Ini Strategi Menkeu Bambang Hadapi Fenomena Super Dolar AS

Pemerintah, tambah dia, bersama Bank Indonesia (BI) selalu menjalin koordinasi dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 21 Agu 2015, 18:54 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2015, 18:54 WIB
Ilustrasi dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat, Jakarta, Kamis (23/10/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berupaya memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dengan cara memperbaiki penyerapan belanja. Dengan langkah tersebut diharapkan membangkitkan kembali persepsi pasar terhadap kinerja pemerintah Joko Widodo (Jokowi) dan mengurangi tekanan pada rupiah.

Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro mengatakan, Indonesia tengah menghadapi tekanan global yang berasal dari perang harga minyak, perang mata uang, devaluasi mata uang sampai spekulasi kenaikan tingkat suku bunga acuan The Fed.

"Intinya ini tekanan yang melanda global, tidak hanya Indonesia. Tugas kita untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi lebih sulit. Harapan satu-satunya memacu belanja pemerintah," tegas dia di kantornya, Jakarta, Jumat (21/8/2015).

Bambang mengungkapkan, realisasi belanja pemerintah pusat sampai dengan 31 Juli 2015 sebesar 50 persen dari total belanja. Sementara belanja barang modal baru 20 persen, belanja Kementerian dan Lembaga 30 persen hingga 40 persen. Paling besar hanya transfer daerah yang sudah terserap 50 persen.

Sayangnya, dia bilang, sebanyak Rp 273 triliun dana daerah mengendap di sejumlah bank daerah, swasta dan bank pelat merah. Untuk itu, pemerintah pusat siap memberikan sanksi tegas kepada pemerintah daerah yang tidak maksimal menyerap dana daerah.

"Dengan cara ini, kita tetap upayakan pertumbuhan ekonomi tahun ini 5 persen hingga 5,2 persen dengan dukungan dari investasi swasta," ucap Bambang.

Pemerintah, tambah dia, bersama Bank Indonesia (BI) selalu menjalin koordinasi dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah dan menahan aliran modal asing keluar (capital outflow) dari Indonesia. Sebab imbal hasil dari surat utang jangka panjang (bond yield) sudah mencapai 9 persen.

"kami akan lakukan action di sana. Kami jaga SBN supaya setiap lelang mendatangkan inflow (aliran dana masuk). Mendorong pasar sekunder lebih aktif untuk mencegah outflow di SBN, rupiah dan pasar saham karena irasional. Outflow dan inflow ini cuma mencari Safe Haven sementara, karena yang paling aman ke AS," cetus Bambang.

Dijelaskannya, Kemenkeu mempunyai strategi melakukan pembelian kembali (buyback) Surat Utang Negara atau Surat Berharga Negara (SBN) dari BUMN di bawah Kemenkeu.

"Saya lagi mengkonsentrasikan BUMN di bawah Kemenkeu untuk jaga SBN. Kita punya strategi buyback tapi tidak usah menunjukkan panik dengan membeli semua, sehingga seolah-olah semua yang dibeli bisa menyelamatkan kondisi ini. Kalau kondisi irasional, lalu kita pakai langkah biasa, maka kita akan tenggelam sendiri. Kita harus lakukan itu dengan hati-hati," tandas dia. (Fik/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya