Merger dan Kasus Hillary Clinton Bikin Wall Street Melemah

Selain soal Pemilihan Presiden AS, pasar juga dipengaruhi rencana merger perusahaan-perusahaan skala besar.

oleh Nurmayanti diperbarui 01 Nov 2016, 04:30 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2016, 04:30 WIB
Wall Street
(Foto: Forbes)

Liputan6.com, New York - Wall Street berakhir melemah pada penutupan perdagangan di awal pekan ini, dipicu investor yang tengah mencerna langkah merger perusahaan-perusahaan skala besar serta kondisi pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) yang penuh gejolak.

Melansir laman Reuters, Dow Jones Industrial Average turun 18,77 poin atau 0,1 persen ke posisi 18.142,42 poin. Sementara indeks S&P 500 kehilangan 0,26 poin atau 0,01 persen menjadi 2.126,15 poin dan Nasdaq Composite turun 0,97 poin, atau 0,02 persen, ke posisi 5.189,14 poin.

Pasar saham tersentak pada Jumat pekan lalu, terkait langkah FBI yang menyelidiki lebih dalam mengenai penggunaan surat elektronik (email) dari calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton. Hal ini membuat ketidakpastian baru atas calon kandidat Demokrat dalam pemilihan presiden AS melawan pesaingnya dari Partai Republik Donald Trump.

Jajak pendapat menunjukkan dukungan terhadap Clinton atas Trump kian menyempit sedikit sejak awal pekan lalu. Namun belum diketahui apakah kontroversi email akan terus mengikis dukungan terhadap Clinton. Pemilihan presiden dan kongres AS rencananya akan berlangsung pada 8 November.

"Saya tidak akan setengah-terkejut jika akan melihat hal yang lebih dari ini pada minggu depan menjelang pemilu, di mana Anda tidak memiliki investor yang memiliki keyakinan yang kuat pada apa pun dan mereka hanya bermain dengan menunggu dan melihat," kata Chuck Carlson, Chief Executive Officer di Horizon Investment Services di Hammond, Indiana.

Selain soal Pemilihan Presiden AS, pasar juga dipengaruhi rencana merger, salah satunya saham General Electric yang harus tergelincir 0,4 persen setelah konglomerat industri ini mengatakan akan menggabungkan bisnis minyak dan gasnya dengan penyedia layanan ladang minyak Baker Hughes. Akibat ini saham Baker Hughes juga turun 6,3 persen.

Di sisi lain, saham Level 3 Communications naik 3,9 persen setelah CenturyLink mengatakan akan membeli perusahaan tersebut dalam kesepakatan senilai sekitar US$ 24 miliar. Sedangkan saham CenturyLink turun 12,5 persen.

Pasar juga memantau hasil pertemuan Federal Reserve, yang dimulai pada Selasa. Para pedagang meragukan langkah Fed untuk menaikkan suku bunga pada pekan ini, sebab mereka masih akan mencari tanda-tanda untuk memantapkan harapan akan kenaikan pada pertemuan bank sentral di Desember.

Pada Oktober ini, indeks The S & P 500 berakhir turun 1,9 persen. Ini menjadi bulan negatif berturut-turut bagi indeks dan kinerja bulanan terburuk sejak Januari. Namun, secara keseluruhan indeks S & P 500 naik sekitar 4 persen untuk tahun ini.

Adapun saham yang melemah pada penutupan kali ini antara lain milik Zimmer Biomet Holdings yang jatuh 14 persen setelah laporan kuartalan perusahaan ini keluar. Ini menjadi saham dalam indeks S & P 500 yang mengalami penurunan persentase terbesar.

Kemudian saham Nike turun 3,5 persen menyusul penurunan BofA Merrill Lynch, yang membebani Dow.

Sekitar 6,8 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, di atas 6,4 miliar rata-rata harian selama 20 sesi terakhir.


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya