Ilmuwan Ciptakan Software yang Bisa Prediksi Kematian Manusia

Software yang dikembangkan oleh ilmuwan dari Stanford University ini hanya bisa memprediksi kondisi manusia yang kritis atau koma.

oleh Jeko I. R. diperbarui 24 Jan 2018, 08:00 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2018, 08:00 WIB
Ilustrasi ruang operasi (iStock)
Ilustrasi ruang operasi (iStock)

Liputan6.com, California - Sekelompok ilmuwan di Stanford University, Amerika Serikat (AS), baru saja mengembangkan sebuah software dengan kemampuan luar biasa. Software tersebut, memiliki kemampuan untuk memprediksi kapan manusia bisa mati dengan akurasi yang nyaris sempurna.

Menurut keterangan para ilmuwan seperti dilansir Mirror, Rabu (24/1/2018), keakuratan software tersebut dalam memprediksi kematian seseorang setidaknya bisa mencapai 90 persen.

Namun, software ini nyatanya tidak bisa memprediksi kematian manusia dalam segala kondisi. Software hanya bisa memprediksi kematian manusia dalam kondisi kritis, seperti korban kecelakaan berat atau juga mengindap penyakit dalam hingga koma. Dengan demikian, ia tidak bisa memvonis kapan manusia biasa mati selayaknya Tuhan.

Software tersebut diketahui menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence) dan dilatih ilmuwan dengan menggunakan analisis 160.000 pasien dewasa dan anak-anak dari rumah sakit Stanford dan Lucile Packard.

Dari situ, software mempelajari rekam jejak kesehatan pasien, seperti diagnosis, prosedur yang dilakukan, dan jenis obat apa yang dikonsumsi.

Tahap Selanjutnya

Ilustrasi ruang operasi (iStock)
Ilustrasi ruang operasi (iStock)

Setelah itu, software akan menggunakan algoritma yang sudah diaplikasikan ke lebih dari 40.000 pasien aktif dengan kondisi kritis. Software akan mempelajari kondisi pasien dan memperingati dokter jika pasien mengalami kondisi yang lebih buruk, atau mengarah ke kematian.

"Data yang dipelajari software memungkinkan kami untuk menciptakan model prediksi kematian pasien dengan kondisi kritis. Kami pun bisa terbantu karena bisa mengantisipasi untuk setidaknya menyelamatkan nyawa pasien. Yang pasti, kami semua berusaha," ujar Anand Avati, salah satu ilmuwan Stanford University.

Prediksi Kematian Lewat Komputer

Ilustrasi menuju alam baka
Ilustrasi seseorang sedang menjalani proses kematian. (Sumber Pixabay)

Memprediksi kematian lewat teknologi seperti ini bukan menjadi hal pertama. Pada 2015, tim dokter Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston, AS, mengembangkan sebuah komputer super yang dapat memprediksi kemungkinan kematian seseorang dengan akurasi yang sangat tinggi.

Komputer ini juga telah digunakan oleh beberapa pasien di The Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston. Dikatakan, komputer tersebut mampu mengetahui penyakit lebih baik dari dokter biasa.

Dikutip dari laman Mirror, komputer telah diisi dengan informasi tentang 250.000 orang dari 30 tahun terakhir, sehingga dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit secara cepat. Diharapkan dengan diagnosis yang cepat dapat dilakukan penanganan yang juga tepat.

Dr Steve Horng yang ikut serta dalam proyek ini mengatakan tujuan mereka dengan mengembangkan mesin tersebut bukanlah untuk menggantikan peran dokter.

"Peran kecerdasan buatan dalam komputer ini hanya merupakan dukungan untuk dokter dalam menangani masalah pasien," tambah Horng.

Komputer ini dapat mengumpulkan data pasien setiap tiga menit. Data-data yang diukur mulai dari kapasitas oksigen serta tekanan darah. Serta data-data lain yang dibutuhkan dokter mengenai pasiennya untuk kemudian dikirim ke dokter yang menangani pasien tersebut.

Dr Horng mengklaim mesin ini dapat memprediksi hingga 96 persen kemungkinan seorang pasien sedang sekarat.

Jika komputer ini mengatakan seseorang akan meninggal, maka besar kemungkinan pasien tersebut bakal meninggal meskipun kepastian waktunya tidak bisa ditentukan.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya