WIKA Bangun Rumah Sakit Hanya Satu Bulan dengan Teknologi Modular

Rumah sakit yang telah dibangun WIKA dalam waktu singkat berada di Pulau Galang dan Simprug.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Nov 2021, 12:15 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2021, 14:51 WIB
Logo PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).
Logo PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).

Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menegaskan pihaknya mampu membangun beberapa rumah sakit hanya dalam satu bulan. Hal ini tak terlepas dari teknologi modular yang digunakan.

Dalam pemaparannya, Direktur Utama PT Wijaya Karya Agung Budi Waskito mengatakan salah satu rumah sakit yang telah dibangun WIKA dalam waktu singkat berada di Pulau Galang dan Simprug.

"Untuk teknologi modular sudah kita buat dan patenkan di mana saat ini WIKA menjadi salah satu aplikator modular yang sudah dimanfaatkan di seluruh Indonesia," ujar dia, Kamis (28/10/2021).

Pihaknya telah membantu melakukan pembangunan rumah sakit dalam waktu yang relatif singkat seperti di Pulau Galang dan Simprug. "Tidak sampai satu bulan semua jadi, mulai dari pelat pondasi sampai dengan atap," kata dia.

Hal ini diakui Agung menjadi salah satu solusi bagi pembangunan yang membutuhkan waktu singkat namun juga berkualitas baik. Tak hanya rumah sakit, WIKA saat ini juga dipercaya untuk membangun paddock Sirkuit Mandalika.

"Lalu kami juga diberi tugas untuk membangun paddock yang ada di Mandalika, karena memang dengan waktu yang relatif singkat tidak mungkin dibangun secara konvensional. Itu membutuhkan enam bulan," tutur dia.

Telah berjalan 70 sampai 80 persen, Wijaya Karyasaat ini tengah membangun paddock dengan panjang 300 meter dan lebar 15 meter. Paddock tersebut juga memiliki tiga tingkat.

"Kita bangun tidak lebih dari satu bulan, dan akan selesai di awal bulan November. Jadi memang cukup banyak inovasi yang bisa dilakukan dengan memnfaatkan material yang ada di Indonesia atau lokal," tuturnya.

Agung juga menyebut, modular memiliki beberapa kelebihan yang bisa ditingkatkan, seperti pelaksanaan yang sangat cepat, tahan gempa, bisa dipakai berulang, bisa dipindahkan alih fungsi, sistem pengerjaan kering, dan kualitas produk sangat terjaga.

"Hanya saja cost-nya masih tinggi. Kalau digunakan dengan lebih masif saya yakin cost akan lebih rendah. Kemudian regulasi atau payung hukum belum banyak diaplikasikan tapi memberikan solusi," kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

WIKA Catat Pendapatan Rp 6,77 Triliun pada Semester I 2021

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) membukukan pendapatan bersih Rp 6,77 triliun sepanjang paruh pertama 2021. Raihan ini turun 5,13 persen dibandingkan pendapatan semester I 2020 sebesar Rp 7,13 triliun.

Merujuk laporan keuangan Perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa, pendapatan tersebut paling banyak berasal dari infrastruktur dan gedung senilai Rp 4,09 triliun. Disusul pendapatan dari industri sebesar Rp 1,35 triliun. Kemudian dari energi dan industrial plant Rp 1,18 triliun. Sisanya sekitar Rp 141,65 juta berasal dari realty dan properti.

Namun begitu, Wijaya Karyaberhasil menekan beban pokok pendapatan dari Rp 6,46 triliun pada semester I 2020 menjadi Rp 6,22 triliun pada semester I 2021.

Dengan demikian diperoleh laba kotor sebesar Rp 546,63 miliar, turun 18,42 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 670,02 miliar.

Pada periode ini, jumlah beban usaha tercatat sebesar Rp 35,67 miliar. Sehingga Perseroan membukukan laba usaha sebesar Rp 582,30 miliar, amblas hampir separuh dari laba usaha semester I 2020 sebesar Rp 1,06 triliun.

Setelah dikurangi beban lain-lain senilai Rp 431,65 miliar dan pajak penghasilan Rp 150,65 miliar, Perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 136,1 miliar pada semester I 2021.

Realisasi laba itu turun 58,09 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 324,75 miliar. Hingga 30 Juni 2021, aset Perseroan tercatat sebesar Rp 62,6 triliun, turun dari Rp 68,11 triliun per akhir Desember 2020.

Kas dan setara kas Rp 7,57 triliun, turun separuh dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 14,95 triliun. Liabilitas tercatat sebesar Rp 45,81 triliun, turun dari Rp 51,45 triliun posisi per akhir Desember 2020. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 33,12 triliun, dan sisanya Rp 12,69 merupakan liabilitas jangka panjang.

 

Reporter: Dian Tami K.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya