Setelah Sarapan Bubur Manado, Masih ke Bunaken?

Bunaken sempat tersohor indah, namun dalam satu dekade belakangan kondisinya memburuk.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 05 Jun 2016, 18:47 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2016, 18:47 WIB
Bubur Manado, Bunaken
Bunaken sangat indah hingga tersohor menyaingi Bali

Liputan6.com, Manado - Hantaman reklamasi pantai Manado, pembabatan mangrove, perusakan biota laut, hingga pengeboman ikan, menjadi ancaman paling serius bagi kelestarian Taman Nasional Bunaken. Selain peran strategisnya, keindahan taman nasional ini juga terancam.

Keindahan Taman Nasional Bunaken pernah tersohor dan menjadi destinasi wisata nomor wahid di Sulawesi Utara. Bahkan bersaing dengan Bali, sebagai tempat wisata laut paling indah di Tanah Air.

Terkait itu sempat populer tips wisata bernada jenaka. Jika piknik ke sana, setelah menikmati sarapan bubur Manado, agenda selanjutnya menikmati keindahan Bunaken.

Namun, itu cerita beberapa tahun lalu. Dalam satu dekade belakangan kondisi Bunaken kian memburuk.

"Tarik-menarik kewenangan pengelolaan, rusaknya terumbu karang, penangkapan ikan dengan bom, sampah daratan yang masuk ke laut, pembabatan mangrove, memberikan sumbangsih bagi rusaknya Taman Nasional Bunaken,” kata Hanny Gamis dari Dewan Pengelola Taman Nasional Bunaken (DPTNB) kepada Liputan6.com, Sabtu 4 juni 2016.

Untungnya, masih banyak pihak yang peduli Bunaken. Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan taman nasional itu, salah satunya melalui penanaman mangrove. Ini terlihat pada Sabtu 4 Juni 2016 lalu. Puluhan warga bersama sejumlah lembaga yang peduli terhadap kelestarian Bunaken melakukan penanaman mangrove. 

“Tahap awal ini ada 500 bibit mangrove yang kita tanam di pesisir Pantai Bahowo, Kelurahan Tongkaina ini. Karena pantai ini berhadapan langsung dengan Taman Nasional Bunaken,” kata Benyamin Loho, warga Bahowo, Kelurahan Tongkaina, Kecamatan Bunaken, Manado.

“Ribuan bibit mangrove akan kita tanam di pesisir pantai Bahowo ini. Karena jika mangrove hilang, kami makin susah mencari ikan. Taman Nasional Bunaken juga akan kena dampaknya,”katanya.

Menurut Sonny Tasidjawa dari Wildlife Concervation Society, keberadaan hutan mangrove mempunyai arti yang sangat penting bagi masyarakat pesisir karena mempunyai peran ekologis, biologis, juga ekonomi.

“Secara fisik berfungsi menjaga lahan stabil, yakni berperan dalam mengakumulasi substrat lumpur oleh perakaran bakau. Sehingga seringkali memunculkan tanah timbul dan juga mampu menahan abrasi air laut. Selain itu juga mampu menghadang intrusi air laut ke daratan,” papar lulusan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Unsrat Manado ini.

Warga dan pihak terkait menanam mangrove agar Bunaken tetap lestari (Liputan6.com / Yoseph Ikanubun)

Jika tidak ada mangrove maka air dan lumpur serta berbagai jenis sampah bisa masuk dengan leluasa ke ekosistem laut. Fungsi biologisnya, lanjut dia, ialah sebagai tempat berlindung, bertelur dan berkembang biak bagi ikan.

Upaya warga ini juga mendapat dukungan dari sejumlah LSM yang peduli lingkungan, salah satunya adalah Manengkel Solidaritas.

“Program pendampingan masyarakat, serta edukasi untuk melestarikan lingkungan pesisir pantai ini yang kami lakukan di sini. Termasuk penanaman mangrove,” ujar Ketua Manengkel Solidaritas, Destu Yanis.

Kepala Seksi Badan Taman Nasional (BTN) Bunaken, Melchi Palobo mengakui, keberadaan mangrove di pesisir pantai Manado termasuk di Bahowo sangat berdampak pada kelestarian Taman Nasional Bunaken.

“Maka salah satu upaya menyelamatkan Taman Nasional Bunaken, adalah dengan penanaman mangrove di pesisir pantai Manado,” ujar Melchi.

Warga dan pihak terkait menanam mangrove agar Bunaken tetap lestari (Liputan6.com / Yoseph Ikanubun)

Melchi mengatakan, BTN Bunaken sebagai lembaga yang berada di bawah Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup punya kepentingan yang besar untuk menyelamatkan Bunaken.

“Dengan luas puluhan ribu hektare, mencakup empat kabupaten dan kota, tentu BTN tidak mampu bekerja sendiri. Peran masyarakat seperti menanam mangrove ini kami support. Dukungan ribuan bibit mangrove kami siapkan,” ujar Melchi.  

Upaya warga bersama sejumlah LSM yang peduli lingkungan akhirnya mendapat dukungan juga dari pemerintah setempat. “Melestarikan Bunaken menjadi tanggung jawab semua pihak. Kami sangat mendukung upaya warga Bahowo melalui penanaman mangrove,” ujar Camat Bunaken, William Wongkar yang ikut pula menanam mangrove.

Taman Nasional Bunaken mempunyai luas total 89.065 hektare. Wilayahnya mencakup empat kabupaten dan kota di Sulawesi Utara. Keempat daerah itu yakni, Kabupaten Minahasa Utara, kota Manado, Kabupaten Minahasa, dan Kabupaten Minahasa Selatan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya