NASA Mau Daratkan Astronaut di Bulan Tahun 2025, Sudah Identifikasi 13 Titik Pendaratan

NASA berencana akan mendaratkan astronaut di Bulan pada 2025, setelah misinya pada 1972. NASA telah mengidentifikasi 13 titik pendaratan di kutub selatan Bulan.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 24 Agu 2022, 07:00 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2022, 07:00 WIB
Proses Terjadinya Gerhana Bulan
Pemandangan penumbra saat mulai menutupi permukaan bulan pada proses terjadinya gerhana bulan yang terlihat di atas langit Jakarta, Rabu (31/1). Gerhana Bulan Total ini disertai dengan Supermoon dan Blue Moon. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah laporan terbaru mengungkap bahwa badan antariksa AS, NASA, berencana akan mendaratkan armada di Bulan pada 2025. Melalui proyek bernama Artemis III, NASA ingin mengulang kesuksesannya mendarat di Bulan, seperti tahun 1969.

Tiga tahun sebelum mendaratkan Artemis III di permukaan Bulan, NASA disebut-sebut telah mengidentifikasi 13 area di dekat kutub selatan Bumi sebagai tempat pendaratan.

Namun mengutip laporan Gizchina, Rabu (24/8/2022), setiap area pendaratan tidak hanya memiliki satu lokasi pendaratan. Ada beberapa situs pendaratan di tiap area.

Karena lokasi pendaratan tertentu terkait dengan jendela pendaratan, NASA perlu mempertimbangkan kemiringan medan, kemudahan komunikasi Bumi, dan kondisi pencahayaan di calon area pendaratan di Bulan.

Dalam menentukan lokasi pendaratan wahananya di Bulan, NASA juga mengacu pada publikasi dan ilmu tentang Bulan yang dikumpulkan selama beberapa dekade, untuk menilai semua kondisi ini.

Hasil identifikasi NASA, berikut 13 lokasi pendaratan di Bulan yang diidentifikasi:

- Faustini Rim A

- Peak Near Shackleton

- Connecting Ridge

- Connecting Ridge Extension

- de Gerlache Rim 1

- de Gerlache Rim 2

- de Gerlace-Kocher Massif

- Haworth

- Malapert Massif

- Leibnitz Beta Plateau

- Nobile Rim 1

- Nobile Rim 2

- Amundsen Rim

Sumber menyebut, Artemis III dijadwalkan untuk meluncur pada 2025. Saat target peluncuran diatur, NASA akan memilih lokasi pendaratan di tiap area di atas.

Itu artinya, publik tidak akan mengetahui area pendaratan hingga tanggal peluncuran proyek Artemis III diumumkan.

NASA Umumkan Rencana Kembali ke Area Pendaratan Bulan  

Mengintip Lebih Dekat Tekstur Permukaan Bulan
Foto-foto permukaan Bulan itu diklaim beberapa pihak menjadi foto paling 'jernih' yang diperlihatkan oleh Badan Antariksa Tiongkok, CNSA.

Sekadar informasi, NASA secara aktif memajukan rencana untuk mengembalikan Artemis ke Bulan. Meski agensi tersebut belum meluncurkan roket yang akan membawa astronaut (manusia) ke Bulan, NASA belum memilih untuk menjelajahi Bulan.

Namun, dengan astronaut dan ilmuwan di permukaan Bulan, NASA sudah memiliki tempat yang memungkinkan untuk mendarat di Bulan.

NASA mengumumkan, pada Jumat lalu, pihaknya telah memilih kemungkinan area pendaratan di kutub selatan Bulan. NASA sebelumnya telah mengumumkan bahwa situs-situs tersebut dipilih karena merupakan situs pendaratan aman dan cukup dekat dengan daerah yang memungkinkan astronaut melakukan perjalanan di Bulan.

Situs-situs ini semuanya berada dalam jarak enam derajat lintang selatan. Lokasi pendaratan ini jauh dari area yang dieskplorasi oleh Neil Amstrong dan astronaut lainnya selama pendaratan Apollo di Bulan.

Sekadar informasi, NASA berencana meluncurkan misi berawak ke Bulan pada awal 2025. Ini akan menjadi upaya pertama Amerika untuk kembali ke Bulan sejak misi Apollo terakhir pada tahun 1972.

Tujuan Misi Artemis

Alergi Bulan
Kisah Astronaut Mengaku Alergi Usai Berjalan di Bulan, Alami Kejanggalan (Sumber: NASA)

Tak seperti  Apollo, tujuan misi Artemis adalah untuk mendirikan sebuah misi permanen di sekitar Bulan.

Selama pengarahan NASA Jumat lalu, pejabat NASA mengklaim bahwa mereka harus menggunakan data dari Lunar Reconnaissance Orbiter serta studi lain di Bulan, untuk memilih lokasi pendaratan.

Lunar Reconnaissance Orbiter adalah wahana tak berawak (rover) yang telah memetakan permukaan Bulan sejak 2009.

"Memilih area ini berarti kita selangkah lebih dekat untuk mengembalikan manusia ke Bulan untuk pertama kalinya sejak Apollo," kata Administrator Asosiasi NASA untuk Artemis, Mark Kirasich.

Ia mengatakan, misi Artemis tidak akan seperti misi sebelumnya, karena astronaut akan menjelajah ke area gelap yang belum pernah dijelajahi manusia sebelumnya.

Astronaut Bisa Kumpulkan Sampel

Rusia Bangun Pangkalan Permanen di Bulan pada 2030
Buzz Aldrin di Bulan (NASA)

NASA juga mengklaim, misi ini akan memungkinkan astronaut mengumpulkan sampel di area yang tidak terpengaruh dan melakukan analisis ilmiah untuk mendapatkan informasi penting. Mulai dari kedalaman, distribusi, dan komposisi aes di kutub selatan Bulan.

Memang, air menjadi hal yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia. Di saat yang sama, karena terdiri dari hidrogen dan oksigen, hal tersebut bisa digunakan dalam propelan roket.

Misi Apollo terutama melakukan perjalanan ke wilayah khatulistiwa Bulan, di mana, jam siang panjang, dengan setiap hari lunar hingga dua minggu.

Sebaliknya, kutub selatan Bulan mungkin hanya memiliki beberapa hari yang bercahaya. Ini membuat misi lebih menantang dan menjembatani peluncuran NASA.

"Situs-situs ini jauh dari situs eksplorasi bulan Apollo, dan sekarang kami pergi ke tempat yang sama. Kami kini pergi ke tempat yang sama sekali berbeda," kata Direktur Program Sains Bulan Artemis Sarah Noble.

(Tin/Ysl)

Infografis Jurus NASA Cegat Asteroid Berpotensi Tabrak Bumi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Jurus NASA Cegat Asteroid Berpotensi Tabrak Bumi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya