Said Aqil: Menolak Pancasila, Silakan Hidup di Afghanistan

Ia menambahkan, momentum Hari Santri perlu ditransformasikan menjadi gerakan penguatan paham kebangsaan.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 22 Okt 2017, 11:41 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2017, 11:41 WIB
PHOTO: Bahas Pilgub Jatim, Megawati Undang Said Aqil di Jalan Teuku Umar
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj mengingatkan kepada para santri agar terus menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan ideologi Pancasila.

"Indonesia ini darussalam, bukan darul Islam, negara yang damai merangkul semua bangsa dan budaya," kata Said Aqil saat peringatan Hari Santri Nasional di Tugu Proklamasi, Jakarta, Minggu (22/10/2017).

Said Aqil menyebutkan, Pancasila harus diterima seluruh anak bangsa yang mengaku dirinya Indonesia. Sebab, lahirnya Pancasila juga atas peran ulama dan nasionalis.

"Menolak Pancasila silakan hidup di Afghanistan. Kaum santri mempelopori penerimaan Pancasila sebagai satu-satunya ideologi bangsa," sebut dia.

Ia menambahkan, momentum Hari Santri ini perlu ditransformasikan menjadi gerakan penguatan paham kebangsaan. Menurutnya, mencintai agama harus bersamaan mencintai Tanah Air.

"Mencintai agama mustahil tanpa berpijak di atas Tanah Air, karena itu Islam harus bersanding dengan paham kebangsaan," ujar Said Aqil.

Dihadiri Ribuan Santri

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar apel untuk memperingati Hari Santri Nasional yang jatuh setiap 22 Oktober. Acara Hari Santri 2017 itu digelar di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat.

Dalam sambutannya, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj mengingatkan kepada para santri tentang pentingnya mencintai sesama anak bangsa, apapun latar belakangnya.

"Tidak boleh ada permusuhan kecuali kepada pelanggar hukum, teroris, bandar pijat, bandar narkoba," kata Said Aqil, Minggu (22/10/2017).

Dia menuturkan, salah satu peran besar santri dalam perjuangan kemerdekaan adalah resolusi jihad yang dikelurkan pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari, di Jawa Timur. Tanpa itu, tak ada perlawanan melawan penjajah Belanda di Surabaya.

"Kiai Hasyim Asy’ari mengeluarkan resolusi jihad, yakni hukumnya melawan penjaajah adalah fardu ‘ain. Tanpa resolusi jihad, tidak akan ada gerakan 10 November di Surabaya yang diperingati menjadi hari pahlawan," tutur dia.

Acara apel Hari Santri Nasional ini selain dihadiri oleh jajaran petinggi PBNU, juga dihadiri Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Dalam Negeri Tjaho Kumolo, perwakilan pejabat TNI-Polri dan ribuan santri dari beberapa daerah.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya