Liputan6.com, Jakarta - Setiap tahun lebih dari 20 juta penumpang menggunakan kapal pesiar. Sebelum pandemi, jumlah tersebut bahkan lebih tinggi, yaitu sekitar 30 juta.
Ketika jumlah penumpang melampaui jumlah sebelum pandemi, banyak pelabuhan di Eropa tempat kapal-kapal ini berlabuh mengevaluasi kembali kehadiran kapal pesiar. Beberapa pihak ingin melarangnya sama sekali, dengan alasan masalah lingkungan, sosial dan ekonomi.
Baca Juga
Mengutip dari laman Euro News, Kamis, 2 November 2023, sebanyak 218 kapal pesiar yang beroperasi di Eropa pada 2022 mengeluarkan sulfur oksida empat kali lebih banyak dibandingkan semua mobil di benua itu, menurut laporan Transport & Environment. LSM tersebut menemukan pada Juni tahun ini bahwa polutan udara beracun dari kapal kini lebih tinggi dibandingkan sebelum Covid-19.
Advertisement
Meski manfaatnya terhadap perekonomian lokal masih diperdebatkan, jutaan penumpang yang mereka bawa ke kota-kota di Eropa setiap tahunnya menyebabkan masalah bagi masyarakat yang tinggal di sana. Pada 2021, Venesia melarang kapal pesiar besar berlabuh di pusat bersejarahnya.
Kerusakan pada laguna membuat UNESCO mengancam untuk memasukkan kota ini ke dalam daftar terancam punah kecuali jika dilarang secara permanen. Mereka berpendapat bahwa kapal-kapal besar menyebabkan polusi dan mengikis fondasi kota yang sudah sering dilanda banjir.
Larangan tersebut berarti kapal pesiar besar dan kapal kontainer tidak bisa lagi memasuki kanal Giudecca di Venesia. Upaya untuk menghentikan kapal-kapal besar sebelumnya dengan undang-undang sebelumnya dibatalkan. Namun tekanan meningkat ketika pada 2019, sebuah kapal pesiar menabrak pelabuhan di Venesia dan melukai lima orang.Â
Pelaksanaan di Lapangan Tak Semudah Dibayangkan
Pada saat larangan diberlakukan pada 2021, perusahaan kapal pesiar ikut mendukung. Cruise Lines International Association (CLIA) mengatakan, "telah mendukung pendekatan baru selama bertahun-tahun" dan menyebutnya sebagai "langkah maju yang besar".
Namun, kenyataan yang melarang kapal-kapal besar memasuki Venesia ternyata lebih rumit daripada yang terlihat pada pandangan pertama. Tanpa adanya hub baru di luar laguna kota untuk digunakan jalur pelayaran, banyak yang masih berlabuh di sana dua tahun setelah larangan diberlakukan.
Polusi dan pariwisata berlebihan bukan hanya masalah di Venesia. Barcelona di Spanyol berupaya mengatasi masalahnya sendiri dengan menutup terminal Utara untuk kapal pesiar pada 22 Oktober 2023.
Sekitar 340 kapal per tahun sekarang harus berlabuh di dermaga Moll d'Adossat yang merupakan dermaga terjauh dari kawasan pemukiman kota. Menyusul penutupan terminal lain yang terletak di Maremagnum dan penerapan aturan satu kapal per terminal, kini hanya tujuh kapal pesiar yang dapat berlabuh di Barcelona dalam satu waktu.Â
Langkah-langkah ini mengikuti kesepakatan dengan otoritas setempat untuk merelokasi kapal pesiar ke luar pusat kota Barcelona dalam upaya mengurangi dampak overtourism. Pada 2026, terminal Selatan juga akan ditutup dan semua kapal pesiar akan beroperasi dari dermaga Adossat di Barcelona.
Advertisement
Langkah Menghadapi Overtourism
Mediterania adalah pasar kapal pesiar terbesar kedua di luar Karibia dan peningkatan jumlah penumpang memberikan tekanan yang semakin besar pada populasi lokal. Pada 2022, setidaknya 50 ribu orang di Marseille, pelabuhan kapal pesiar terbesar di Prancis menandatangani petisi menentang kapal pesiar, menurut kelompok kampanye Stop Croisières.
Penumpang mendapat protes di kota Palma de Mallorca di Balearik dan pembatasan baru yang hanya memperbolehkan tiga kapal berada di pelabuhan sekaligus telah diberlakukan. Santorini dan Dubrovnik juga memperketat pembatasan terhadap perusahaan kapal pesiar.
Tindakan keras juga terjadi di pelabuhan-pelabuhan populer di luar Mediterania. Kapal pesiar yang mengunjungi Skotlandia akan dikenakan pajak baru berdasarkan rencana yang baru-baru ini diumumkan oleh Partai Hijau di negara tersebut. Dikatakan bahwa retribusi tersebut akan mengatasi emisi dan overtourism.
Lorna Slater, salah satu pemimpin Partai Hijau Skotlandia, juga berharap pajak pelayaran akan mendorong perusahaan untuk menggunakan kapal yang lebih sedikit menimbulkan polusi, dan mengklaim bahwa satu kapal menghasilkan emisi yang sama dengan 12 ribu mobil. "Operator sudah terlalu lama dibiarkan menghindari polusi," tambah Slater.
Gunung Fuji Berteriak Overtourism
Gunung Fuji di Jepang ternyata tidak terkecuali dari fenomena overtourism. Dengan jutaan pengunjung setiap tahunnya dan banyaknya bus, truk pasokan, toko mi, serta magnet kulkas, Gunung Fuji bukan lagi tempat ziarah yang damai seperti sebelumnya.
Dari laporan AFP, dikutip dari CNA, Sabtu, 9 September 2023, pihak berwenang pun mulai bertindak, menyebut jumlah pendaki gunung berapi terkenal di dunia itu, baik siang maupun malam, berada di angka berbahaya dan "memalukan" secara ekologis.
"Gunung Fuji berteriak," ungkap gubernur wilayah setempat, pekan lalu. Memuji Gunung Fuji berperan penting pada agama dan inspirasi para seniman, tahun 2013, UNESCO menambahkan "ikon Jepang yang diakui secara internasional" ke dalam daftar Warisan Dunia.
Namun, seperti yang terjadi di tempat-tempat seperti Bruges di Belgia atau Sugarloaf Mountain di Rio de Janeiro, penunjukan tersebut merupakan berkah sekaligus kutukan. Jumlah pengunjung meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 2012 dan 2019 jadi 5,1 juta, dan itu hanya terjadi di prefektur Yamanashi, titik awal pendakian.Â
Advertisement