Begini Cara Pegawai Pemakaman DKI Jakarta Cari Untung

Petugas sudah menentukan lokasi makam yang akan disembunyikan. Biasanya, tidak jauh dari pintu masuk sehingga memiliki harga jual tinggi.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 23 Jul 2016, 14:42 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2016, 14:42 WIB
20160713-TPU-Karet-Bivak-Jakarta-YR
Warga tengah berziarah di makam kerabatnya di TPU Karet Bivak, Jakarta, Rabu (13/7). Sudin Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Pusat akan buat ratusan lubang biopori di TPU Karet Bivak agar makam tidak tergenang saat hujan. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengungkap bagaimana cara oknum pegawai makam mencari keuntungan. Pegawai makam, sengaja menyembunyikan makam kosong. Mereka baru memberi tahu bila keluarga berani membayar mahal.

Menurut Ahok, para petugas sudah menentukan lokasi makam yang akan disembunyikan. Biasanya, lokasinya tidak jauh dari pintu masuk sehingga memiliki harga jual lebih tinggi.

Setelah itu, para oknum ini meletakkan nisan palsu di atas lahan yang sudah ditentukan. Dengan begitu, terlihat makam sudah penuh.

"Kita yang enggak ngerti kan pikirnya penuh. Tiap orang datang kalau enggak bayar di ujung (makamnya)," ungkap Ahok di Balai Kota, Jakarta, Sabtu (23/7/2016).

Oknum petugas kemudian menawarkan lokasi makam yang strategis kepada keluarga. Dengan membayar Rp 10 juta, jenazah bisa dimakamkan di TPU bagian depan.

"Makam-makam yang di depan itu dikasihin nisan kalau ada yang mau bayar Rp 10 juta digali. Kalau yang mau bayar di depan," imbuh Ahok.

Perbuatan ini tentu sangat bertentangan dengan upaya transparansi yang akan dilakukan di lingkungan pemakaman. Karena itu, Ahok meminta pihaknya terus mencari dan menggali kembali makam sehingga benar-benar diketahui jumlah makam fiktif di Jakarta.

"Kita gali terus ini. Cari terus. Jadi ada oknum nakal. Nah sekarang kan kita udah ganti nih orang-orang dipecatin, ganti," pungkas Ahok.

 

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya