Harga Cabai di Gorontalo Meroket, Pemilik Warung Makan Menjerit

Harga cabai rawit di sejumlah pasar tradisional di Kota Gorontalo meroket. Pekerjaan rumah besar bagi pemerintahan yang baru.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 24 Okt 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2019, 06:00 WIB
Harga Cabai di Pasar Induk Kramat Jati
Pedagang memperlihatkan dagangan cabai di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (8/7/2019). Harga cabai merah besar di pasar tersebut naik mencapai Rp55 ribu per kg, sedangkan cabai rawit menjadi Rp50 ribu per kg dan cabai rawit hijau pada kisaran Rp 60 ribu per kg. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Gorontalo - Harga cabai rawit di sejumlah pasar tradisional di Kota Gorontalo meroket. Jika sebelumnya di kisaran Rp40 ribu per kilogram, kini tembus di angka Rp118-120 ribu per kilogram.

Hamim (28), salah satu pedagang di Pasar Liluwo, Kecamatan Kota Tengah mengatakan, kenaikan harga mulai terjadi pada September. Hal itu disebabkan karena kurangnya pasokan cabai rawit dari petani.

"Karena kemarin musim kemarau, jadi banyak petani cabai gagal panen. Sehingga harganya naik," katanya.

"Kalau tidak dijual dengan harga begitu, kami tidak dapat untung. Harga pasokan mencapai Rp100 ribu per kilogram, sebagian diambil dari luar daerah," katanya menambahkan.

Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) yang di situs resminya juga mencatat kenaikan harga cabai di Gorontalo.

Menurut informasi tersbeut, harga cabai rawit hijau dan harga cabai rawit merah di Gorontalo mengalami kenaikan yang sama. Yakni 10,09 persen atau Rp10.850, dengan nilai pasaran mencapai Rp118.350 per kilogram.

Kepala Bidang Perdagangan di Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Gorontalo, Sujono Sait Antule mengatakan, naiknya harga cabai di beberapa pasar tradisional yang ada di Gorontalo diakibatkan pasokan dan permintaan.

"Beberapa daerah yang menjadi sentra produksi cabai rawit, seperti di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Pohuwato, yang biasa memasok di pasar Kota Gorontalo, saat ini mengalami kelangkaan. Pasokan kurang dan permintaan masih terbilang tinggi. Maka harga dipasaran naik," jelas Sujono.

Sujono mengatakan, untuk menanggulangi permintaan dari masyarakat kepada komoditi cabai rawit di Gorontalo, pihaknya meminta kepada distributor di beberapa daerah agar tetap berupaya memasok cabai rawit, meski bukan dalam ukuran lokal. Seperti cabai kapas yang tingkat pedasnya di bawah cabai lokal.

"Dengan langkah itu, masyarakat masih punya pilihan dalam memenuhi kebutuhan cabai. Mungkin bisa diprediksikan pada beberapa bulan kedepan akan ada perubahan harga pada komoditi cabai rawit," katanya.

Kenaikan harga cabai rawit ini berimbas kepada para pedagang di sejumlah rumah makan. Yanti Otane, pemilik warung makan di Gorontalo mengaku, kenaikan harga cabai rawit membuat mereka tidak dapat untung.

"Pendapatan berkurang diakibatkan mahalnya harga cabai, bahkan kalau makanan tidak laku kami sangat merugi," ungkapnya.

Mereka berharap kenaikan ini tidak sampai berlarut-larut, karena ini akan berdampak pada seluruh rumah makan yang ada di Gorontalo.

"Seluruh rumah makan di Gorontalo merssakan ini, jangan sampai hal ini berlarut-larut yang kemudian akan berdampak pada rumah makan itu tutup," tandasnya.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya