Harga Pangan Stabil, Inflasi di Februari Diramal Rendah

Ekonom meramalkan pada Februari ini bisa deflasi atau pun inflasi

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 01 Mar 2016, 08:15 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2016, 08:15 WIB
Inflasi
Ilustrasi Inflasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta Ekonom meramalkan pada Februari ini bisa deflasi atau pun inflasi. Sekali pun inflasi, diproyeksikan besarannya masih di kisaran titik rendah.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memperkirakan Indonesia akan mengecap deflasi 0,11 persen pada Februari 2016. Proyeksi tersebut dengan mempertimbangkan data pergerakan harga bahan pangan dan tren penurunan harga barang yang diatur pemerintah (administer prices).

"Perkiraan saya deflasi 0,11 persen di Februari ini dan secara tahunan inflasi 3,7 persen," kata David saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Selasa (1/3/2016).

Ia mengungkapkan, deflasi kali ini bakal disumbang dari stabilitas harga bahan pangan di pasar karena terjadi normalisasi paska harga-harga melambung di Januari 2016, seperti daging ayam, telur ayam, dan jagung.

 

Penurunan harga bahan pangan mau pun makanan merupakan dampak dari penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM), elpiji 12 kilogram (kg), tarif dasar listrik, serta penguatan nilai tukar Rupiah.

"Ya ini karena dorongan penurunan administer prices. Apalagi kalau harga BBM turun lagi di April, maka bisa deflasi lagi atau bahkan kalaupun terjadi inflasi, angkanya rendah," jelas David.

Dihubungi terpisah, Kepala Ekonom Bank Internasional Indonesia (BII) Juniman justru meramalkan Februari ini akan terjadi inflasi 0,05 persen atau lebih rendah dibanding realisasi Januari lalu sebesar 0,51 persen.

"Februari ini perkiraannya inflasi tapi kecil sekali 0,05 persen. Sementara tahunannya agak meningkat dari bulan lalu sebesar 4,56 persen," ujarnya.

Inflasi yang rendah ini, kata Juniman, dipicu penurunan beberapa harga kebutuhan pokok, diantaranya bawang merah, cabai, minyak goreng, dan telur ayam. Dorongan penurunan semakin kuat karena merosotnya harga BBM non subsidi dan tarif tenaga listrik.

"Tapi terjadi inflasi karena di bulan kedua ini masih ada komoditas yang mengalami kenaikan harga, seperti daging, beras, juga harga makanan jadi, tarif kontrak rumah, harga mobil akibat pelemahan kurs Rupiah tahun lalu yang di adjust tahun ini," terang Juniman.

Ia mengaku, curah hujan yang tinggi dan diperkirakan bakal berlangsung sampai Maret ini belum mengkhawatirkan pasokan bahan pangan, terutama beras mengingat akan ada panen raya di bulan ketiga mendatang.

"Memang hujan dan banjir akan mengganggu distribusi pangan, tapi ingat lho akan ada panen raya di Maret mudah-mudahan suplai tetap terjaga," paparnya.

Tren penurunan inflasi sejak tahun lalu, dikatakan Juniman, dipengaruhi tiga hal. Pertama, berkaitan dengan harga komoditas yang anjlok termasuk harga minyak dunia sehingga menyebabkan deflasi di hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.

Faktor kedua, sambungnya, akibat belum pulihnya daya beli masyarakat sebagai dampak pelemahan harga komoditas. Meskipun upah pekerja naik, namun daya beli tidak serta merta ikut membaik.

"Inflasi cenderung rendah karena pemerintah juga rajin operasi pasar dan Bulog ditugaskan menstabilisasi harga pangan," pungkas Juniman.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya