Bursa Asia Anjlok Usai Rilis Data Pekerjaan AS, Saham Grup Adani Masih Jadi Sorotan

Data pekerjaan AS menguat membuat investor khawatir the Fed masih agresif dongkrak suku bunga. Sentimen itu menekan bursa saham Asia Pasifik, Senin, 6 Februari 2023.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Feb 2023, 10:13 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2023, 10:13 WIB
Bursa Saham Asia Lesu Usai Rilis Data Pekerjaan AS
Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Senin, 6 Februari 2023 setelah rilis data pekerjaan AS. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik jatuh pada perdagangan saham Senin (6/2/2023) seiring data pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang lebih baik dari yang diharapkan. Hal itu membuat investor khawatir the Federal Reserve (the Fed) akan kembalik kerek suku bunga. Langkah the Fed itu untuk melanjutkan usaha meredam inflasi.

Mengutip CNBC, Senin, 6 Februari 2023, indeks Hang Seng Hong Kong anjlok 2 persen setelah saham properti dan teknologi tertekan. Indeks Shenzhen terpangkas 1 persen dan indeks Shanghai melemah 0,9 persen.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 menguat 0,9 persen dan indeks Topix bertambah 0,5 persen. Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,7 persen. Indeks Kosdaq tergelincir 0,4 persen. Indeks ASX turun 0,15 persen.

Saham grup Adani akan terus diawasi ketat pada pembukaan perdagangan bursa Mumbai seiring tuduhan manipulasi saham dan penipuan akuntansi yang diangkat oleh Hindenburg sehingga menimbulkan kekhawatiran efek limpahan pada pasar India yang lebih luas dan pemberi pinjaman wall street.

The Bloomberg Billionaires Index menunjukkan kekayaan bersih pendiri dan chairman Gautam Adani turun lebih dari 51,1 persen atau USD 61,6 miliar pada 2022, tepatnya pada perdagangan Jumat, 3 Februari 2023.

Di wall street, indeks acuan tertekan pada Jumat, 3 Februari 2023 setelah laporan pekerjaan dan imbal hasil treasury 10 tahun mencapai 3,5 persen setelah melonjak lebih dari 12 basis poin setelah laporan tersebut.

Saham Apple melonjak 2,4 persen setelah perusahaan melaporkan penurunan penjualan terbesar sejak 2016. Saham induk Google Alphabet turun 2,8 persen menyusul kinerja yang mengecewakan. Saham Amazon anjlok 8,4 persen, kinerja terburuk sejak April setelah laporan laba.

Penutupan Bursa Saham Asia Jumat 3 Februari 2023

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan saham Jumat, 3 Februari 2023. Koreksi bursa saham Asia Pasifik terjadi di tengah saham Adani Enterprises yang anjlok dan turun 15 persen.

Di sisi lain, aksi jual juga berlanjut terhadap saham Adani Enterproses yang dipicu oleh tuduhan yang diajukan perusahaan short seller Hindenburg.

Indeks Nifty 50 naik 0,5 persen di Mumbai meski saham perusahaan Adani terus turun. Sedangkan indeks S&P 500 Sensex naik 0,65 persen.

Kekayaan pendiri dan chariman Gautam Adani turun lebih dalam semalam. Pendiri Grup Adani, Gautam Adani kini berada di posisi ke-21, berdasarkan indeks Bloomberg Billionaires. Ia kehilangan kekayaan USD 59,2 miliar pada 2023 menjadi USD 63,1 miliar pada penutupan perdagangan Kamis, 2 Februari 2023.

Indeks Hang Seng anjlok 1,2 persen. Di bursa saham China, indeks Shanghai melemah 0,66 persen dan indeks Shenzhen terpangkas 0,63 persen meski indeks aktivitas jasa pembelian Caixin China naik pada Januari.

Indeks Nikkei 225 menguat 0,39 persen dan indeks Topix diperdagangkan di kisaran 0,26 persen. Di Korea Selatan, indeks Kospi menguat 0,47 persen ke posisi 2.480,4. Indeks Kosdaq bertambah 0,28 persen ke posisi 766,79. Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,62 persen ke posisi 7.558,1. Investor juga mencerna komitmen pinjaman rumah baru pada Desember yang turun 4,3 persen.

 

Penutupan Wall Street pada 3 Februari 2023

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street jeblok pada perdagangan Jumat, 3 Februari 2023 seiring laporan data pekerjaan AS yang kuat mengkhawatirkan beberapa investor kalau bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) akan mempertahankan kenaikan suku bunga.

Namun, indeks S&P 500 membukukan kenaikan mingguan keempat dalam lima minggu seiring inflasi yang mereda. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 anjlok 1,04 persen menjadi 4.136,48. Demikian mengutip CNBC, Sabtu (4/2/2023).

Indeks Nasdaq tergelincir 1,59 persen menjadi 12.006,95. Indeks Dow Jones terpangkas 127,93 poin atau 0,38 persen menjadi 33.926,01 bahkan saat saham Apple menguat.

Terlepas dari itu, indeks Nasdaq membukukan kinerja mingguan yang positif. Indeks Nasdaq melompat 3,31 persen membukukan kemenangan kelima selama berturut-turut seiring reli yang dipicu teknologi untuk menggungguli indeks utama lainnya. Sementara itu, indeks S&P 500 menguat 1,62 persen. Indeks Dow Jones susut 0,15 persen.

Investor menyerap laporan pekerjaan Januari yang lebih kuat dari perkiraan mendorong imbal hasil obligasi lebih tinggi. Ekonomi AS menambahkan 517.000 pekerjaan pada Januari 2023, melampaui perkiraan Dow Jones tentang kenaikan pekerjaan sebesar 187.000 bulan lalu. Imbal hasil treasury atau obligasi AS bertenor 10 tahun mencapai 3,5 persen setelah meloinjak lebih dari 12 basis poin setelah laporan tersebut.

 

Saham Apple Menguat

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Wall street juga mencerna hasil laba dari perusahaan teknologi besar. Saham Apple melompat 2,4 persen membalikkan kerugian sebelumnya setelah perusahaan melewatkan perkiraan pendapatan dan laba dalam laporan triwulanan terbaru.

Sementara itu, saham induk Google Alphabet merosot 2,8 persen menyusul hasil yang mengecewakan. Saham Amazon terpangkas 8,4 persen, hari terburuk sejak April  setelah laporan raksasa e-commerce itu meski masih membukukan kenaikan 1,1 persen dalam sepekan.

Meski begitu, investor mengambil harapan dari tanda-tanda penurunan inflasi baru-baru ini serta beberapa komentar yang diterima dengan baik pekan ini dari ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell yang mengatakan proses disinflasi telah dimulai.

“Saya pikir pasar semakin mendekati pandangan kami inflasi menurun dengan cepat. Model (the Fed) terbukti buruk. Mereka melewatkan inflasi secara terbalik dan sekarang melewatkan deflasi,” ujar CEO Infrastructure Capital Management, Jay Hatfield.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya