu, hanya sedikit yang tahu tentang hyaluronic acids, retinol, dan dampak vitamin C pada rutinitas perawatan kulit.

Sekarang, merek menganggap pelanggan mereka sangat memahami istilah ini dan secara aktif mengembangkan produk dengan bahan-bahan aktif ini. Di Barat, ini menyebabkan merek skincare seperti The Ordinary menggandakan keuntungannya tahun lalu. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Risiko Beredarnya Produk Palsu

Ilustrasi
Ilustrasi kemasan skincare. (dok. pexels/cottonbro)

Rangkaian produk skincare K-Beauty cenderung berada pada skala harga menengah dan bawah, dan sektor ini tidak tumbuh secepat merek lebih mahal selama pandemi. Ini sebagian besar karena pelanggan telah menginvestasikan uang yang biasanya mereka habiskan untuk makan di luar dan bepergian dengan membeli produk kecantikan.

Merek dengan anggaran lebih besar juga memiliki lebih banyak uang untuk membuat terobosan perawatan kulit. Imbasnya, K-Beauty berinovasi lebih sedikit dibandingkan para pesaing internasionalnya. Kurangnya inovasi dan fokus pada pemasaran daripada bahan juga membuatnya lebih mudah dipalsukan.

Pada 2019, Nature Republic menggugat lebih dari 50 perusahaan kecantikan karena menggunakan kekayaan intelektualnya. Ini sekaligus dianggap menggambarkan sejauh mana K-Beauty telah kehilangan pelanggan karena merek palsu.

10 Langkah Perawatan yang Sudah Tidak Relevan

skincare-kezo
ilustrasi rangkaian skincare/pexels

Elemen maksimalis dari K-beauty juga telah kehilangan kilaunya. Lima tahun lalu, setiap artikel tentang produk Korea cenderung memuji rezim 10 langkah yang mereka promosikan. Ini terasa seperti sesuatu yang baru dan eksotis, khususnya di Barat, di mana pelanggan telah dibesarkan dengan produk sederhana, seperti pembersih, toner, dan pelembap.

Namun sekarang, ada reaksi terhadap langkah "perawatan kulit yang berbelit-belit ini." Kini, pelanggan mencari satu produk yang melakukan banyak kerja keras.

Dikenal sebagai "skinimalisme," tren ini berkembang di seluruh dunia, dan telah menghasilkan pertumbuhan sejumlah merek yang hanya menawarkan dua atau tiga formula yang dirancang untuk memenuhi semua kebutuhan kulit.

Meski demikian, K-Beauty dengan merek inovatifnya dan influencer global yang kuat, diprediksi bakal tetap eksis. Mereka hanya perlu lebih cepat relevan dengan pasar dan meninggalkan kebiasaan-kebiasan lama.

Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan

Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan
Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya