Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi pada Maret 2016 di angka 0,19 persen, mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan realisasi indeks harga konsumen pada Februari 2015 lalu yang mengalami deflasi 0,09 persen. Dengan realisasi tersebut maka inflasi tahun kalender mencapai 0,62 persen.
Tingkat inflasi tahun ke tahun (Maret 2016 terhadap maret 2015) sebesar 4,45 persen. Komponen inti inflasi mencapai 0,21 persen dan inti tahun ke tahun 3,50 persen.
Kepala BPS Suryamin menjelaskan, realisasi inflasi pada Maret 2016 tergolong cukup terkendali. Dalam 5 tahun terakhir, realisasi inflasi ada yang lebih tinggi namun juga ada yang lebih rendah dari realisasi di 2016 ini. "Pemerintah sudah mulai mengendalikan harga sampai ke kota-kota,"tutur dia, di Jakarta, Jumat (1/4/2016).
Baca Juga
Dia menyebutkan, dari 82 kota, 58 kota alami inflasi dan 24 kota deflasi. Inflasi tertinggi adalah di Bukittinggi sebesar 1,18 persen dan terendah adalah Tangerang, Yogyakarta, Malang dan Singkawang yang ada di angka 0,02 persen. Sedangkan deflasi tertinggi di Tanjung Pandan sebesar 1,22 persen.
Sebelumnya, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Damhuri Nasution memperkirakan Indonesia sulit melanjutkan realisasi deflasi pada Maret 2016. Ia memproyeksikan terjadi inflasi rendah di bulan ketiga ini karena kenaikan harga cabai dan bawang akibat terhambatnya musim panen.
"Perkiraan saya inflasi Maret ini 0,19 persen (month to month). Secara tahunan (year on year/Yoy) 4,44 persen," kata Damhuri.
Ia mengaku, penyebab utama laju inflasi karena kemarau panjang tahun lalu mengakibatkan panen beberapa produk hortikultura, seperti cabai dan bawang terganggu.
"Jadi harganya masih relatif tinggi di Maret ini dan memberikan kontribusi signifikan terhadap inflasi umum. Biasanya bulan Maret, kelompok bahan makanan deflasi, tapi ini malah inflasi," jelas Damhuri. (Fik/Gdn)