Bursa Saham Asia Beragam, Investor Cermati Data Perdagangan China

Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan saham Rabu, 7 Juni 2023. Pelaku pasar menimbang data perdagangan China dan pidato Gubernur Bank Sentral Australia.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Jun 2023, 08:55 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2023, 08:55 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Rabu (7/6/2023) seiring pelaku pasar mencermati data perdagangan China pada Mei 2023 dan pidato dari Gubernur Reserve Bank of Australia Philip Lowe.(AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Rabu (7/6/2023) seiring pelaku pasar mencermati data perdagangan China pada Mei 2023 dan pidato dari Gubernur Reserve Bank of Australia Philip Lowe. Hal ini setelah bank sentral Australia menaikkan suku bunga acuan ke level tertinggi dalam 11 tahun.

Dikutip dari CNBC, indeks ASX 200 naik 0,14 persen jelang produk domestik bruto (PDB) kuartal I Australia. Ekonomi Australia diprediksi tumbuh 2,4 persen year on year (YoY), sedikit lebih lambat dari 2,7 persen yang tercatat pada kuartal IV 2022.

Di sisi lain, reli saham Jepang tampaknya telah terhenti dengan indeks Nikkei 225 melemah 1,42 persen, memimpin koreksi di wilayah tersebut. Indeks Topix susut 1 persen. Sedangkan indeks Kospi naik 0,31 persen setelah libur. Indeks Kosdaq bertambah 0,9 persen.

Indeks Hang Seng Hong Kong bersiap untuk naik dengan kontrak berjangka di 19.351 dibandingkan dengan penutupan indeks Hang Seng sebelumnya 19.099,28.

Di Amerika Serikat, wall street menguat. Indeks S&P 500 dan Nasdaq menguat menyentuh level tertinggi sejak 2023 seiring wall street mencerna reli baru-baru ini yang sentuh rekor tertinggi dalam sembilan bulan. Indeks Dow Jones naik 0,03 persen.

Sementara itu, saham Coinbase turun lebih dari 12 persen setelah Securities and Exchange Commission menggugat perusahaan kripto.

Penutupan Bursa Saham Asia pada 6 Juni 2023

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Selasa, 6 Juni 2023. Pergerakan ini menentang wall steet setelah S&P 500 menghapus kenaikan yang sebelumnya membawa indeks acuan diperdagangan ke level tertinggi secara intraday dalam sembilan bulan.

Dikutip dari CNBC, Chief Market Strategist Carson Group, Ryan Detrick menuturkan, pasar menarik nafat setelah reli pada Jumat pekan lalu.

Di Australia, indeks ASX 200 terpangkas 1,2 persen ke posisi 7.129,6 setelah bank sentral mengejutkan pasar dan menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 4,1 persen. Dolar Australia mendaki 0,8 persen ke posisi 0,6669 terhadap dolar AS.

 

Indeks Nikkei

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Di Jepang, indeks Nikkei 225 menguat 0,9 persen. Indeks acuan tersebut mendaki ke posisi 32.506,78. Indeks Topix bertambah 0,74 persen ke posisi 2.236,28.

Indeks Nikkei terakhir kali diperdagangkan pada level ini, saat Jepang berada di tengah gelembung ekonominya periode 1986-1991. Saat ini, harga real estate dan saham meningkat. Indeks Nikkei mencapai level tertinggi sepanjang masa di atas 38.900 pada Desember 1989.

Sementara itu, bursa saham Korea Selatan libur pada Selasa pekan ini. Di sisi lain, indeks Hang Seng susut 0,18 persen terseret saham industri. Bursa saham China tergelincir dengan indeks Shanghai susut 1,15 ke posisi 3.195,34 dan level terendah sejak 13 Januari 2023. Indeks Shenzhen merosot 1,58 persen ke posisi 10.773,45, yang merupakan level terendah dalam tujuh bulan.

Penutupan Wall Street pada 6 Juni 2023

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham, Selasa, 6 Juni 2023. Indeks S&P 500 naik tipis ke level tertinggi sejak 2023 seiring wall street mencerna reli baru-baru ini yang membawa indeks acuan ke level tertinggi dalam sembilan bulan.

Dikutip dari CNBC, Rabu (7/6/2023), indeks S&P 500 naik 0,24 persen ke level tertinggi dalam sembilan di posisi 4.283,85. Indeks acuan itu merupakan level tertinggi sejak Agustus 2022.

Indeks Nasdaq melompat 0,36 persen ke posisi 13.276,42. Indeks acuan tersebut juga merupakan penutupan level tertinggi pada 2023. Indeks Dow Jones menguat tipis 0,03 persen ke posisi 33.573,28 seiring koreksi saham lebih dari 2 persen di Merck dan UnitedHealth. Hal tersebut juga membebani saham unggulan.

Saham Coinbase melemah lebih dari 12 persen setelah the Securities and Exchange Commission menggugat perusahaan kripto. SEC menuduh Coinbase bertindak sebagai broker dan pertukaran yang tidak terdaftar. Bitcoin naik lebih dari 6 persen, menurut CoinMetrics.

Di sisi lain saham Apple turun 0,2 persen setelah raksasa teknologi itu meluncurkan headset realitas virtual yang sangat dinantikan serta perangkat lunak baru di Worldwide Developer Conference tahunan. Pada sesi sebelumnya, saham mencapai level tertinggi sepanjang masa jelang pengumuman.

CEO KKM Financial, Jeff Kilburg menuturkan, pasar mungkin hindari kebijakan perubahan besar karena investor bersiap untuk pertemuan kebijakan the Federal Reserve (the Fed) pekan depan. Namun, ia menuturkan, perlu dicatat pasar tetap berada di atas kisaran yang terlibat dalam beberapa bulan terakhir.

“Sepertinya kita benar-benar dalam pola bertahan. Dengan sentimen the Fed minggu depan, orang-orang akan menarik nafas,” ujar dia.

Sentimen the Fed dan Inflasi

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Chris Senyek dari Wolfe Research menuturkan, kenaikan suku bunga tinggi akan tetap lebih tinggi lebih lama. “Jangab berharap the Fed melonggarkan kebijakan moneter dalam waktu dekat,” ujar dia.

Ia menambahkan, sementara itu FOMC telah meningkat tajam dalam siklus ini, kondisi keuangan secara keseluruhan telah sedikit melonggar pada 2023. “Ekspansi neraca the Fed sebagai tanggapan terhadap mini-krisis perbankan regional, dan keengganan ketua the Fed Powell untuk secara agresif membicara penurunan ekspektasi penurunan suku bunga,” tutur dia.

Ia menambahkan, inflasi masih akan menjadi katalis bagi the Fed untuk kerek suku bunga. “The Fed mengambil tindakan yang tepat untuk mengatur inflasi pada jalur yang lebih rendah secara berkelanjutan tentu saja tidak dijamin,” ujar dia.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya