Asia Bisa Jadi Pemimpin Pengembangan Energi Baru

Secara global, konsumsi energi terbarukan modern sekitar 4 persen untuk periode 2010 hingga 2012.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 19 Jun 2015, 09:48 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2015, 09:48 WIB
pembangkit-listrik-tenaga-angin-2-130515

Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia menilai negara-negara di kawasan Asia memiliki kontribusi besar dalam kemajuan penggunaan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Bahkan, negara-negara di Asia mampu jadi pemimpin dalam pengembangan energi tersebut.

Seperti yang dikutip dari Situs Resmi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta, Jumat (19/6/2015), Bank Dunia melihat bahwa negara-negara di Asia mempunyai potensi baik dari sisi sumber daya alam maupun sumber daya manusia untuk mengembangkan Energi Baru dan Terbarukan.

Berdasarkan Laporan yang bertajuk 'Progress Toward Sustainable Energy: Global Tracking Framework 2015', yang menelusuri kemajuan dalam mencapai sasaran energi berkelanjutan yang dapat terakses untuk semua orang, kinerja Asia dalam memperluas energi terbarukan seperti dari tenaga solar, angin, dan geotermal cukup kuat.

Secara global, konsumsi energi terbarukan modern sekitar 4 persen untuk periode 2010 hingga 2012. Sementara untuk negara-negara di kawasan Asia dapat mencapai sekitar 8 persen per tahun untuk periode yang sama.

Selain itu, Asia juga bergerak cepat dalam memperluas akses listrik kepada populasinya dengan rata-rata kemajuan 0,9 persen per tahun, di atas rata-rata global 0,6 persen per tahun.

Namun, kemajuan Asia untuk mengurangi intensitas energi dalam perekonomiannya atau efisiensi energi hanya 1,3 persen per tahun, tertinggal dibandingkan rata-rata global sebesar 1,7 persen per tahun.

Dari hasil tersebut membuktikan negara di kawasan Asia termasuk yang membuat kontribusi penting guna memimpin dalam meraih sasaran Energi Baru dan Terbarukan secara global, tetapi masih dibutuhkan langkah perbaikan lebih lanjut untuk efisiensi energi. (Pew/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya