Bandung Disergap Hawa Dingin, Suhu Lembang 13 Derajat Celsius

Penyebab hawa dingin karena saat ini masuk musim kemarau.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 28 Jul 2020, 16:49 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2020, 04:00 WIB
Buruh petik teh
Sejumlah buruh petik teh di perkebunan di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, menyiangi tubuhnya sebelum beraktivitas. Hal ini dilakukan mengingat suhu di Kertasari lebih dingin dari biasanya. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Warga Bandung disergap hawa dingin. Suhu terendah pada Senin (27/7/2020) misalnya, mencapai 16 derajat celsius. Di dataran tinggi seperti di Lembang suhu minimumnya tercatat 13 derajat celsius.

Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Bogor Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Hadi Saputra mengatakan, penyebab hawa dingin karena saat ini masuk musim kemarau.

"Kondisi sekarang karena hampir seluruh wilayah Jawa Barat memasuki musim kemarau. Kondisi pada siang hari udara terasa panas terik karena tutupan awan yang hampir tidak ada sehingga lebih terasa panas. Sedang pada malam hari, bumi melepaskan energi panasnya ke angkasa sehingga lebih cepat dingin terutama di daerah pegunungan," tutur Hadi.

Selain itu, lanjut Hadi, angin monsun Australia yang bertiup juga memberikan pengaruh terhadap kondisi suhu dingin saat ini.

"Rata-rata suhu udara minimum di kota Bandung pada 27 juli 2020 tercatat 16 derajat celsius, di Lembang 13,6 derajat celsius," jelasnya.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Dingin Sampai Kapan?

Hadi menerangkan, kondisi menurunnya suhu sudah terjadi dalam satu minggu terakhir. Di mana penurunannya terjadi sekitar 4 derajat celsius.

"Untuk puncak suhu terendah biasanya terjadi di bulan Juli-Agustus hingga awal September, bersamaan dengan puncak musim kemarau," katanya.

Maka dari itu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga kondisi badan supaya tetap fit.

"Harus sering minum, pakai pakaian tebal atau jaket karena sekarang musim kemarau, serta harus bijak dalam penggunaan air," ucap Hadi.

Dingin-Dingin Waspada Kebakaran

Terkait musim kemarau, warga Bandung juga diminta waspada potensi kebakaran. Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung mengingatkan warga untuk berhati-hati terhadap bahaya kebakaran. Warga diimbau lebih waspada dan memeriksa kelistrikan di tempat tinggalnya.

"Masyarakat harus tetap waspada dan saling mengingatkan untuk mencegah terjadinya kebakaran," ujar Kepala Diskar PB Kota Bandung Dadang Iriana, Kamis (16/7/2020).

Berdasarkan data pada 2019 lalu, kasus kebakaran terjadi sebanyak 272 kali. Jumlah tersebut terhitung masih tinggi. Sedangkan, hingga Juli 2020, terdapat 89 kasus kebakaran.

Berdasarkan catatan kasus tahun lalu, tercatat aset senilai Rp822 miliar terselamatkan. Sedangkan pada 2020 ini, aset yang terselamatkan baru mencapai Rp92 miliar.

Menurut Dadang, data tersebut menunjukan adanya tren penurunan kasus kebakaran di Kota Bandung. Namun demikian, Dadang meminta kewaspadaan harus tetap dijaga oleh warga.

Dadang menuturkan, pihaknya terus menggelar penyuluhan tentang bahaya bencana kebakaran mulai dari tingkat RT, RW, kelurahan hingga kecamatan. Di tingkat kelurahan, telah terbentuk Kelurahan siaga. Warga aktif menyosialisasikan tentang bahaya kebakaran dan pencegahannya.

Hasilnya, lanjut Dadang, tingkat kesadaran masyarakat semakin meningkat terhadap pencegahan kebakaran. “Kasus kebakaran tidak mungkin hanya dibebankan kepada Pemkot Bandung khususnya Diskar PB Kota Bandung. Tetapi perlu peran aktif masyarakat untuk mencegahnya," ujarnya.

 

Respon Time itu Kunci

Terkait sejumlah gedung yang belum memiliki sistem pemadaman kebakaran yang maksimal, Dadang mengatakan pihaknya secara rutin memeriksa gedung, hotel, dan pasar. Hal tersebut juga merupakan bagian dari upaya pencegahan kebakaran.

Sementara itu, Kepala Bidang Operasi Pemadaman dan Penyelamatan Yusuf Hidayat menjelaskan, respon time menjadi faktor utama saat keberhasilan penanganan kasus kebakaran. Salah satu hal yang sering menjadi kendala yaitu kemacetan.

“Kemacetan dan akses jalan yang kecil menjadi kendala,” kata Yusuf.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya