Wall Street Sedikit Menguat Terdorong Saham Energi

Ketegangan geopolitik di beberapa negara ikut memberikan pengaruh bagi Wall Street.

oleh Nurmayanti diperbarui 11 Apr 2017, 05:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2017, 05:00 WIB
Wall Street
Wall Street

Liputan6.com, New York - Wall Street berakhir sedikit menguat pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta) terdorong saham energi yang mengimbangi kerugian di sektor keuangan menjelang  laporan pendapatan kuartalan perusahaan pada akhir pekan ini.

Ketegangan geopolitik di beberapa negara ikut memberikan pengaruh ke bursa Amerika Serikat (AS). Ini setelah serangan AS ke Suriah. Sekretaris Negara Rex Tillerson mengatakan jika serangan militer terhadap Suriah terkait dugaan penggunaan senjata kimia merupakan peringatan bagi negara-negara lain, termasuk Korea Utara, jika mereka diketahui menimbulkan bahaya bagi dunia.

Melansir Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average naik 1,92 poin, atau 0,01 persen ke posisi 20.658,02. Sementara indeks S&P 500 naik 1,62 poin atau 0,07 persen ke level 2.357,16 dan Nasdaq Composite bertambah 3,11 poin, atau 0,05 persen menjadi 5.880,93.

Adapun sektor energi pada indeks S & P naik 0,8 persen. Ini merupakan kinerja terbaik sektor S&P 500 menyusul kenaikan harga minyak.

Investor siap melaporkan laba kuartalannya. Seiring ini, pendapatan dari indeks S&P 500 diperkirakan meningkat 10,1 persen dalam tiga bulan pertama pada tahun ini.

Perusahaan energi, yang sempat terseret resesi AS baru-baru ini, sebagian besar diharapkan bisa kembali mencatatkan keuntungan pada periode ini. Hingga saat ini, indeks energi telah turun 6 persen dalam tahun ini.

"Saya pikir kuncinya adalah stok minyak mengingat telah terjadi fluktuasi sejak pemilu berlangsung," kata Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma.

Kamis akan menjadi hari perdagangan terakhir Wall Street pada pekan ini menjelang liburan Jumat Agung.

JPMorgan (JPM.N), Citigroup (CN) dan Wells Fargo (WFC.N) dijadwalkan akan melaporkan pendapatan kuartalannya pada Kamis. Ini bisa menjadi sinyal perbaikan bagi kinerja industri perbankan AS di tengah laju saham keuangan sejak terpilihnya Presiden Donald Trump.

Saham bank telah susut akhir-akhir karena investor mempertanyakan penilaian akan kemampuan Trump untuk cepat memperkenalkan penyederhaan peraturan dan kebijakan lainnya menyusul kegagalan dari RUU reformasi kesehatan.

Di sisi lain, sempat terjadi penurunan saham pada setengah perdagangan terkait berita akhir pekan yang berhubungan dengan Korea Utara.

"Sudah banyak berita geopolitik yang bisa mendorong pasar ke posisi jauh lebih rendah, dan saya pikir itu adalah bantuan besar bahwa pasar bisa kembali terangkat," kata Dollarhide.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya