Bank Mandiri Bakal Terbitkan Green Bond USD 300 Juta pada 2021

PT Bank Mandiri Tbk memiliki total global bond sebesar USD 2 miliar untuk rencana bisnis jangka menengah 3 tahun dan lebih dari 5 tahun.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 28 Jan 2021, 18:27 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2021, 18:26 WIB
Pertumbuhan Layanan Digital Bank Meningkat di Masa Pandemi COVID-19
Nasabah memanfaatkan layanan digital bank melalui layanan Mandiri Syariah Mobile di Jakarta, Rabu (8/7/2020). Mandiri Syariah juga mengoptimalkan metode pembayaran digital tanpa uang tunai sebagai upaya untuk mengurangi risiko penyebaran Covid-19 di Era New Normal. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berencana merilis green bond senilai USD 300 juta, setara Rp 4,2 triliun (kurs Rp 14.000/ per USD) pada 2021. Angka tersebut merupakan bagian dari slot obligasi global senilai USD 750 juta atau setara Rp 10,5 triliun yang belum diterbitkan.

Adapun PT Bank Mandiri Tbk memiliki total global bond sebesar USD 2 miliar untuk rencana bisnis jangka menengah 3 tahun dan lebih dari 5 tahun. Sebanyak USD 1,25 miliar di antaranya sudah direalisasikan sehingga BMRI hanya memiliki sisa global bond sebesar USD 750 juta.

"USD 750 juta ini akan dimanfaatkan dalam tahun 2021. Di antaranya, lewat rencana untuk penerbitan terkait green bond dengan size-nya USD 300 juta di 2021," kata Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi dalam paparan Kinerja Bank Mandiri Triwulan IV-2020, Kamis (28/1/2021).

Sebelumnya, pada 11 April 2019, PT Bank Mandiri Tbk menerbitkan Euro Medium Term Notes (EMTN)  dengan bunga tetap yang tidak dijamin senilai USD 750 juta.

Kemudian, pada 13 Mei 2020, BMRI menerbitkan menerbitkan instrumen yang sama dengan total nilai yang diterbitkan mencapai USD 750 juta. Dengan demikian, dari total target USD 2 miliar, sudah dirilis USD 1,25 miliar dan tersisa USD 750 juta lagi.

Sementara itu, Darmawan menambahkan perseroan juga masih memiliki ruang untuk menerbitkan surat utang denominasi rupiah senilai Rp 19 triliun. "Itu sampai Mei 2022. Namun, ini masih kami kaji timing yang tepat. Mempertimbangkan likuiditas rupiah dan pasar," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Laba Bersih Bank Mandiri Anjlok

Pemberdayaan UMKM Melalui Teknologi
Suasana pameran pada ivent Mekari, Jakarta, Kamis (25/4). Bank Mandiri berharap dapat memperkuat kapasitas UKM dalam mengembangkan bisnis melalui pemanfaatan teknologi digital, khususnya digital banking yang bisa memberikan kemudahan transaksi dan efisiensi usaha. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mengantongi laba bersih Rp 17,1 triliun sepanjang 2020. Angka tersebut turun atau terkontraksi 38 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Kami cukup confident dengan respons yang kami lakukan pada situasi pandemi ini. Oleh karena itu, meski laba bersih tahun lalu terkontraksi 38 persen menjadi Rp 17,1 triliun, kami optimis kinerja Bank Mandiri akan mengalami rebound pada 2021,” kata Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi, dalam konferensi pers Kinerja Bank Mandiri Kuartal IV 2020, Kamis, 28 Januari 2021.

Menurut Darmawan, penurunan laba bersih tersebut disebabkan penyaluran kredit perseroan yang terkontraksi 1,61 persen yoy secara ending balance, meski masih lebih baik bila dibandingkan kontraksi 2,41 persen yang dialami perbankan nasional.

Namun demikian, secara konsolidasi, pertumbuhan kredit secara average balance atau baki debet rata-rata berhasil mencatat perkembangan, yakni tumbuh 7,08 persen yoy menjadi Rp 871,3 triliun. Ini mengindikasikan strategi penyaluran kredit Bank Mandiri telah sejalan dengan keinginan untuk tumbuh secara sustain dalam jangka panjang.

Sedangkan penghimpunan DPK Bank Mandiri secara konsolidasi pada akhir 2020 tercatat tumbuh 12,24 persen yoy, menjadi Rp 1.043,3 triliun. Pertumbuhan DPK ini juga masih lebih baik bila dibandingkan dengan industri perbankan yang tumbuh 11,1 persen.

“Kami menerapkan kebijakan penyaluran kredit secara prudent dan selektif kepada targeted customer dengan mempertimbangkan sektor yang masih potensial dan pemulihannya lebih cepat. Hasilnya, kami mampu menjaga kualitas kredit sehingga rasio NPL konsolidasi masih baik di 3,09 persen,” jelasnya.

Meski selektif, Darmawan memastikan Bank Mandiri tetap menjadikan peran intermediasi perseroan sebagai prioritas utama untuk meningkatkan kembali demand masyarakat dan memulihkan ekonomi nasional.

Efisiensi

Layanan Perbankan di Masa Libur Idul Fitri
Nasabah melakukan transaksi di cabang Bank Mandiri Pertamina UPMS III, Jakarta, Rabu (28/6). Bank Mandiri memberikan layanan perbankan terbatas kepada nasabah secara bergantian pada musim liburan Idul Fitri 26-30 Juni 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di sisi lain, dengan belum pulihnya permintaan kredit, perseroan juga melakukan counter-balancing dengan terus memacu efisiensi, baik dari penurunan cost of fund maupun penghematan biaya operasional.

Bank Mandiri berhasil menurunkan cost of fund sebesar 33 basis poin ( bps) yoy menjadi 2,53 persen di Desember 2020 sedangkan biaya operasional hanya tumbuh 1,42 persen, dibandingkan kenaikan biaya operasional periode sebelumnya yang mencapai 6,68 persen.

Lebih lanjut, Darmawan mengatakan, pencapaian laba di 2020 didorong oleh pertumbuhan fee based income yang tumbuh sebesar 4,9 persen yoy menjadi Rp 28,7 triliun, dengan salah satu penyumbang utama adalah pendapatan dari transaksi online.

Tercatat, frekuensi transaksi aplikasi Mandiri Online sepanjang 2020 mencapai lebih dari 600 juta transaksi dengan nilai transaksi mencapai lebih dari 1.000 Triliun.

“Pencapaian laba Bank Mandiri pada tahun lalu juga tak lepas dari kinerja solid perusahaan anak yang berkontribusi 22,5 persen terhadap laba perseroan. Aset perusahaan anak tumbuh 15,1 persen, dimana kredit mampu tumbuh 12,3 persen yoy,” pungkasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya