Hukuman Berat Menanti Penambang Mata Uang Kripto

Dalam kasus bitcoin, penambang menggunakan komputer yang dibuat khusus dan secara efektif memungkinkan terjadinya transaksi.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 27 Mei 2021, 07:01 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2021, 07:01 WIB
Bitcoin - Image by VIN JD from Pixabay
Bitcoin - Image by VIN JD from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Menjadi kawasan otonom China, Mongolia Dalam tengah mengkaji hukuman bagi perusahaan dan individu yang terlibat dalam penambangan mata uang kripto.

Langkah itu dilakukan setelah Wakil Perdana Menteri China Liu He mengatakan, perlu ada tindakan untuk penambangan bitcoin dan perilaku perdagangan agar transmisi risiko individu ke bidang sosialbisa dicegah.

Komentar tersebut menjadi niat Beijing untuk melanjutkan tindakan keras yang telah dilakukan selama empat tahun, terkait perdagangan bitcoin dan aktivitas mata uang kripto lainnya.

Seperti dilansir CNBC, Kamis (27/5/2021), draf proposal terbaru Mongolia Dalam akan menargetkan perusahaan telekomunikasi dan internet yang terlibat dalam penambangan mata uang digital.

Tak hanya itu, Development and Reform Commission Mongolia Dalam akan mencabut izin usaha perusahaan apabila terlibat dalam pertambangan.

Terdapat juga hukuman berat bagi individu yang terlibat dalam pencucian uang dan penggalangan dana melalui mata uang digital.

Sikap keras Mongolia Dalam pada penambangan dimulai pada Maret setelah mengumumkan rencana pelarangan proyek penambangan mata uang kripto dan menutup aktivitas yang ada untuk mengurangi konsumsi energi.

Wilayah China utara gagal memenuhi target penggunaan energi pada 2019 dan menyusun rencana untuk mengurangi konsumsi daya.

Dalam kasus bitcoin, penambang menggunakan komputer yang dibuat khusus dan secara efektif memungkinkan terjadinya transaksi. Penambang ini diberi imbalan dalam bentuk bitcoin.

Hal ini karena komputer memiliki tenaga tinggi, mereka menghabiskan banyak energi.Penambangan bitcoin menghabiskan sekitar 112,57 terrawatt-jam per tahun. Angka ini melebihi negara lain seperti Filipina dan Chili, menurut Indeks Konsumsi Listrik Bitcoin Cambridge, sebuah proyek dari Universitas Cambridge.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

China Sumbang 65 Persen dari Penambangan Dunia

Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

China menyumbang sekitar 65 persen dari penambangan bitcoin dunia. Karena energinya yang murah, Mongolia Dalam menyumbang sekitar 8 persen secara global. Angka yang lebih besar daripada Amerika Serikat.

Sikap keras China terhadap uang kripto bukanlah hal baru. China menutup pertukaran uang kripto lokal pada 2017 dan pada tahun yang sama, melarang penawaran koin awal (ICO).

Akan tetapi, pedagang mata uang kripto masih terus beroperasi di daratan China.Pengawasan mendalam tentang penambangan bitcoin di Mongolia Dalam secara khusus datang ketika China mencoba menjadi zona hijau. Tahun lalu, Presiden Xi Jinping mengatakan, pihaknya menargetkan netralitas karbon pada 2060.

Namun, penelitian jurnal tinjauan sejawat Nature Communications pada bulan April mengatakan, penambangan bitcoin dapat merusak upaya pengurangan emisi yang terjadi di negara tersebut.

Konsumsi energi dari operasi penambangan bitcoin kembali menjadi sorotan awal bulan ini. CEO Tesla, Elon Musk sebelumnya menghentikan transaksi bitcoin untuk pembelian mobil listrik miliknya, dengan alasan masalah lingkungan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya