Liputan6.com, Jakarta - Ada beragam pekerjaan unik yang mungkin tidak pernah Anda bayangkan. Salah satunya adalah ahli pembuat parfum atau ahli parfum. Mereka punya pengetahuan untuk meracik campuran wangi-wangian yang pas. Tidak sembarang wangi-wangian yang bisa dicampur.
Untuk menghasilkan parfum yang berkualitas, tentunya dibutuhkan takaran dan pengetahuan tentang wangi-wangian yang pas. Salah seorang yang menekuni profesi unik ini adalah Teuku Fadil Muhammadsjah atau biasa disapa Fadil.
Menurut Fadil, ahli parfum biasanya terbagi dalam dua kategori, secara garis besar yaitu Perfume Expert yang disebut Reviewer dan Perfume Designer atau disebut perfumer. Di Indonesia sudah cukup banyak perfume expert. Mereka punya akun media sosial yang membahas mengenai berbagai produk parfum atau minyak wang baik mereka lokal maupun internasional.
Advertisement
Baca Juga
Sedangkan perfumer adalah mereka yang membuat dan memproduksi parfum dan banyak yang sudah punya brand atau produk sendiri. "Seperti bidang kerja creative pada umumnya, sense dan taste adalah materi dasar yang biasanya atau musti dimiliki mereka. Bakat, sense dan taste bisa menjadi penentu hasil design atau racikan mereka," terang Fadil pada Liputan6.com, Jumat, 20 Januari 2023.
"Sekolah perfumer terbaik yang saya tahu ada di Prancis. Saya belum tahu apakah ada sekolah khusus untuk menjadi perfumer di Indonesia, tapi kalau workshop, ada. Saya sendiri hanya pernah ikut workshop, selebihnya saya mengandalkan sense dan feeling dalam meracik aroma," sambungnya.
Fadil menambahkan, sebenarnya ada jenjang karier sebgaai perfumer, tapi sepertinya untuk bisa menemukan asisten atau partner dalam meracik, cukup sulit. Itu karena kemampuan sniffing dan imajinasi dalam memadukan aroma, masih jarang ada yang bisa cukup tajam, di Indonesia.
"Mungkin secara jenjang karier, berawal dari asisten sampai jadi main designer atau creative director, seperti di perusahaan-perusahaan fashion design pada umumnya," ujarnya. Ia mengakui, salah satu hal menarik menjadi ahli parfum di antaranya kareba masih belum banyak yang terjun ke bidang ini.
Fadil juga merasa antusias bisa melakukan berbagai kegiatan seperti experiment creative, karena untuk setiap produk perbedaan komposisi, selalu ada hal yang berbeda dan baru. "Rasanya seperti membuat sebuah karya tulis yang dituangkan dalam aroma, kita bisa buat atau meracik aroma yang bisa bikin oramg yang menciumnya bisa punya cerita di kepalanya masing-masing," jelasnya.
Masih Dianggap Mahal
Menurut Fadil, ada beberapa faktor yang mungkin membuat profesi ini belum banyak diminati. Pertama, bahan dasar yang masih belum banyak atau tidak semudah kalau mereka menjadi fashion designer yang bisa menemukan toko kain dimana saja. Kedua, belum banyak tempat untuk belajar bagaimana membuat parfum.
Ketiga, kemungkinan karena masih dianggap sesuatu yang mahal karena tidak mudah untuk mendapatkan bahan-bahan yang diinginkan. Sementara itu, industri parfum lokal saat ini sudah sangat baik perkembangannya dan Indonesia termasuk gudangnya essential oils.
"Parfum dari brand-brand terkenal di luar negeri sebenarnya bahan dasarnya banyak berasal dari Indonesia. Oud (bahan dasar parfum) misalnya, sering identik dengan Arab atau Timur Tengah, padahal sumbernya dar iIndonesia," kata Fadil.
Profesi ahli parfum juga ditekuni dua orang sahabat, Bran Vargas (36 tahun) dan Christ Kornell (35 tahun). Selain itu, Bran juga berkiprah sebagai aktor dan musisi sedangkan Christ juga menjalani profesi sebagai musisi, model iklan dan fotografer.
Berawal dari hobi koleksi parfum sejak masih SMA hingga saat ini, Bran selama dua tahunan belakang ini memutuskan untuk mulai review parfum di media sosial miliknya. Meski baru dianggap sebagai hobi, Bran ingin menekuni lebih dalam mengenai parfum. Sementara Christ baru mengenal berbagai macam parfum dalam dua tahun belakangan ini .Ia pun mulai bertambah wawasan soal dunia wewangian selama menjalin kerja sama dengan Bran.
Advertisement
Sekolah atau Kursus
Menurut Bran, istilah yang sering digunakan untuk pencipta atau pembuat parfum adalah Perfumer atau “Nose”. Sedangkan ahli/reviewer biasa disebut sebagai Fragrance Enthusiast.
"Untuk menjadi Perfumer, biasanya ada yang sekolah atau kursus. Ada beberapa orang yang aku kenal di bidang parfum yang sekolah di Prancis. Tapi ada juga yang otodidak dan mereka juga bagus. Parfum itu seni. Dan seperti pelukis dan seniman lainnya, ada yang sekolah dan ada yang tidak. Hasilnya bisa sama-sama bagus," terang Bran lewat pesan pada Liputan6.com, Jumat, 20 Januari 2023.
"Kalau untuk Fragrance Enthusiast, setahu saya ada juga yang sekolah dan ada yang belajar sendiri. Seperti saya dan Bran. Kami memang senang explore dan latih hidung untuk mengenal aroma-aroma dalam sebuah parfum. Itu tidak instan dan butuh waktu untuk membuat hidung semakin “sensitif”, timpal Christ.
"Untuk beberapa Fragrance Enthusiast ada yang hidungnya lebih sensitif dan lebih gampang mengenal beberapa aroma. Tapi itu balik lagi ke pengalaman dan jam terbang. Kalau Enthusiast kan lebih ke penikmat karya. Bisa jadi interpretasi setiap orang beda-beda," tambah Christ.
Untuk jenjang karier, kata Bran, biasanya ada di sebuah perusahaan besar seperti Mane, Givaudan dan banyak lagi. Ada yang disebut Junior Perfumer, Master Perfumer dan sebagainya.
Belum Populer di Indonesia
Menurut Bran, hal yang menarik bagi pencipta parfum adalah saat ia berhasil membuat parfum yang bisa dinikmatin, merangsang sensory (selain hidung), nostalgia, perasaan, memori dan lain-lain. Dari pengalamannya berbincang dengan beberapa teman perfumer, hal-hal seperti itu sangat membuat mereka bahagia dan sukses.
"Sayangnya, profesi ini belum begitu populer di Indonesia,, karena mungkin belum banyak yang tahu soal profesi ini yang sebenarnya sangat menjanjikan pada saat ini," kata Christ.
"Iya, padahal kalau dipikir-pikir, barang-barang yang kita gunakan sehari-hari ada aroma atau parfumnya kan. Dari sabun, deterjan hingga karbol pun, itu semua di bidang parfum lho," timpal Bran.
Ditambah lagi, Bran mengatakan, dua tahun belakangan ini industri parfum lokal Indonesia sudah sangat berkembang. Banyak merek baru mulai bermunculan dan karya pemain-pemain lama semakin maju. "Pada saat ini, industri parfum lokal lumayan kompetitif. Ada untuk semua kalangan. Harganya juga bervariasi, dari yang dibawah Rp100 ribu sampai yang diatas Rp1 juta rupiah," ungkap Bran.
"Selain sudah sngat berkembang, beberapa parfum lokal sudah mulai menemukan karakternya masing-masing. Bahan baku parfum asli Indonesia juga sudah sangat mendunia seperti patchouli atau minyak nilam," pungkas Christ.
Advertisement