Wall Street Beragam saat Valentine, Inflasi AS Bawa Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga

Wall street beragam pada perdagangan Hari Valentine, Selasa, 14 Februari 2023. Indeks Nasdaq catat penguatan terbesar.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Feb 2023, 07:02 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2023, 07:02 WIB
Wall Street Beragam Usai Rilis Data Inflasi AS
Wall street bervariasi pada perdagangan saham Selasa, 14 Februari 2023 setelah rilis data inflasi AS. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Selasa, 14 Februari 2023. Indeks Dow Jones merosot sehingga membalikkan kenaikan sebelumnya setelah laporan indeks harga konsumen (IHK) Januari 2023 menunjukkan inflasi tumbuh 6,4 persen, lebih tinggi dari perkiraan.

Dikutip dari CNBC, Rabu (15/2/2023), pada penutupan perdagangan wall street saat momen Valentine, indeks Dow Jones merosot 156,66 poin atau 0,46 persen ke posisi 34.089,27. Indeks S&P 500 terpangkas 0,03 persen menjadi 4.136,13. Indeks Nasdaq menguat 0,57 persen ke posisi 11.960,15 yang didorong saham teknologi termasuk Tesla dan Nvidia masing-masing naik 7,51 persen dan 5,43 persen.

Imbal hasil obligasi AS menguat. Imbal hasil obligasi AS bertenor 6 bulan berada di posisi 5,022 persen, di atas 5 persen untuk pertama kali sejak Juli 2007. Pembacaan inflasi yang sangat tinggi membuat saham tertekan.

Indeks harga konsumen naik 0,5 persen pada Januari 2023 sehingga membawa kenaikan inflasi tahunan 6,4 persen. Inflasi tersebut sedikit lebih tinggi dari perkiraan ekonomi mengenai barang dan jasa naik 0,4 persen pada bulan tersebut dan 6,2 persen pada 2023, berdasarkan survei oleh Dow Jones. Selain itu, laporan Desember direvisi untuk menunjukkan sedikit kenaikan bukan penurunan.

Sebelum dirilis, JPMorgan prediksi, kenaikan inflasi tahunan 6,4 persen menjadi 6,5 persen akan memicu koreksi S&P 500 1,5 persen pada Selasa, 14 Februari 2023. Itu lebih baik dari pada ketakutan terburuk dari kenaikan tahunan melebihi 6,5 persen, percepatan inflasi yang memicu penurunan S&P 500 sebesar 2,5 persen, prediksi JPMorgan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Inflasi Masih Berada di Posisi Puncak

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Laporan tersebut sebagian besar lebih baik dari yang ditakutkan.  Namun, pada saat yang kemungkinan bank sentral AS atau the Fed tidak akan mundur dari pengetatan suku bunga.

"Meskipun tidak ada kejutan besar dalam pembacaan IHK hari ini, adalah pengingat sementara inflasi telah mencapai puncaknya, mungkin perlu beberapa saat sebelum kita melihatnya moderat ke tingkat normal,” ujar Head of Model Portfolio Construction Morgan Stanley Global Investment, Mike Loewengart, dikutip dari CNBC.

Ia menambahkan, hal yang menjadi pertanyaan apakah inflasi akan dapat turun ke level target the Fed dengan pasar tenaga kerja seketat saat ini. “Itu bisa menjadi resep untuk soft landing, tetapi masih harus dilihat kapan the Fed akan beralih dari kenaikan suku bunga dan apakah pasar tenaga kerja akan kehilangan ketahanannya,” kata dia.

Di luar CPI, investor juga akan mengamati rilis dari sektor konsumen antara lain Kraft Heinz, Boston Beer, dan DoorDash, yang dilaporkan rilis pekan ini.

 


Penutupan Wall Street 13 Februari 2023

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat seiring pelaku pasar menantikan laporan inflasi. Indeks acuan di wall street mendapatkan kembali pinjaman setelah indeks S&P 500 dan Nasdaq mengalami penurunan mingguan terburuk dalam hampir dua bulan.

Dikutip dari CNBC, Selasa (14/2/2023), inflasi akan dirilis pada saat Hari Valentine Selasa, 14 Februari 2023 waktu setempat. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 376,66 poin atau 1,11 persen ke posisi 34.245,93. Indeks S&P 500 bertambah 1,14 persen ke posisi 4.137,29. Indeks Nasdaq menanjak 1,48 persen ke posisi 11.891,79.

Saham Microsoft memimpin kenaikan indeks Dow Jones dengan naik 3,1 persen. Saham Nike dan Salesforce masing-masing bertambah 2,4 persen sehingga dorong indeks acuan. Saham Intel bertambah 2,7 persen.

Investor akan mendapatkan lebih banyak data inflasi pekan ini. Pada Selasa, laporan indeks harga konsumen Januari akan dirilis menunjukkan jika kenaikan harga telah melambat di tengah kenaikan suku bunga bank sentral.

Sejauh ini, investor tampaknya bertaruh pada indeks harga konsumen (IHK) yang solid pada Selasa, 14 Februari 2023 yang menunjukkan inflasi mereda dan jeda atau poros kenaikan suku bunga the Fed mungkin sudah dekat.

“Perpaduan pemulihan produksi industri dan penurunan inflasi seperti Goldilocks yang kami perkirakan pada kuartal ini telah membantu meningkatkan selera risiko dan saham,” ujar Ray Farris dari Credit Suisse dikutip dari CNBC.

Namun, dorongan ini dapat menghilang pada musim panas terutama karena dampak lambat dari kenaikan suku bunga bank sentral memperketat kondisi keuangan global.

 

 

 


Menanti Rilis Data Inflasi dan Laporan Keuangan

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Di sisi lain, rilis inflasi pada Selasa kemungkinan akan menandakan the Fed akan menaikkan suku bunga lebih banyak lagi, memberikan tekanan ke bawah pada saham.

“Pasar mulai merasakan ada kisah disinflasi yang ternyata lebih kompleks daripada yang kita inginkan,” ujar Chief Economic Advisor Allianz, Mogamed El-Erian.

Musim laporan keuangan berlanjut pekan ini antara lain Coca Cola, Marriot, Cisco, Marathon dan Paramount. Sejauh ini perusahaan telah melaporkan hasil yang lebih buruk dari perkiraan, menjadikan tahun ini musim laba terburuk dalam lebih dari dua dekade, tidak termasuk resesi, menurut Credit Suisse.

Tiga indeks acuan alami mingguan yang merugi. Indeks Dow Jones tergelincir 0,17 persen. Indeks S&P 500 merosot 1,11 persen dan indeks Nasdaq terpangkas 2,4 persen, menandai penurunan mingguan terbesar sejak Desember..

Pergerakan itu terjadi setelah ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell mengatakan, jalan masih panjang untuk melawan inflasi. Ia juga mencatat suku bunga bisa naik lebih dari yang diantisipasi pasar jika angka inflasi tidak mereda, membalikkan beberapa optimisme sebelumnya kenaikan suku bunga akan segera mereda.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya