Ada Misi Lain di Balik Invasi Militer Arab Saudi ke Yaman?

Dalam beberapa waktu terakhir, Arab Saudi dan sekutunya melakukan invansi militer ke Yaman dengan dalih memerangi kelompok milisi Houthi.

oleh Oscar Ferri diperbarui 11 Apr 2015, 16:46 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2015, 16:46 WIB
Mengapa Arab Saudi Gempur Yaman? Ini Penjelasan Dubes Mustafa
Arab Saudi dan negara teluk melancarkan operasi 'Decisive Storm' untuk menggempur kelompok Houthi di Yaman.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa waktu terakhir, Arab Saudi dan sekutunya melakukan invansi militer ke Yaman dengan dalih memerangi kelompok milisi Houthi. Namun Arab Saudi membantah kabar yang menyebutkan, ada misi lain di balik‎ invansi negaranya ke Yaman.

Seperti diungkapkan Duta Besar Arab Saudi Mustafa Ibrahim Al-Mubarak. Dia membantah invansi militer itu terkait faktor ekonomi‎ di negara-negara Teluk. Utamanya, terkait pengamanan jalur minyak.

"Jalur minyak nggak ada masalah," ucap Mustafa di kediamannya, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (11/2015).

‎Mustafa mengklaim, invansi militer dilakukan dengan tujuan membuat Yaman aman dan mengembalikan stabilitas negara tersebut. Dia menyebut, masalah-masalah ekonomi di kawasan Teluk bukanlah prioritas utama mereka, apalagi jika dikaitkan dengan pengamanan jalur minyak di sana.

"Kita fokuskan terhadap masalah Yaman. Kenapa? Karena Arab Saudi adalah inisiator rekonstruksi Yaman, dan negara-negara Teluk juga sudah membantu ekonomi Yaman. Jadi, bukan ekonomi, tapi demi kawasan Timur Tengah," ujar dia.

Mustafa menyatakan, Arab Saudi bersama sekutunya sudah mengisyaratkan akan tetap‎ melanjutkan operasi militer di Yaman. Upaya itu terus dilakukan sampai keadaan Yaman kembali kondusif dan damai.

"Ada tanggungjawab secara konstutisional yang mengharuskan melindungi rakyat dan menjaga kesatuan wilayah negara, kemerdekaan, dan keselamatan teritorial Yaman," ucap Mustafa.

Yaman terus bergejolak setelah kelompok milisi Houthi, yang berjuang untuk mendapatkan peningkatan otonomi di Provinsi Saada, melancarkan pemberontakan secara berkala sejak 2004. Aksi mereka yang paling signifikan terjadi sejak Juli 2014.

Puncaknya, pada September 2014, ketika mereka menguasai Ibukota Sanaa, Yaman, menyandera staf kepresidenan, dan menembaki kediaman Presiden Abdu Rabuh Mansour Hadi. Kondisi ini kemudian membuat Arab Saudi dan sekutunya di Teluk turun tangan. (Ndy/Sun)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya