Wall Street Lesu Imbas The Fed hingga Kunjungan Ketua DPR AS ke Taiwan

Wall street dipengaruhi sejumlah sentimen pada Selasa, 2 Agustus 2022 antara lain kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan hingga pernyataan pejabat the Fed.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Agu 2022, 12:23 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2022, 06:52 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada penutupan perdagangan Selasa, 2 Agustus 2022. Koreksi wall street terjadi seiring investor menimbang meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan China dengan kunjungan ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan.

Selain itu, investor juga bereaksi terhadap komentar dari Presiden the Federal Reserve (the Fed) tentang langkah bank sentral ke depan. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 0,67 persen ke posisi 4.091,19 setelah turun hampir 1 persen di awal sesi.

Indeks Dow Jones juga susut 402,23 poin atau 1,23 persen menjadi 32.396,17. Caterpillar bebani indeks Dow Jones. Saham Caterpillar turun setelah perseroan membukukan laba kuartalan yang mengecewakan. Indeks Nasdaq melemah terbatas 0,16 persen ke posisi 12.348,76. Indeks acuan tersebut turun meski Uber melompat 18,9 persen yang dipicu laba.

Saham bergejolak pada perdagangan Selasa sore waktu setempat lantaran reaksi terhadap beberapa komentar dari Presiden the Fed regional yang semuanya mengabaikan gagasan bank sentral akan menaikkan atau menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.

Presiden Fed Chicago, Charles Evans berharap bank sentral dapat menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin pada September dan kemudian melanjutkan dengan kenaikan 25 basis poin hingga awal kuartal II pada 2023.

Presiden Fed San Francisco Marly Daly menuturkan, bank sentral masih memiliki pekerjaan di depan untuk meredam inflasi. Presiden the Fed Cleveland, Loretta Mester menuturkan, beberapa bulan lagi bukti kalau inflasi telah mencapai puncaknya akan diperlukan sebelum bank sentral akhiri siklus kenaikan suku bunganya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Ketegangan Geopolitik AS-China

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sentimen lain yang pengaruhi bursa saham datang dari berita politik. Pelosi akan menginap di Taiwan, berdasarkan laporan Reuters. Menjelang perjalanan, pejabat China mengancam akan bertindak jika Pelosi melanjutkan kunjungan tersebut.

Pelosi adalah pejabat Amerika Serikat paling senior yang bertemu dengan pemimpin Taiwan sejak mantan Ketua DPR Newt Gingrich pada 1997.

“Saya pikir perjalanan itu tidak akan mengarah pada gangguan ekonomi nyata, tetapi tentu saja retorika dan berita utama mulai meningkat dan itu adalah sesuatu yang perlu kita perhatikan ke depan,” ujar Senior Investment Strategist Edward Jones, Mona Mahajan dikutip dari CNBC, Rabu (3/8/2022).

Ia menambahkan, ketegangan geopolitik telah menjadi tema yang benar-benar dilihat sepanjang tahun yang membebani pasar.

Di sisi lain, pelaku pasar juga menanti rilis kinerja keuangan dari Starbucks, PayPal, dan Advanced Micro Devices. Dari data ekonomi, investor sedang menunggu laporan nonfarm payrolls Juli 2022 yang dijadwalkan rilis pada Jumat pekan ini. Hal ini menjadi petunjuk lebih lanjut tentang keadaan ekonomi dan pasar kerja.

Saham Uber naik 19 persen dan menarik perhatian pasar. Hal ini setelah perseroan rilis kinerja kuartalan. Perseroan masih membukukan rugi besar pada kuartal II 2022, tetapi mengalahkan pendapatan.

 

 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Wall Street Tergelincir pada 1 Agustus 2022

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Senin, 1 Agustus 2022. Pergerakan wall street pada awal Agustus 2022 ini lesu seiring investor mempertanyakan apakah reli baru-baru ini terus berlanjut setelah Juli menjadi bulan terbaik sejak 2020.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks utama menghentikan kenaikan beruntun tiga hari. Indeks S&P 500 melemah 0,28 persen ke posisi 4.118,63. Indeks Nasdaq susut 0,18 persen ke posisi 12.368,98. Indeks Dow Jones tergelincir 46,73 poin atau 0,14 persen ke posisi 32.798,40.

Indeks Dow Jones melemah meski Boeing naik 6,13 persen setelah AS menyetujui rencana melanjutkan pengiriman 787. Sektor energi merupakan hambatan besar di pasar karena harga minyak turun. Saham Diamondback Energy, ExxoMobil, Chevron, dan Devon Energy merosot.

Laporan manufaktur yang lebih baik dari perkiraan membantu sentimen. Saham produsen chip seperti AMD dan Nvidia menguat ke wilayah positif. Laporan tersebut juga menunjukkan meski harga tergelincir, sebuah perkembangan positif di tengah inflasi yang tinggi.

 

 

Menanti Laporan Keuangan dan Data Ekonomi

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)

Pada Jumat, 29 Juli 2022, semua indeks utama menguat dan membukukan kenaikan secara mingguan serta menutup bulan terbaik pada 2022. Indeks Dow Jones naik 6,7 persen pada Juli 2022, dan indeks S&P 500 naik 9,1 persen.

Indeks Nasdaq bertambah 12,4 persen seiring investor memilih saham teknologi yang paling terpukul selama pasar bearish ini. Untuk setiap indeks, kinerja Juli merupakan yang terbaik sejak 2020.

"Pasar dapat menguji reli substansial yang terjadi pekan lalu karena mereka mempertimbangkan kemajuan yang telah dibuat Federal Reserve sejauh ini untuk membendung laju inflasi,” ujar Chief Investment Strategist Oppenheimer, John Stolzfus, dikutip dari CNBC, Selasa (2/8/2022).

Pekan ini, investor memiliki lebih banyak data ekonomi dan pendapatan perusahaan untuk dicermati investor.

Laporan nonfarm payrolls Juli dari Biro Statistik Tenaga Kerja akan memberikan lebih banyak wawasan tentang pasar tenaga kerja. Pertumbuhan lapangan kerja yang solid telah membuat ekonom mengatakan AS saat ini tidak dalam resesi, meskipun dua kuartal berturut-turut Produk Domestik Bruto (PDB) negatif. Selain itu, ada rilis kinerja Caterpillar, PayPal dan Starbucks.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya