Berawal dari Garasi, RANS Entertainmen Kini Punya Valuasi Rp 3 Triliun

Founder RANS Entertainment, Raffi Ahmad menuturkan, RANS Entertainment memiliki valuasi Rp 3 triliun menuju IPO.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 28 Jan 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2023, 06:00 WIB
Raffi Ahmad (Liputan6.com - M. Altaf Jauhar)
Founder RANS Entertainment, Raffi Ahmad blak-blakan bicara valuasi dan rencana RANS Entertainment. (Liputan6.com - M. Altaf Jauhar)

Liputan6.com, Jakarta - Founder RANS Entertainment, Raffi Ahmad menyebut saat ini RANS memiliki valuasi sekitar Rp 3 triliun. Angka tersebut merupakan perhitungan dari pihak lain yang berpotensi bergabung dengan RANS.

"RANS itu sekarang value nya sudah Rp 3 triliun, valuasi nya bukan duitnya," kata Raffi dalam kanal YouTube Noice, ditulis Sabtu (28/1/2023).

Raffi menceritakan, RANS Entertainment awalnya hanya dikendalikan oleh tiga orang dan beroperasi di garasi alias belum memiliki kantor sendiri.

"Jadi RANS ini dari cuma di garasi doang, cuma tiga orang sekarang hampir Rp 3 triliun valuasi nya, bukan duitnya," kata dia.

Sosok ayah Rafathar ini mengatakan, pada dasarnya setiap perusahaan memiliki cara masing-masing untuk mengembangkan bisnis secara berkelanjutan. Salah satu cara perusahaan untuk berkembang adalah melalui IPO di pasar modal, sebab dengan IPO perusahaan akan mendapatkan dana segar dari masyarakat untuk ekspansi.

"Alhamdulillah guys RANS mau menuju IPO, RANS itu bayangin dari garasi doang. Siapa yang enggak pengen go to market, to publik, IPO enggak IPO semua punya jalan masing-masing," kata Raffi.

Raffi menegaskan, perhitungan valuasi Rp 3 triliun tidak dilakukan oleh pihak RANS sendiri. Namun, ada beberapa pihak yang akan masuk ke RANS sekaligus menaksir valuasi perusahaan tersebut.

"Kemarin ada beberapa yang sudah masuk ke kita dengan value segitu," kata dia.

Rencana IPO

Raffi Ahmad Chairman RANS PIK Basketball
Raffi Ahmad Chairman RANS PIK Basketball

Asal tahu saja, pada tahun lalu, Raffi Ahmad menyebutkan, RANS berpotensi akan menggelar IPO pada tahun ini. 

Sebelumnya, RANS Entertainment berpotensi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2023.

"Doakan saja, tahun depanlah Insya Allah (IPO), sekarang kita berupaya dulu," Founder RANS Entertainment, Raffi Ahmad kepada awak media, Rabu (12/10/2022).

Selain itu, Raffi Ahmad juga mengatakan, RANS melakukan sejumlah strategi untuk meningkatkan pendapatan perusahaan, salah satunya mencoba membuka unit baru non-media.

"Kita coba buka dengan unit-unit baru, non medianya, ada beberapa yang non media food and beverage (FnB), fast moving consumer goods (FMCG), lifestyle. Jadi kita berupaya untuk mengembangkan kesana," kata Raffi Ahmad.

Pencatatan 70 Efek di BEI pada 2023

IHSG 30 Mei 2017 Ditutup Melemah 0,33 Persen
Karyawan memerhatikan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Mandiri Sekuritas, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan pencatatan 70 efek baru pada tahun depan. Efek tersebut terdiri dari berbagai instrumen termasuk pencatatan efek saham, obligasi korporasi baru, dan pencatatan efek lainnya meliputi Exchange Traded Fund (ETF), Dana Investasi Real Estate (DIRE), dan Efek Beragun Aset (EBA).

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan, keyakinan itu merujuk pada kondisi fundamental Indonesia seiring dengan pemulihan ekonomi yang mulai berlangsung sepanjang 2022.

BEI juga akan tetap memperhatikan perkembangan penanganan COVID-19 di Indonesia serta kondisi perekonomian global. Nyoman menerangkan, target pencatatan efek bauru tahun depan lebih tinggi dari target tahun ini sebanyak 68 pencatatan efek. Hingga saat ini, Nyoman mengatakan pencatatan efek baru masih didominasi oleh saham.

"Per hari ini sudah 44 (saham baru) yang tercatat. Kemudian ada ETF 1, EBUS yang baru itu 8 dari target kita yang sebelumnya hanya 5. Jadi capaian kita dari 68 saat ini sudah sekitar 51 dari total instrumen. Jadi capaian kita saat ini relatif sudah hampir 75 persen,” kata Nyoman dalam konferensi pers usai RUPS BEI, Rabu, 26 Oktober 2022.

Sementara itu, Nyoman mengatakan masih ara 45 perusahaan yang antri pada pipeline pencatatan saham BEI. 11 perusahaan di antaranya telah mendapat pernyataan pra efektif dan empat perusahaan telah mendapatkan izin prinsip.

"15 perusahaan ini mudah-mudahan siap akan tercatat. Jadi tadi kalau 44 perusahaan (sudah IPO), ditambah 15 perusahaan (yang ada di pipeline), mudah-mudahan akan jauh kita capai dari target,” imbuh Nyoman.

 

Target Pertumbuhan Investor pada 2023

IHSG Menguat
Layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan investor pasar modal tumbuh 35 persen pada 2023. Pertumbuhan investor itu merujuk pada kondisi investor pasar modal yang saat ini sudah tumbuh di atas 30 persen dibandingkan akhir tahun lalu.

Melansir laman KSEI, total investor pasar modal per September 2022 tercatat sebesar 9,78 juta SID, naik 30,55 persen dibandingkan akhir tahun lalu sebanyak 7,49 juta SID. Raihan ini telah melampaui target BEI dengan pertumbuhan yang diincar sebesar 30 persen.

"Itu artinya sudah mencapai target pertumbuhan kita tahun ini. Namun tahun depan kita targetkan pertumbuhan investor pasar modal kita paling tidak 35 persen," kata Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik dalam konferensi pers, Rabu (26/10/2022).

Dari sisi supply, BEI menargetkan pencatatan 70 efek baru pada tahun depan. Efek tersebut terdiri dari berbagai instrumen termasuk pencatatan efek saham, obligasi korporasi baru, dan pencatatan efek lainnya meliputi Exchange Traded Fund (ETF), Dana Investasi Real Estate (DIRE), dan Efek Beragun Aset (EBA).

Target pencatatan efek baru tahun depan lebih tinggi dari target tahun ini sebanyak 68 pencatatan efek. BEI juga berencana menerbitkan sejumlah produk baru. Di antaranya termasuk pengembangan waran terstruktur, single stock futures, pengembangan carbon trading, ETF, dan indeks terutama indeks terkait syariah dan yang terkait dengan ESG, serta pengembangan SPPA.

"Saat ini ada tiga AB yang sedang dalam pipeline kita untuk mempersiapkan diri untuk menerbitkan waran terstruktur. Paling tidak, ada lebih dari 10 seri waran terstruktur yang nanti bisa diterbitkan," kata Jeffrey.

Khusus untuk pengembangan carbon trading, BEI telah menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan PT Pertamina dalam perdagangan karbon (carbon trading).

Melalui kerja sama itu, Pertamina dan BEI akan mengkaji potensi kerja sama bisnis sehingga dapat meningkatkan pengetahuan serta optimalisasi tugas dan fungsi masing-masing untuk penyelenggaraan voluntary carbon market dan compliance carbon market.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya