Masuk Musim Hujan, Bandung Barat Siaga Longsor Sampai Kapan?

Pemkab Bandung Barat melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menetapkan status siaga banjir, banjir bandang, dan longsor hingga 31 Mei 2019 mendatang.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 10 Nov 2018, 11:01 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2018, 11:01 WIB
20160308-Ilustrasi Hujan-iStockphoto
Ilustrasi Hujan (iStockphoto)

Liputan6.com, Bandung Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung Barat melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menetapkan status siaga banjir, banjir bandang, dan longsor hingga 31 Mei 2019 mendatang. Kesiagaan tersebut guna menghadapi bencana selama musim hujan tiba.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bandung Barat, Dicky Maulana mengatakan, penetapan status siaga tersebut berlaku sejak 1 November 2018. Penetapan ditandatangani Bupati Kabupaten Bandung Barat.

Dicky menjelaskan, penetapan status siaga diambil berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Geofisika, dan Klimatologi (BMKG), bahwa hujan di bulan November baru mulai berjalan dan diperkirakan akan berlangsung hingga Mei 2019.

"Prediksi BMKG menyebutkan, puncak hujan akan terjadi pada Januari hingga April. Makanya kita tetapkan siaga banjir, longsor, dan banjir bandang sejak 1 November sampai 31 Mei 2019," kata Dicky saat dihubungi Jumat (9/11/2018).

Ia menyebutkan, keputusan tersebut diambil dari hasil kesepakatan rapat koordinasi di tingkat provinsi. "Hampir rata-rata menetapkan siaga mulai 1 November hingga 31 Mei," tuturnya.

Dicky menambahkan, personel BPBD sudah disiapkan manakala terjadi bencana. "Sebelum ada status juga personel kita sudah siap, kemudian peralatan yang kita punya dan alat bantuan dari dinas lain juga sudah siap," ujarnya.

Disinggung soal data bencana, Dicky mengatakan, sejak 27 Oktober kemarin sudah terdapat 18 kejadian bencana seperti tanah longsor dan sekolah ambruk. Salah satunya pergerakan tanah terjadi di Desa Puncaksari, Kecamatan Sindangkerta, yang menyebabkan sebanyak 48 rumah pada bagian tembok dan lantainya mengalami retak-retak.

"Kejadiannya itu terjadi mulai tanggal 1 November sejak masuk musim hujan. Ada pergerakan tanah sehingga 40 rumah mengalami retak ringan. Kemudian kejadian kedua, Kamis kemarin, hujan lagi sehingga rumah yang retak menjadi 48," ungkapnya.

Meski mengalami kerusakan, tetapi para pemilik rumah masih tinggal di kediamannya masing-masing. "Pergerakan tanahnya lambat, tidak sekaligus. Jadi kita sudah bersurat tadi pagi ke Badan Geologi untuk meminta bantuan kajian teknis," ujarnya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya