Bursa Saham Asia Lesu Usai China Pertahankan Suku Bunga Pinjaman

Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Senin, 21 November 2022 setelah China pertahankan suku bunga pinjaman.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 21 Nov 2022, 09:05 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2022, 09:05 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham di Asia Pasifik anjlok pada perdagangan Senin, (21/11/2022). Koreksi bursa saham Asia Pasifik seiring bank sentral China mempertahankan suku bunga acuan pinjaman, sesuai harapan.

Indeks Hang Seng di bursa saham Hong Kong turun 3,33 persen, dan memimpin koreksi di bursa saham Asia Pasifik. Di China, indeks Shanghai terpangkas 0,62 persen dan indeks Shenzhen merosot 1,33 persen. Indeks Nikkei 225 tepat di bawah garis datar dan indeks Topix sedikit naik.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah. Indeks Kospi Korea Selatan melemah 1,15 persen. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang merosot 1,36 persen. Demikian mengutip dari laman CNBC, Senin, 21 November 2022.

Pada akhir pekan, pemilihan umum di Malaysia hasilkan parlemen yang menggantung. Partai-partai berusaha mendapatkan dukungan dari blok lain untuk membentuk pemerintahan. Pada akhir pekan ini, Baidu akan melaporkan laba dan Singapura rilis data inflasi.

China mempertahankan suku bunga pinjaman seperti yang diharapkan. China membiarkan suku bunga pinjaman acuan tidak berubah selama tiga bulan berturut-turut, berdasarkan pengumuman resmi dari bank sentral China. Suku bunga pinjaman satu tahun stabil di 3,65 persen. Suku bunga lima tahun tetap di 4,3 persen.

Penutupan Bursa Saham Asia pada 18 November 2022

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Jumat, 18 November 2022. Pergerakan bursa saham Asia Pasifik itu di tengah pengumuman laju inflasi inti Jepang pada Oktober 2022 naik 3,6 persen dibandingkan tahun lalu.

Inflasi inti tersebut lebih tinggi dari yang diharapkan dan lebih cepat dalam 40 tahun. Berdasarkan data Refinitiv, inflasi tersebut seperti terlihat pada Februari 1982.

Indeks Nikkei Jepang melemah 0,11 persen ke posisi 27.899,77. Sementara itu, indeks Topix berada di posisi 1.967,03. Indeks Kospi menguat ke posisi 2.444,48. Indeks ASX 200 bertambah 0,23 persen ke posisi 7.151,8.

Indeks Hang Seng melemah 0,5 persen. Indeks Hang Seng teknologi naik 0,2 persen seiring China rilis lisensi game. Di bursa saham China, indeks Shanghai melemah 0,22 persen dan indeks Shenzhen merosot 0,35 persen.

Saham pertahanan di bursa Jepang dan Korea Selatan menguat seiring peluncuran rudal Korea Utara. Saham perusahaan terkait pertahanan Korea Selatan dan Jepang naik pada Jumat pagi setelah Korea Utara dipastikan meluncurkan rudal balistik. Di Korea Selatan, saham Hanwha Aerospace naik 4,69 persen. Saham Korea Aerospace mendaki 2,34 persen dan Victek naik 2,3 persen.

Di Jepang, saham Mitsubishi Heavy Industries bertambah 0,93 persen. Saham Hosoya Pyro Engineering bertambah 1,7 persen.

Sementara itu, CEO Morgan Stanley Asia Pasifik Gokul Laroia konfirmasi mengenai PHK di Asia Pasifik yang sedang berlangsung. Saat ditanya mengenai memangkas 10 persen dari 500 staf di kawasan tersebut, kepada CNBC, Laroia menuturkan, rencana itu sudah berjalan. “Saya sebenarnya tidak tahu apakah jumlahnya 10 persen, tetapi akan ada pengurangan. Faktanya itu sedang berlangsung,” ujar dia.

Laroia menuturkan, China tetap menjadi pasar penting bagi Morgan Stanley meski melambat lebih dari yang diharapkan pada 2022. Perseroan juga berharap tetap investasi di sana.

 

Penutupan Wall Street pada Jumat 18 November 2022

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Jumat, 18 November 2022. Wall street melompat seiring investor kembali mencerna pernyataan lebih keras dari pejabat the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS dan meneliti laporan laba terbaru.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melonjak 199,37 poin atau 0,59 persen ke posisi 33.745,69. Indeks S&P 500 mendaki 0,48 persen ke posisi 3.965,34. Indeks Nasdaq bertambah 0,01 persen ke posisi 11.146,06.

Namun, selama sepekan, rata-rata indeks acuan membukukan koreksi. Indeks Dow Jones melemah tipis 0,01 persen. Indeks S&P 500 tergelincir 0,69 persen. Indeks Nasdaq terpangkas 1,57 persen. Akan tetapi, tiga indeks acuan kompak menguat sepanjang November 2022.

Pada perdagangan jelang akhir pekan, indeks S&P 500 cenderung mendatar seiring investor mulai mengatur ulang harapan setelah rilis data ekonomi selama seminggu terakhir dimulai dengan indeks harga konsumen atau inflasi pada Oktober 2022. Chief Investment Officer Homrich Berg, Stephanie Lang menuturkan, pekan ini ditandai dengan sudut pandang kembali ke kenyataan.

“Menyusul reli besar yang keluar dari IHK yang lebih baik dari perkiraan, pasar mencerna data saat ini yang mengembalikan semuanya ke kenyataan,” tutur dia.

Ia menambahkan, reli yang terdorong inflasi tidak dibenarkan oleh fundamental. “Pasar juga memperkirakan soft landing di sini, yang menurut kami kemungkinan tidak akan terjadi. Jadi ketika Anda mendengar pejabat the Fed keluar dan menegaskan kembali sikap mereka, Anda mulai melihat pasar menyesuaikan diri dengan itu,” tutur dia.

 

Pernyataan Pejabat The Fed

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Pada Jumat, 18 November 2022, Presiden the Federal Reserve Boston Susan Collins menuturkan, keyakinannya kalau pembuat kebijakan dapat meredam inflasi tanpa terlalu menganggu tenaga kerja.

Sementara itu, Presiden the Fed St Louis James Bullard menuturkan, tingkat suku bunga belum berada di zona yang dapat dianggap cukup membatasi. Dia menyarankan, zona yang sesuai untuk tingkat bunga dapat berada di kisaran 5-7 persen yang lebih tinggi dari harga pasar.

Pendiri Vital Knowledge, Adam Crisafulli menilai investor harus lebih menekankan pada data actual dan tidak terlalu fokus pada retorika the Fed.”Investor telah lelah dengan the Fed, dan ketakutannya mungkin diperlukan 2-3 rilis data inflasi lagi bagi pejabat (the Fed-red) untuk berhenti tegur pasar setiap kali coba reli,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya