BEI Umumkan Delapan Emiten Berpotensi Terdepak dari Bursa

Ada sekitar delapan emiten berpotensi delisting yang diumumkan BEI pada awal Maret 2022.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 03 Mar 2022, 17:51 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2022, 17:51 WIB
Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Aktivitas pekerja di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali mengingatkan potensi penghapusan saham atau delisting sejumlah emiten. Pada awal April 2022, Bursa mengumumkan delapan emiten yang berpotensi didepak bursa.

Berdasarkan peraturan Bursa Nomor I-I tentang penghapusan pencatatan (delisting) dan pencatatan kembali (relisting) saham di Bursa, BEI dapat menghapus saham perusahaan tercatat apabila mengalami beberapa kondisi.

Dalam ketentuan III.3.1.1, bursa dapat melakukan delisting terhadap perusahaan tercatat mengalami kondisi atau peristiwa yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan tercatat.

Baik secara finansial atau secara hukum, atau terhadap kelangsungan status perusahaan tercatat sebagai perusahaan terbuka, dan perusahaan tercatat tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai.

Pada ketentuan III.3.1.2, saham perusahaan tercatat yang akibat suspensi di pasar reguler dan pasar tunai, hanya diperdagangkan di pasar negosiasi sekurang-kurangnya selama 24 bulan terakhir. Delapan emiten tersebut, antara lain yang dikutip dari data BEI, Kamis (3/3/2022):

1. PT Mas Murni Indonesia Tbk (MAMI). MAMI telah disuspensi selama enam bulan, dan masa suspensi mencapai 24 bulan pada 30 Agustus 2021. Berdasarkan laporan bulanan registrasi pemegang saham efek perseroan per 31 Januari 2022, mayoritas shama perseroan digenggam oleh masyarakat sebesar 67,76 persen. Kemudian Brentfield Investments Limited sebanyak 27,63 persen, PT Sentratama Kencana 4,52 persen, dan PT Woleco Prima Indonesia 0,09 persen.

2. PT Jaya Bersama Indo Tbk (DUCK) yang telah disuspensi selama enam bulan pada 1 Maret 2022. Merujuk laporan keuangan perseroan per 31 Desember 2021, masyarakat memiliki 87 persen saham perseroan. PT Asia Kuliner Sejahtera 6,4 persen, BBH Luxembourg 6,6 persen, dan sisanya 0,0032 persen dimiliki oleh KOmisaris Utama Perseroan, Itek Bachtiar.

3. PT Forza Land Indonesia Tbk (FORZ) yang telah di suspend selama enam bulan, dan masa suspensi akan mencapai 24 bulan pada 30 Agustus 2023.

Berdasarkan laporan bulanan registrasi pemegang efek per 30 April 2021, sebanyak 55,22 persen saham perseroan dimiliki oleh masyarakat. 17,24 persen dimiliki oleh Komisaris Utama Perseroan, Freddy Setiawan.

Kemudian 12,31 pesen merupakan kepemilikan PT Forsa Indonesia. Lalu Reksa Dana Narada genggam 8,21 perse, BP25 SG/BNP PARIBAS sebanyak 6,77 persen, dan 0,25 persen dimiliki oleh BOL LTD S/S FREDDY.

4. PT Nusantara Inti Corpora Tbk (UNIT) telah disuspensi selama 12 bulan, dan masa suspensi akan mencapai 24 bulan pada 1 Maret 2023.

Berdasarkan laporan bulanan registrasi pemegang efek per 31 Januari 200, pemegang saha mayoritas UNIT oleh masyarakat yakni 70,6 persen. Kemudian Bloom International 70,6 persen, dan Lenovo Worldwide 21,78 persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saham NUSA hingga OCAP

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

5. PT Sinergi Megah Internusa Tbk (NUSA) telah disuspensi selama 18 bulan,. Masa suspensi akan mencapai 24 bulan paa 31 Agustus 2022.

Berdasarkan laporan bulanan registrasi pemegang efek per 31 Januari 2022, masyarakat genggam 80,71 persen saham perseroan. Hendra Brata 9,72 persen, Yongki Teha 6,55 persen, Benny Tjokrosaputro yang juga selaku Komisaris Utama sebesar 3,02 persen.

6. PT Grand Kartech Tbk (KRAH) telah disuspensi selama 18 bulan, dan masa suspensi akan mencapai 24 bulan pada 31 Agustus 2022. Berdasarkan laporan bulanan registrasi pemegang efek per 31 Mei 2021, PT Sutardja Dinamika genggam mayoritas atau 71,82 persen saham perseroan.

PT Adrindo Inti Perkasa sebanyak 5,04 persen, PT Swastika Mulia Jaya 8,86 persen. PT Swastika Mulia Jaya antonius Gunawan Gho sebanyak 7,42 persen, dan masyarakat 10,6 persen.

7. PT Steadfast Marine Tbk (KPAL) telah disuspensi selama 6 bulan. Masa suspensi akan mencapai 24 bulan pada Agustus 2022. Berdasarkan laporan keuangan perseroan periode 30 September 2020, masyarakat masih memiliki 54,70 persen saham perseroan. Eddy Kurniawan Logam selaku Komisaris utama genggam 13,38 persen, Direktur Utama, Rudy Kurniawan Logam 13,38 persen. dan sisanya merupakan

8. PT Onix Capital Tbk (OCAP) yang telah disuspensi selama 18 bulan, dan masa suspensi akan mencapai 24 bulan pada 1 September 2022

Susunan Pemegang Saham per 31 Januari 2022 yakni UOB Kay Hian (Hong Kong) Ltd 45 persen, Djajusman Surjowijono dengan kepemilikan 35 persen. Kemudian masyarakat genggam 12 persen, sisanya sekitar 8 persen dimiliki oleh Komisaris Utama, Hardjanto Adiwana

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya