Liputan6.com, Jakarta Mengintip barisan pemain film Cinta Tak Pernah Tepat Waktu karya Hanung Bramantyo sangat menarik. Ada pemain muda Refal Hady, Carissa Perusset dan Nadya Arina hingga aktor kaliber Piala Citra Meriam Bellina, Slamet Rahardjo serta Dewi Irawan.
Sutradara Hanung Bramantyo terang-terangan mengaku tak butuh bintang. Yang dibutuhkan Cinta Tak Pernah Tepat Waktu adalah aktor yang benaran bisa akting dan memahami konteks dialog karakter.
Baca Juga
“Bekerja sama dengan para aktor, itu sebenarnya pilihan pertama. Saya memang ingin bekerja dengan aktor, bukan bekerja dengan bintang. Dari awal masuk ke dunia film, saya selalu melihat aktor,” katanya.
Advertisement
Hanung Bramantyo berpendapat, aktor akan muncul mempresentasikan pola pikir dan psikologisnya. Cerita jadi menarik ketika menampilkan perjalanan psikologis. Itu pula yang tersaji dalam film-film Hanung Bramantyo selama ini.
Perjalanan Psikologis Karakter
Ia memulai premis dengan pertanyaan kenapa Daku (diperankan Refal Hady) melakukan sebuah tindakan? Kenapa Daku takut kala diminta pacar bertemu ayahnya. Hanung Bramantyo mendekatkan diri dengan pola pikir Daku hingga menemukan jawabnya.
“Saya dekatkan dengan diri saya dulu. Saya harus menemukan jawabannya di saya. Setelah itu saya bisa share ke para pemain lain,” beri tahu Hanung Bramantyo kepada Showbiz Liputan6.com di Jakarta Selatan, Kamis (1/8/2024).
Advertisement
Yang Ganteng dan Cantik
Sutradara film Ayat-ayat Cinta dan Ipar Adalah Maut menyatakan saat syuting, dialog di skrip dengan di depan kamera tidak 100 persen sama. Itu kadang membuat Hanung Bramantyo kerepotan bekerja dengan bintang.
“Apalagi yang follower-nya buanyak banget, yang ganteng dan cantik. Mereka percaya diri bahwa dengan kegantengan dan kecantikannya itu, sehingga lupa sedang bermain sebagai manusia. Mereka protes: Lo, dialognya di skenario enggak kayak begini!” keluhnya.
Aktor dan Nilai Tambah
Menyandingkan para aktor lintas generasi dalam proyek Cinta Tak Pernah Tepat Waktu membuat Hanung Bramantyo optimistis hasil akhirnya akan memuaskan. Refal Hady dan kawan-kawan disebut sebagai seniman pilihan.
“Orang pilihan. Ketika saya ngomong sama Refal: Nanti dialognya begini-begini. Dia tahu bahwa ini tidak 100 persen sama dengan skenario tapi paham konteks yang dibutuhkan seperti apa,” urai Hanung Bramantyo.
Bekerja sama dengan Slamet Rahardjo dalam Cinta Tak Pernah Tepat Waktu juga meninggalkan kesan mendalam dibenak suami Zaskia Adya Mecca. Seorang aktor bisa memberi nilai tambah dalam dialog.
“Saya belajar banget dari Mas Slamet bagaimana menyutradarai. Makanya ketika kembali ke Mas Slamet, beliau memberikan add value dalam setiap adegan. Banyak dialog yang ditambahkan oleh Mas Slamet sehingga konteksnya terasa lebih pas,” tutup Hanung Bramantyo.
Advertisement