Liputan6.com, Brebes - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meresmikan empat jalan layang di Kabupaten Brebes dan Kabupaten Tegal, di sekitar flyover Dermoleng, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Rabu, 25 Oktober 2017
Ada kisah menarik di balik pembangunan empat flyover itu. Pasalnya, proses pembangunan empat jalan layang itu hampir bersamaan dengan waktu yang mepet. Namun, proyek bisa selesai tepat waktu.
Keempat flyover yang sudah digunakan yakni flyover Dermoleng dan Kretek Kecamatan Paguyangan (Brebes), serta flyover Klonengan dan Kesambi, Kecamatan Margasari (Tegal). Selain flyover, gubernur juga meresmikan underpass Jatingaleh Kota Semarang.
Advertisement
"Pembangunan empat flyover ini sangat efektif mengurai kemacetan hingga 90 persen. Utamanya saat di hari seperti musim libur panjang atau lebaran," ucap Ganjar Pranowo.
Baca Juga
Ia meminta warga agar menjaga dan merawat kondisi jembatan yang ada sekarang terlebih dari orang yang kerap mencorat-coret badan jembatan tersebut. Ia mengusulkan mereka yang gatal mencorat-coret, agar sekalian membuat mural.
"Yo kan kadang- kadang (jarang-jarang) tulisane saru ngono (tulisannya jorok). Sekalian dibikin mural aja, biar bagus. Kan enak juga dilihat," katanya.
Ia menyarankan, mural yang dibuat juga berisikan pesan moral, misalnya antinarkoba, antiradikal, ayo gotong royong, dan cinta NKRI.
"Jadi kalau mau bikin mural ditulis sing apik. Misale ayo bayar pajak, ojo nguntal narkoba (jangan konsumsi narkoba). Kasih pesan bagus," jelasnya.
Empat flyover dan satu underpass itu dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) dalam waktu kurang dari setahun. Sementara, pembangunan underpass Jatingaleh baru rampung beberapa tahun karena persoalan teknis dan pembebasan lahan.
"Flyover Klonengan dan Dermoleng tepat waktu sekitar tujuh bulan. Kesambi agak molor satu bulan. Kretek juga agak molor karena masalah pembebasan lahan," ucap Kepala Balai Besar Pelaksana Jalan Wilayah 7 Semarang KemenPUPR, Achmad Hery Marzuki.
Flyover Klonengan memiliki panjang 1.011 meter, Kesambi 470 meter, Kretek 830 meter, dan Dermoleng 650 meter. Sedangkan, underpass Jatingaleh memiliki panjang 1.300 meter.
Bandung Bondowoso Versi Modern
Menurut Ganjar, pembangunan empat flyover mendesak dilakukan karena lokasi itu kerapkali menjadi titik kemacetan setiap musim lebaran. "Pembangunan flyover berkaca dari kemacetan di Brebes pada Lebaran tahun lalu. Kemacetan itu berdampak dan menjalar ke beberapa daerah," kata Ganjar.
Kemacetan tidak hanya terjadi di jalan tol dan jalur pantura Brebes, tapi juga di jalur tengah Jateng atau jalur Purwokerto-Brebes. Terdapat lima perlintasan sebidang kereta api di jalur tengah Jateng. Perlintasan sebidang dinilai menghambat arus lalu lintas hingga terjadi kemacetan.
"Per 15 menit ada kereta lewat. Itu sangat menghambat lalu lintas," kata Ganjar.
Ide membangun empat jalan layang itu, kata Ganjar, awalnya hanya dibahas olehnya, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dan Presiden Joko Widodo. Saat itu, kata Ganjar, Menteri PUPR mengusulkan solusi cepat dengan menggagas ide pembangunan flyover.
"Pak Presiden langsung instruksikan kerjakan. Kami bersama teman-teman Bina Marga bekerja cepat," jelasnya.
Pria berambut putih itu juga mengibaratkan pembangunan flyover bak kerja Bandung Bondowoso. Hanya beberapa bulan, empat flyover rampung dikerjakan.
Ia mengapresiasi pemerintah daerah yang mendukung proyek nasional itu. Kerja keras pemda untuk mewujudkan infrastruktur dinilai sudah maksimal.
Dalam pembangunan flyover, Ganjar mengatakan terhambat masalah pembebasan lahan. Hal itu merupakan hak rakyat.
"Pembebasan tanah tidak mudah. Kami harus menghormati rakyat. Tapi berkat pemerintah daerah, semua teratasi," Ganjar menambahkan.
Saksikan video pilihan berikut ini: