Bursa Asia dan Eropa Tertekan Usai Trump Peringatkan Korea Utara

Bursa saham Eropa dan Asia melemah pada perdagangan Rabu pekan ini usai pernyataan Donald Trump.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Agu 2017, 18:41 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2017, 18:41 WIB
20150710-Pasar Saham Nikkei-Jepang4
Sejumlah orang tercermin dalam papan yang menampilkan indeks saham di Tokyo, Jepang, Jumat, (10/7/ 2015). Harga saham Nikkei mengalami perubahan mengikuti gejolak pasar Tiongkok. (REUTERS/Thomas Peter)

Liputan6.com, Jakarta - Peringatan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kepada Korea Utara telah membuat pasar saham global tidak stabil.

Bursa saham Eropa dan Asia melemah pada perdagangan saham Rabu pekan ini usai Donald Trump mengucapkan kata-kata berapi-api kepada rezim Kim Jong Un. "Pihaknya akan hadapi api dan kemarahan seperti dunia yang belum pernah ada sebelumnya jika terus mengancam Amerika Serikat," ujar dia, seperti dikutip dari laman CNN Money, Rabu (9/8/2017).

Komentar presiden AS Donald Trump tersebut mendorong bursa saham AS bergerak negatif pada perdagangan saham kemarin. Di bursa Eropa, indeks saham Jerman dan Prancis CAC 40 masing-masing turun 0,7 persen di awal sesi perdagangan. Sedangkan indeks saham London FTSE 100 melemah 0,5 persen.

Sementara itu, investor mengalihkan asetnya ke safe havens. Harga emas naik 0,9 persen dan franc Swiss menguat terhadap semua mata uang utama. Sedangkan dolar AS menguat terhadap euro. Akan tetapi, dolar AS melemah terhadap yen dan pound sterling.

Pelaku pasar di Asia menilai, ada konfrontasi membebani pasar meski tidak terlalu berat dampaknya ke pasar saham.

"Sentimen regional terkena efeknya. Tidak ada yang buat terlalu panik karena mungkin saja dilebih-lebihkan. Namun volume perdagangan cenderung tipis pada Agustus," ujar Stephen Innes, Senior trader Oanda.

Sedangkan di bursa saham Asia, indeks saham Korea Selatan turun 1,1 persen. Indeks saham Jepang Tokyo Nikkei merosot 1,3 persen. Sementara itu, indeks saham Australia naik 0,4 persen. Sebagian besar bursa Asia dalam kondisi tertekan.

Namun, bursa saham Asia dinilai terbukti tahan terhadap ketegangan meningkat antara Amerika Serikat dan Korea Utara dalam beberapa bulan terakhir.

"Masalah Korea Utara telah berlangsung selama beberapa tahun, jadi saya pikir tampaknya tidak terlalu terganggu dengan perkembangan seperti ini," ujar Pu Yunghao, Chief Investment Officer Fountainhead Partners,

Pu menilai, bursa saham Asia tertekan pada Rabu pekan ini dimanfaatkan investor untuk merealisasikan keuntungan. "Tidak ada yang panik," kata dia.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya