Liontin Cantik di Gua Leang, Benarkah Milik Manusia Purba?

Usia liontin itu diperkirakan sama dengan usia lukisan telapak tangan yang lebih dulu ditemukan.

oleh Eka Hakim diperbarui 24 Agu 2017, 09:03 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2017, 09:03 WIB
Arkeolog Temukan Liontin Cantik Milik Manusia Purba di Sulawesi
Penemuan Liontin Manusia Purba di Gua Leang Bulu Bettue, Bantimurung, Maros, Sulawesi Selatan. Foto: (Eka Hakim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Maros - Tim arkeologi dari beberapa negara menemukan sebuah liontin manusia purba yang terbuat dari tulang hewan kus-kus di Gua Leang Bulu Bettue, Bantimurung, Maros, Sulawesi Selatan, Rabu, 23 Agustus 2017.

Usia liontin itu diperkirakan sama dengan usia lukisan telapak tangan yang sebelumnya lebih awal ditemukan di Gua Leang, Timpuseng, Kabupaten Maros.

"Memang ini masih dalam proses penelitian. Namun, penemuan ini sangat berkaitan dengan hasil penemuan awal kami di Leang Timpuseng. Umurnya diperkirakan sekitar 39.900 tahun silam," kata Iwan Sumantri, arkeolog Universitas Hasanuddin yang turut terlibat dalam penemuan liontin purbakala tersebut.

Menurut dia, penemuan liontin manusia purba yang diketahui sudah memiliki lubang kecil sebagai gantungan kalung tersebut merupakan hal yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang arkeologi.

"Jika lihat liontin ini muncul hipotesa baru, di mana pada zaman itu manusia sudah memiliki alat untuk membuat lubang pada tulang kuskus. Alat itu juga belum kita ketahui apa," ujarnya.

Terpisah, Konsulat Jendral Australia di Makassar, Richard Mathews, mengatakan, proyek penelitian merupakan hasil kerja sama yang disepakati antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Australia. Meski demikian, kata dia, penelitian kali ini tak hanya melibatkan negaranya saja. Ada juga peneliti dari beberapa negara lain yang terlibat.

"Kerja sama penelitian antara Indonesia dengan Australia sudah berlangsung sejak 1930-an silam dalam bidang arkeologi. Untuk proyek ini memang kami sengaja melibatkan banyak peneliti, termasuk dari Griffith University Australia," tuturnya.

Lebih lanjut, Richard mengatakan, proses ekskavasi atau penggalian di Leang ini berlangsung selama tiga bulan, yakni sejak Juli hingga September 2017. Sejauh ini, sudah ada jutaan temuan benda yang akan diteliti lebih lanjut.

"Tim akan terus bekerja selama masa proyek ini berlangsung. Diharapkan, selain penemuan liontin ini, peneliti bisa menemukan hal baru yang akan mengubah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang arkeologi," ujarnya.

Pada 2014 lalu, peneliti menemukan sebuah lukisan di dalam Gua Timpuseng yang letaknya tidak jauh dari penemuan liontin ini. Lukisan ini sudah diakui berusia 39.900 tahun atau lebih tua dari lukisan manusia purba yang ada di El Castillo, Spanyol, yang berumur 40.800 tahun.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya