Liputan6.com, Jakarta - PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) menargetkan penjualan tumbuh 15 persen hingga akhir 2022. Keyakinan itu merujuk pada perubahan gaya hidup setelah pandemi COVID-19 dan kenaikan cukai pada awal 2022 yang dinilai akan memberikan dampak positif dan peluang bagi perseroan.
"Untuk outlook pencapaian target pada 2022, Indonesian Tobacco merencanakan untuk mencapai peningkatan sales hingga 15 persen. Perusahaan akan terus memperhatikan peningkatan kinerja untuk menciptakan positive value bagi kinerja perusahaan,” kata Komisaris Utama PT Indonesian Tobacco Tbk, Shirley Suwantinna dalam paparan publik, Jumat (3/6/2022).
Baca Juga
Sejalan dengan target tersebut, perseroan mencatatkan kinerja yang solid untuk periode tiga bulan pertama tahun ini. Pada periode tersebut, perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 59,5 miliar. Meningkat 29,9 persen atau Rp 13,7 miliar dibandingkan dengan kuartal I 2021 sebesar Rp 45,8 miliar.
Advertisement
Hal ini juga diiringi dengan peningkatan EBITDA yang dibukukan sebesar Rp 11,6 miliar pada kuartal I 2022, meningkat sebesar 17,2 persen atau Rp 1,7 miliar dibandingkan dengan kuartal I 2021 sebesar Rp 9,9 miliar.
Komitmen manajemen ITIC terwujud dalam peningkatan laba bersih pada kuartal I 2022 sebesar Rp 3,8 miliar meningkat 94,4 persen sebesar Rp 1,8 miliar dibandingkan kinerja kuartal I 2021 sebesar Rp 1,9 miliar.
Diharapkan pada akhir 2022 dan perusahaan akan terus memperhatikan peningkatan kinerja untuk menciptakan positive value bagi kinerja perusahaan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Belanja Modal 2022
Sebelumnya, PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga Rp 25 miliar untuk tahun ini. Jumlah ini mengalami peningkatan dari belanja modal yang semula disiapkan sebesar Rp 15 miliar.
Direktur Utama PT Indonesian Tobacco Tbk, Djonny Saksono mengatakan, belanja modal itu akan dialokasikan untuk menunjang operasional perseroan. Seperti peremajaan mesin dan renovasi gedung.
"Awalnya kita menganggarkan Rp 15 miliar, namun dengan berjalannya waktu, kita meningkatkan anggaran itu menjadi Rp 25 miliar, mengingat adanya beberapa mesin-mesin yang perlu kita remajakan dan gedung-gedung yang kita pakai untuk operasional di perusahaan banyak yang butuhkan renovasi, makanya belanja modal kita tingkatkan," kata dia dalam paparan publik perseroan, Jumat (3/6/2022).
Hingga Mei 2022, Djonny mengatakan, belum ada perkembangan signifikan dari realisasi belanja modal tersebut. Alasannya, pandemi yang belum sepenuhnya selesai membuat beberapa rencana belanja mengalami penundaan. Namun, perseroan akan secepatnya mulai merealisasikan belanja modal itu.
"Sampai Mei ini, jujur saja baru kita mulai. Karena adanya pandemi, ini agak tertunda. Namun kami akan mempercepat untuk pembelanjaan ini,” imbuh Djonny.
Djonny menambahkan, untuk tahun ini perseroan tetap mempertahankan posisi pangsa pasar yang kuat di Papua, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara, dan terus memanfaatkan potensi peluang pasar baru di Sumatera. Hal ini mencerminkan kemampuan dan komitmen Perseroan dalam memperkuat dan memperluas distribusi dan keberadaan merek produk tembakaunya di seluruh Indonesia.
Advertisement
Bakal Sesuaikan Harga
Sebelumnya, PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) berencana melakukan penyesuaian harga dalam waktu dekat. Hal itu menyusul kenaikan PPN menjadi 11 persen per April 2022.
Direktur Utama PT Indonesian Tobacco Tbk, Djonny Saksono mengatakan, kenaikan PPN 11 persen sebenarnya tak banyak mempengaruhi pendapatan dan laba perseroan. Ia menerangkan, PPN untuk perusahaan tembakau dan rokok diambil dari harga jual eceran pita cukai dan HJE.
"Perhitungan 11 persen ini terefleksi menjadi 9,9 persen dari harga jual eceran kami. Peningkatannya tidak terlalu signifikan bagi keuntungan perusahaan. Namun kami memang sudah ancang-ancang untuk mengadakan penyesuaian harga,” kata dia dalam paparan publik perseroan, Jumat (3/6/2022).
Selain itu, pertimbangan lain perseroan melakukan penyesuaian harga yakni sebagai langkah antisipasi terhadap inflasi. Rencananya, penyesuaian harga dilakukan mulai Mei ini.
"Mudah-mudahan bulan ini atau di bulan depan kami akan mengadakan penyesuaian harga sesuai dengan dengan peningkatan PPN tersebut, dan juga untuk meng-cover inflasi yang ada supaya profit margin kita bisa tetap stabil seperti 2021 atau bahkan bisa lebih tinggi,” imbuhnya.
Penyesuaian Tarif Cukai
Di sisi lain, penyesuaian tarif cukai juga dinilai menjadi katalis positif bagi perseroan. Di mana ada potensi perubahan pola konsumsi dari rokok atau hasil tembakau dengan harga tinggi, akan beralih mencari alternatif harga yang lebih murah.
"Ini ada shifting dari pola konsumen dari harga rokok tinggi menjadi mengkonsumsi mencari alternatif rokok yang lebih murah. Sehingga itu yang jadi katalis positif perseroan untuk mengambil kesempatan ini,” kata Djonny.
Adapun untuk tahun ini, perseroan menargetkan peningkatan penjualan hingga 15 persen dibanding tahun lalu. Keyakinan itu sejalan dengan raihan kinerja perseroan hingga kuartal I 2022.
Pada tiga bulan pertama tahun ini, perseroan mempertahankan profitabilitas dengan mencatatkan laba bersih Rp 3,8 miliar, meningkat 94,4 persen dibandingkan Rp 1,9 miliar yang dicatatkan pada periode yang sama tahun lalu.
Perseroan melakukan perbaikan kinerja yang terwujud dalam peningkatan margin EBITDA sebesar 17,2 persen pada periode ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Raihan itu didorong oleh peningkatan permintaan akan produk ITIC yang semakin kuat. Ditandai dengan naiknya volume penjualan pada kuartal I 2022 dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini kemudian mendorong pertumbuhan pendapatan sebesar 29,9 persen atau menjadi Rp 59,5 miliar dari Rp 45,8 miliar pada kuartal I 2021.
Advertisement